Sunday, May 5, 2013

blog yang satunya aja yah..

haduuuh maaf yah lama nggak posting, banyak kesibukan yang memusingkan -_-
etap maaf juga, bakal jarang ngepost di blog ini lagi.. kunjungi aja blogku yang sedikit lebih tertata yah :) ini diaaa.. www.wiwitaussy.wordpress.com insyaAllah bakal lebih sering disitu soalnya :D terimakasih :)

Saturday, November 24, 2012

ingat!! Jomblo Bukan Panu!!

terkadang, kemelankolisan bisa membumbung tinggi melampaui angan melebihi ambang batas ketika galau merajai hati. buat para jomblo, baca postingan ini kali aja bisa jadi hiburan di malam minggu disaat yang lain sibuk nyari tempat nongkrong bareng gebetan, cekidoottt!

"jomblo" satu kata yang bikin gue relax saat ini!
apa lagi coba status yang paling nyaman?

pacaran? okelah nggak kesepian *Sebenernya gue juga pengen ngakhiri ke-jomblo-an gue yang nggak tau sampai kapan, ya gue cuma lagi pengen fokus aja sih sama study  (o.O)
*udah jomblo->ngenes->penyakitan (penyakit hati yang teriris *iyyuuhh) ->ngeles lagi  <(-, -"<)

oke oke, buat para jomblo yang lagi merenung di pojok sana, sambil garuk-garuk tembok,
berhenti berharap sama orang yang dengan tersirat menyatakan penolakan, alias nolak halus gitu deh.
jomblo itu bukan panu!! ingat! jadi nggak perlu di hindari!! toh Tuhan udah nentuin jodoh masing-masing manusia.
jadi kalo jomblo, gak bikin global warming kan?
*Sorry emang nggak nyambung

tapi itulah jomblo, biasanya kalo malam minggu nih dimana ada jomblo, disitu ada rintihan.. 
*pas nggak ada satu SMS pun masuk
dimana ada jomblo, disitu ada tangisan
*pas liat time line mantan lagi mention-an sama gebetan barunya
dimana ada jomblo, disitu ada sindiran
*biasanya para jomblo enggan buat ikutan bahagia pas malam minggu, yang ada lewat depan orang pacaran sambil bilang "pacaran nggak modal! pacaran makan sepiring berdua, sok romantis padahal dompet tipis, pacaran? bosen" *nggaya, padahal hatinya kesepian tuh jomblo yang beginian (curhat)

buat para jomblo, berharaplah malam ini ujan deres pake petir, kalo emang cuaca malam ini bagus, tolong nggak usah berkeliaran di jalan saat malam minggu buat mencegah kegalauan sebelum terlalu luas melanda hati dan mencuci otak lo jadi sensi, bisa-bisa tukang parkir yang lagi ngarahin di bentak-bentak lagi

"priiiittt...!!! priiitt!!! kirii bang.. ke kiriii! lewat pintu keluar yang di sebelah sana ya!" 
"iya gue tau!! gue paham!! gue emang jomblo!! nggak usah di usir-usir terus dong, gue juga punya perasaan!"
*abang tukang parkir --> nelen peluit

kata bang Raditya Dika, mending lo lewat tuh depan orang yang lagi pacaran, terus teriak
"BENTAR LAGI JUGA PUTUS!!" terus langsung lari!

oke selamat bermalam minggu buat yang udah punya pasangan *jangan lupa bayar siomay-nya sebelum pergi yah~
gue nitip kalo perlu, anterin ya ke rumah gue, gue males mau keluar malam minggu ribet, macet, suntuk <-- jomblo

Sunday, November 18, 2012

cukup kayaknya..

oke, semoga ini terakhir kalinya, gue ubah tittle blog ini, sama description dan blog address-nya juga, ya biar sreg aja gitu sama hati hehe..

Meretas Keraguan


oleh: Yoga Aditya

Ku meretas keraguan dalam hatiku
Menuntaskan asaku yang tiada usai
Ku terpaku termangu
Memandangi sosok indah dalam bingkai
Sosok indah anggun menawan
Yang pernah ku pilih
Dan takkan tergantikan
Namun sayang..
Itu semua tinggal cerita
Kau pergi tinggalkan sendiri
Memaksaku memulai hati
Tanpa hadirmu disini...

*ini puisi karya temenku, namanya Yoga

Sunday, October 28, 2012

sumpah pemuda

gue sebagai remaja Indonesia merasa bangga sama pemuda-pemudi jaman dulu :D gimana enggak?? merekalah yang patut dinamakan pemuda-pemudi penjunjung kehormatan bangsa..begitu pemberani!! :D hebat!!

oke gue gak perlu berkata panjang lebar sama dengan luas dong ya...
intinya selamat HARI SUMPAH PEMUDA
ayok pemuda Indonesia, singsingkan lenganmu, kita beranjak berdiri bersiap tuk berlari membawa nama baik bangsa, kita tinggal meneruskan perjuangan mereka!
ayok berkarya!!! *Gue juga berusaha deh :D

semangat!!!!
MERDEKA!! 

Lomba yang gagal

Hasil keputusan pemenang lomba udah di umumin guys, dan gue kalah.
Entahlah, apa yang menyebabkan kekalahan gue ini, mungkin gue yang gak begitu berbakat di bidang penulisan sinopsis atau saat presentasi yang gelagapan kali ya..?!

Sekarang persoalannya gini, awalnya lomba itu di khususin buat anak-anak kelas 2 di sekolah gue, tapi gue mohon sama guru yang ngadain seleksi lomba itu biar gue bisa ikutan nyoba, sebenarnya itu seleksi buat nantinya yang menang bakalan dikirim ke Kabupaten buat bersaing sama sekolah-sekolah lain, akhirnya gue di bolehin ikutan, temen gue yang kelas 3 sama kayak gue, pengen ikutan juga akhirnya gue mintain ke panitia dan di bolehin.

Pengumpulan naskah sinopsis hari kamis, tapi pada telat dan gue ngumpulin hari jum’at pagi, mungkin itu karena gue juga gak pengen ketinggalan jauh dan bikin panitia bad mood, akhirnya Cuma naskah gue yang bener-bener udah di baca sama panitia, gue niat banget waktu itu, mungkin ini yang dinamakan ambisi. Gue berambisi karena gue pengen nunjukin sama temen kelas kalo gue juga bisa dibanggain, gue bukan Cuma cewek tolol yang hobi nulis naskah kosong alias dipandang sebelah mata seolah gak ada gunanya.
Gue pengen mereka mengakui keberadaan gue diantara mereka, gue sama kayak mereka, dalam diam sebenarnya gue mendam, ini bukan dendam melainkan memendam semua perlakuan yang secara tidak langsung bikin nyali gue menciut saat bersaing dalam prestasi sama temen-temen gue itu.

Oke, back to point, hari itu hari jum’at, ternyata siang itu juga presentasi diadakan, gue gak ada persiapan apapun sob.. gue coba ngafalin dan mahamin naskah nonfiksi sama naskah fiksi yang dibikin sinopsis itu, sama ternyata, peserta lain juga kebingungan dan gak ada persiapan kata mereka.
Satu ruangan ada 3 peserta, gue urutan ketiga (terakhir) di ruangan pertama, di kasih waktu 14 menit untuk mempresentasikan 2 naskah itu, dan beruntung, di ruangan itu ada jam dinding, jadi bisa ngira-ngira waktunya.

2 peserta udah presentasi termasuk temen gue, gue denger dari luar ruangan presentasi mereka ada yang lancar tapi ada juga yang kurang lancar, waktu gue mau presentasi ternyata guru yang mau nilai gue ada halangan, dia mau ngurusin urusan lain katanya sih mau ngurusin anak-anak calon murid teladan, akhirnya gue di limpahkan ke ruangan samping dan disitu enggak ada jam dinding ataupun penunjuk waktu yang lain, akhirnya GUE BUTA WAKTU saat itu!! Gue gak tau disitu gue udah berdiri berapa lama, dan ternyata pas penutupan presentasi gue, guru penilai itu komentar,
Katanya, gue kelebihan 5 menit! Amsyooongg!!! Gila!! Gue panik! 

Gue udah duga ini pasti gak semulus dugaan gue, dari situ seakan ambisi gue memudar, niat gue urung, semangat gue udah mulai rontok, seakan udah tertutup harapan buat jadi juara, dan itu terealisasi, usaha gue NIHIL!!
Gue gak bisa meraih juara, sementara temen gue berhasil meraih salah satu dari ketiga juara itu, hmmm ... mungkin ini takdir Tuhan, entah apa yang bakalan terjadi di masa depan, akankah gue lebih berhasil dari ini??! Keberhasilan dan kekecewaan ada di tangan gue sendiri! Gue bertekad buat fokus dulu sama study di sekolah, masalah prestasi lain entahlah, kalo ada kesempatan gue bakal nyoba lagi.. MUNGKIN SIH..

keep woles dah :D *slow
ayoookk!! semangat!!

Saturday, October 27, 2012

Mawar Merah Untuk Gea


Gadis itu menunduk lesu sambil berjalan menyusuri trotoar dekat sekolahnya. Bus pun melaju dengan kencang, dia tak memperhatikan akhirnya tertinggal, Gadis itu duduk di halte dengan raut wajah lusuh sambil memandangi selembar kertas yang dipenuhi dengan angka merah, hanya beberapa tinta hitam saja yang menunjukkan nilainya cukup. Suasana sore itu sangat ramai, banyak siswa keluar dari gerbang SMA tempat Gea biasa gadis itu dipanggil, untuk belajar.

“hujanlah!” Gea bergumam sambil mengayun-ayunkan kedua kakinya bergantian kanan dan kiri. Matanya menatap lekat awan hitam yang menyelimuti langit kota tua itu.
“sedang menunggu hujan? Cuaca sedang tidak bersahabat, jadi sulit untuk menebak-nebak turunnya hujan”  Denis duduk di sebelahnya. Gea berbalik memalingkan pandangan pada Denis, Denis tersenyum padanya. Dia hanya diam dan mengalihkan pandangan ke jalan raya yang semakin sepi itu
“itu daftar nilaimu untuk ujian semester ini?” Denis mencoba meraih daftar nilai itu tapi Gea menolak dan langsung memasukkannya ke dalam ranselnya. Gea berdiri dan berjalan tanpa tujuan. Denis melihatnya aneh, dia mengejar Gea dan seiring dengan itu Bus yang mereka tunggu pun datang. Gea segera mengajak Denis untuk naik bus tersebut.

Sesampainya dirumah
“Sudahlah ayah, percuma kalau seperti ini terus!!!” terdengar suara-suara yang tak asing bagi Gea. Hampir setiap hari orangtuanya cek cok, entah ada saja hal yang diributkan. Menurutnya itu sangat kekanak-kanakan. Beberapa vas bunga yang baru Gea beli dari toko bunga langganannya terlihat sudah berupa kepingan-kepingan kaca tak berharga berserakan di lantai, kedua orangtuanya berada di kamar, pintu kamar sedikit terbuka tapi Gea bersikap acuh. Dia sudah merasa sangat bosan dan terbebani sebagai anak tunggal. Bukan kasih sayang yang ia dapat melainkan keadaan menyesakkan seperti itu terus saja menyelimuti hidupnya.
“aku pulang” sapa Gea sambil berhenti sejenak sebelum menaiki anak tangga pertama menuju kamarnya. Tetapi orangtuanya tak menghiraukan.

Gea membuka ranselnya mengeluarkan seberkas amplop besar dengan beberapa lembar kertas putih di dalamnya. Perlahan-lahan Gea membuka dan membacanya dengan teliti. Tanpa disadari matanya memerah dan air mata menetes membasahi pipinya. Air matanya susah sekali ditahan, apalagi untuk dihentikan, Gea melempar tubuhnya di atas kasur empuk di kamarnya. Ia menutup seluruh bagian wajahnya dengan bantal dan menangis terisak-isak.
Pagi pun menjelang.
Langkah kakinya begitu berat menuruni tangga, dia berpegangan kencang pada besi yang memagari tangga itu. Dengan seragam lengkap dia melihat Bi Inah sedang membereskan pecahan-pecahan vas bunga kesayangannya. Lalu beliau berbalik tersenyum pada Gea.

“Selamat Pagi, Non Selamat ulang tahun yang ke 18 tahun yah?”
Bi Inah begitu perhatian sampai ulang tahun Gea pun Bi Inah selalu ingat
“Terimakasih Bi..” Gea mempercepat jalannya dan memeluk Bi Inah yang sudah dia anggap ibu keduanya.
Lalu Gea masuk ke kamar orang tuanya, namun tak dilihatnya.
“Ibu sama Bapak sudah berangkat kerja, Non”
“Apa tidak meninggalkan apa-apa, Bi?” Gea memastikan
“Hmm sepertinya tidak, Non, mungkin mereka terburu-buru” Gea menunduk, lalu keluar sambil menaikkan ranselnya tinggi-tinggi dan berlari keluar gerbang rumah
Sambil berlari, “Saya berangkat, Bi!”
“Hati-hati, Non!”, sahut Bibi
Di jalan menuju sekolah dia melihat pedagang bunga keliling, bunga yang ditawarkan terlihat segar sekali, Gea berhenti dan memilah-milah bunga mawar dan memilih satu bunga yang kelopaknya sempurna. Gea memang sangat suka dengan bunga mawar merah.

“gea, lagi ngapain kamu?” Rina, sahabatnya menegur dan mengajaknya masuk ke kelas. Gea tersenyum dan berjalan beriringan dengan Rina, Rina tahu betul bagaimana hidup yang Gea lalui, pahit ataupun manisnya.
Denis terlihat memandangi mereka dari jauh, Gea tersenyum pada Denis. Denis pun membalas senyum Gea, meskipun Mereka bertiga berbeda kelas tapi mereka selalu bersama.
Pada jam Istirahat, Gea berjalan diiringi Rina sahabatnya. Sambil ngobrol sepanjang jalan dekat lapangan basket menuju taman sekolah, Denis tampak di Lapangan Basket sedang bermain basket. Ia tersenyum pada Gea dan Rina, tiba-tiba muka Gea memucat pandangannya kabur, es krim yang ia bawa terjatuh dan Gea pun terjatuh ke lantai. Denis langsung berlari dan menggendongnya, Rina panik dia mengikuti mereka ke UKS.
“Kamu kenapa?” Denis bertanya, Gea terlihat masih lemas walaupun sudah sadarkan diri
“Mungkin kecapean” jawabnya
“Kamu udah sarapan belum?” tanya Rina
“Udah kok”
“Jangan bohong!” denis menimpali
“Gak sempet sarapan”
Gea seringkali terlihat pucat dan semakin hari semakin kurus saja. Beberapa kali terjatuh dan tak sadarkan diri. Dia menyembunyikan sesuatu yang tak satupun orang tahu kecuali seorang dokter Rumah sakit, dimana gea pernah dirawat disana karena penyakit typusnya sewaktu SD.

Dua bulan berlalu, sepulang sekolah Denis menyambangi kelas Gea.
“Mau pulang bareng?” ajak Denis pada Gea yang terlihat keluar dari kelas
“Boleh”jawabnya singkat, Denis mencuri pandang pada Gea. Ia memperhatikan gadis manis yang selalu mengikat rambutnya menjadi satu dengan gaya boyishnya, seorang Gea yang berdandan apa adanya kurang sesuai dengan kepribadiannya yang lembut, pendiam, dan penyuka bunga itu. “benar-benar pribadi yang unik” kata Denis dalam hati.

Tiba-tiba Gea merasa kepalanya pening sekali, tubuhnya mendadak panas, darah segar menetes dari hidungnya menodai seragam putih abu-abunya, Gea langsung menutup hidungnya dengan tangan kanannya. Denis kaget, dia langsung mengusap hidung Gea yang penuh darah dengan sapu tangannya yang masih sangat bersih itu.
“Gea, hidung kamu kenapa berdarah?” Denis menuntun Gea dan mengajaknya duduk.
“Tidak apa-apa, tenang saja”
Denis memaksanya cerita apa yang sebenarnya terjadi, tapi Gea tetap bungkam.
Beberapa hari kemudian, orangtua Gea resmi bercerai. Sehari berikutnya  Gea tak masuk sekolah. Denis dan Rina mencari-cari Gea di kelas tapi tak ketemu. Pulang sekolah Denis mencari toko bunga langganan Gea dan membeli 18 bunga mawar merah wangi yang tentunya akan diberikan pada Gea.Namun begitu Denis menghentikan motornya, terlihat bendera kecil berwarna kuning tertiup angin di depan rumah Gea, rumahnya terlihat lebih ramai dari biasanya tapi tak ada sedikit pun senyum yang Denis lihat dari semua tamu yang berdatangan.
Denis masuk rumah itu dan bertemu dengan kedua orangtua Gea tampak Ibu Gea menangis histeris di pelukan Ayah Gea.
“Tante, selamat sore, ini ada apa yah?” Denis melihat sekitar dengan tampang bingung
“Gea.. meninggal Deniiiiiss” isak tangis mewarnai rumah mewah itu, Ibu Gea semakin histeris hingga beberapa menit kemudian tak sadarkan diri, Denis masih merasa tak percaya, bunga mawar yang ia genggam terjatuh ke lantai, air matapun mengucur deras di wajah manisnya. Ia langsung berlari menuju kamar Gea dan nampak tubuh Gea terbaring kaku Denis membaca kertas putih diatas meja di kamar gea yang penuh dengan informasi dari Rumah sakit dimana dijelaskan kalau gea mengidap penyakit leukimia stadium akhir, Denis tersungkur ke lantai menekuk kedua kakinya, lututnya menutupi wajahnya yang lebam dan basah karena air mata.

Otaknya memutar ulang cerita singkat yang indah bersama Gea semenjak mereka kecil dulu. Teringat jelas saat mereka berlarian bersama di taman kanak-kanak
“Gea, jangan tinggalin aku yah! Kamu janji kan gak akan lari jauh dari aku? Aku mau main terus sama kamu” pinta Denis kecil
“Iya Denis, aku janji!” jawab Gea dengan senyuman khasnya, jari kelingking kedua bocah itu pun berpaut diiringi tawa mereka, kemudian mereka pun berlari lagi.
Denis memandang kosong kertas itu.
“Sekarang kamu lari dari aku, kamu pergi jauh ninggalin aku. Belum sempat aku mengatakan kalau aku sayang sama kamu, kamu mawar paling harum dihatiku, Gea” gumamnya.

::tamat::