Cerita ini ada, karena kecintaanku pada seseorang yang amat mendalam.
Flashback...
Dia seorang teman yang sangat biasa, sangat biasa hingga sesuatu yang ada dalam dirinya muncul membuatku merasa dialah seorang cowok yang luar biasa, teman masa SMP yang kembali hadir di hidupku, dia kembali dengan kepribadian dan sosok yang sama seperti dulu, namun perasaan yang berbeda.
Sebut saja Rio, saat itu dia menyapaku di jalan, memanggil namaku dengan nada yang terdengar ragu, mungkin dia ragu kalau itu adalah aku, 3 tahun terpisahkan hanya berkomunikasi lewat akun facebook, dan akhirnya lewat sms dan telephon.
Semenjak pertemuan itu, dia semakin sering bertemu denganku, kita semakin akrab. Dia, seorang sahabat baru yang baru kutemukan.
Bersahabat dengannya seperti bersahabat dengan udara, menyejukkan, menenangkan, menyenangkan, dan perasaan bahagia lain selalu menghampiriku. Canda tawa selalu ada di sela-sela obrolan sederhana.
Membohongi hati adalah hal yang takut untuk terlalu lama ku pendam.
Aku nyaman bersahabat dengannya, tapi aku takut, takut menyukainya lebih dari rasa suka untuk seorang sahabat, dia menangkap keganjalan itu, ternyata.
Suatu waktu yang entah karena apa, apakah ada petir yang menggugahnya? dia menanyaiku beberapa hal, mengenai status di akun facebook, mungkin dia menyadarinya, aku coba munafikkan perasaan yang menggelayuti hatiku, rasa minder, rasa tidak percaya diri, dan berbagai perasaan negatif lain membuatku membohongi hatiku untuk sekedar mengaku suka walau dalam hatiku sendiri.
Cukup lama kedekatan kita, bertemu di rumahku, bercengkerama dimanapun kita bertemu. Hingga suatu hal yang belum pernah kudapat dari orang yang pernah menyinggahi hatiku.
Cokelat, haha... lugu sekali rasanya mengakui kalau itu adalah kali pertama aku mendapatkan cokelat dari seorang cowok yang kata orang, cokelat adalah lambang kasih sayang, sebatang cokelat dia berikan padaku dengan caranya sendiri, senyum kami pun mengembang.
Aku rasa, perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan, sudah sangat dekat sekali, semakin berani untuk mengakui kalau ini adalah rasa sayang, meski hanya hatiku ku beritahu, jika dibilang dekat sebagai sahabat, tapi itu sudah lebih. Dulu selama aku punya pacar, baru kali itu tanganku di genggam lama, meski belum resmi sebagai kekasih kala itu, aku kikuk sekali, aku malu, aku... pokoknya semua hal yang buatku tidak PD menggelayuti pikiranku saat itu, orangtuaku sudah mengenalnya, sudah tahu dia anak yang benar-benar baik.
Hari raya idul fitri..
Hari yang ditunggu-tunggu, sebuah moment istimewa di hari itu, aku dan dia semakin lama semakin akrab saja.
Seminggu setelah hari raya, tanggal 26 Agustus, moment terindah seumur hidupku.
Di kebun teh, tempat yang paling aku suka, aku sangat suka tempat yang tenang dan dingin.
Di bukit itu dia meraih tanganku, hawa dingin perlahan terasa menghangat, dia memamerkan senyum manisnya lagi, sambil berkata.
“kamu beneran mau jadi pacar aku?” ungkapnya, mungkin memang benar dia sudah lama menyadari kalau akupun menyimpan rasa sayang yang mendalam untuknya.
“apa ini?” jawabku terkaget-kaget
“menurut kamu?” dia tersenyum padaku, aku bisa menangkap maksud dari ekspresi wajahnya, akupun tersenyum.
“iya, aku mau jadi pacar kamu” mungkin suasana sudah romantis, tapi kurang pengungkapannya saja kali yah yang kurang manis, hehe..
“hehe.. ciiiee.. sipp, udah jadian sekarang” ungkapnya sambil tertawa kecil, kita kembali berjalan beriringan, lelah sekali, kita pun duduk diatas sebuah batu besar, tidak jauh dari sana terlihat air terjun kecil.
“janji ya, bakal setia?!” dia mengulurkan jari kelingkingnya
“bismillah” aku menjawabnya dan mengaitkan jari kelingkingku di jari kelingkingnya.
Jawabanku adalah sebuah do’a, yang entah dia sadar atau tidak, maknanya begitu mendalam bagiku, dalam hati aku menjawab
Bismillahirrahmannirrahim, semoga aku bisa setia sama kamu, dan kamu juga bisa setia sama aku, semoga cinta kita selalu berada dibawah naungan cinta Allah SWT, karena aku sangat menyayangimu.
Seminggu setelah itu, tanggal 2 September, siang menjelang sore hari.
Selesai kegiatan dari sekolah, aku dan Rio mengobrol seperti biasa, di rumah Rio saat itu. Seorang loker koran mengantarkan koran harian ke rumah Rio dia terlambat mengantar koran, aku membaca sebuah ramalan zodiak yang terpampang di salah satu rubriknya, sebuah ramalan dari Aquarius, zodiakku, di urusan asmara seingatku intinya hubunganku dan pasanganku akan tidak baik, dan yang paling aku ingat ramalan zodiak milik Rio, Pisces, terbaca kalau dia mencoba menjalani hubungan dengan orang yang sama,
menurutku yang disebut adalah orang yang sama adalah orang yang pernah mengisi hatinya sebelum aku. Hatiku serasa dibenturkan ke lantai dengan tekanan yang sangat keras, seperti membanting bola basket dengan emosi yang sangat tinggi.
Sore harinya.
Dia bilang mantannya yang satu kelas dengan dia, datang menghampirinya. Katakanlah Tya, Tya menangis, Tya tidak rela kalau Rio denganku, Tya dan Rio sudah putus sejak Januari, tapi mereka masih terlihat akrab, feeling-ku sepertinya Rio masih suka dengan Tya, Rio dilema, dia bingung akan memilih siapa diantara kami, aku benar-benar takut, ketakutanku muncul karena aku takut kalau dia memilih Tya, hubungan kita baru genap satu minggu, satu minggu!! Entah mengapa aku semakin takut, perasaan ini menggangguku, mungkin kesetiaannya sedang diuji Allah, beberapa hari kemudian, hubungan kami ‘tergantung’, aku sungguh tidak nyaman, aku ingin dia tegas, tapi ketegasannya bukannya untuk memilih Tya, melainkan aku. Egois memang, tapi sungguh aku merasa ini tidak adil untukku.
Semakin hari, rasanya batinku benar-benar tersiksa, hati bergumam..
Mungkinkah ramalan zodiak itu benar? Entahlah, aku tidak begitu paham maksud dari ramalan itu, tapi aku tidak mengharapkannya benar, itu perbuatan syirik!!
Hari jum’at, 7 September.
Tak ada kabar, dari pagi hingga sore menjelang, malamnya sekitar waktu Isya, dia mengirim pesan singkat, dia bilang sedang mengantarkan teman membeli kado di Kota. Aku menebak
“Tya??”
“hmm, iya” sambil memberikan karakter sedih,
hatiku remuk, tahukah kau???
Untuk apa karakter sedih itu? Sementara perasaanku kau abaikan? Untuk apa semua itu? Semua yang kau lakukan kala itu?
Apakah kamu sadar? Dialah penyebab keretakan hubungan kita, tapi kenapa kamu bersamanya saat itu? Malam hari, pergi jauh, hanya berdua, sementara disini hatiku perlahan melemah dan rasanya sesak sekali, seperti aku sedang diguncang-guncangkan diatas menara dan siap terjun bebas tanpa pengaman.
Sepertinya kantung air mataku menahan banyak sekali air yang harusnya ku keluarkan, tapi ku tahan, tahukah kau, mengapa?
Karena kurasa percuma dan sia-sia jika saat itu aku menangis, itu tidak akan membuatmu berhenti, memutar arah dan langsung pulang.
Malam itu juga, pupuslah harapanku untuk menjadikannya yang terakhir singgah dihatiku. Remuklah perasaan yang selama ini ku jaga, hancurlah janji yang ia buat sendiri, dia menghabiskan banyak waktu dengannya, sekarang aku sadar, mungkin dia lebih memilih Tya.
Aku tak memiliki cukup alasan untuk tersenyum, kebahagiaan yang selalu datang, tak lama akan berlalu dan pergi jauh meninggalkanku yang tengah menangis terisak-isak di dalam ruangan pengap ini.
Semua yang ku elu-elukan kini terbang dengan sayap lamanya yang menjadi baru dan indah, lebih indah dariku.
Aku tak sempurna, jauh dari kata sempurna, aku tak pantas, rasanya berjalan pun aku merasa tak percaya diri, aku malu dengan awan putih itu, karena aku tak secantik dia,
aku malu pada matahari, karena aku tak seterang dia,
aku malu pada trotoar yang ku tapaki, karena aku tak sekuat dia,
aku merasa iri pada Tya, karena aku tak seberuntung dia.
Dia sering sekali meminta maaf padaku, tapi sepertinya hatiku sudah membatu, maaf itu hancur karena kekecewaan yang merajai hatiku.
Bagaimanapun dan apapun alasannya, dia telah meninggalkanku.
Aku jatuh bangun berusaha rela, meski kerap air mata mengucur deras membenam senyumku, semuanya gelap, seperti aku tak memiliki kebahagiaan untuk hatiku.
Hatiku seolah mati rasa.
Membayangkannya tengah bahagia menjalani hari-hari bersama perempuan itu, sementara aku masih sangat menyayanginya namun rasa sayang itu beriringan dengan luka bagai pisau yang menusuk ulu hatiku, tertancap mengucurkan darah segar yang membuat hatiku tak lagi terasa ada, mata pisau itu telah tertancap terlalu dalam dan kini tinggalah bekas luka yang perihnya masih terasa, sulit tuk hilang.
Ku lihat ramalan zodiak di koran yang lain hari ini, 13 Oktober.
Aquarius, asmara : cinta lama
Sepertinya Rio masih membayang jelas di anganku, bayangan yang terus menggangguku, kerap menghiasi mimpiku, karena setiap aku membayangkannya munculah bayangan Tya tengah bahagia dengan Rio, kembali merajut kasih ataukah tidak, entahlah.
Pisces, asmara : Di atas awan
Mungkin dia tengah melayang bahagia dengan Tya, sementara aku susah untuk melupakan.
Bukan zodiak yang menentukan cerita cintaku.
Keringat mengucur deras di wajahku malam ini, rasanya panas ini merasuk hingga ke ulu hatiku, ku lempar lembaran koran itu, fikiranku masih dipenuhi kalut yang mencambuk hatiku, perih sekali.
Ingin sekali aku amnesia, menghapus beberapa kenangan yang membuatku terus terpuruk seperti ini, ingin sekali memformat data di otakku tentang semua cowok yang pernah menyakitiku.
Sialnya, itu impossible, dan rasa sayang itu masih tetap ada untuknya.
ingin sekali aku menghilangkannya, Tuhan...
tidak boleh terlalu percaya zodiak! cukup buat hiburan saja
hatiku bergumam.
Mungkin itu semua adalah suratan takdir dari Allah, aku tidak boleh menyalahkan ramalan itu!
Semuanya akan bahagia pada saatnya nanti, Allah memang selalu punya rahasia yang berakhir indah. Aamiin.