Sunday, October 28, 2012

sumpah pemuda

gue sebagai remaja Indonesia merasa bangga sama pemuda-pemudi jaman dulu :D gimana enggak?? merekalah yang patut dinamakan pemuda-pemudi penjunjung kehormatan bangsa..begitu pemberani!! :D hebat!!

oke gue gak perlu berkata panjang lebar sama dengan luas dong ya...
intinya selamat HARI SUMPAH PEMUDA
ayok pemuda Indonesia, singsingkan lenganmu, kita beranjak berdiri bersiap tuk berlari membawa nama baik bangsa, kita tinggal meneruskan perjuangan mereka!
ayok berkarya!!! *Gue juga berusaha deh :D

semangat!!!!
MERDEKA!! 

Lomba yang gagal

Hasil keputusan pemenang lomba udah di umumin guys, dan gue kalah.
Entahlah, apa yang menyebabkan kekalahan gue ini, mungkin gue yang gak begitu berbakat di bidang penulisan sinopsis atau saat presentasi yang gelagapan kali ya..?!

Sekarang persoalannya gini, awalnya lomba itu di khususin buat anak-anak kelas 2 di sekolah gue, tapi gue mohon sama guru yang ngadain seleksi lomba itu biar gue bisa ikutan nyoba, sebenarnya itu seleksi buat nantinya yang menang bakalan dikirim ke Kabupaten buat bersaing sama sekolah-sekolah lain, akhirnya gue di bolehin ikutan, temen gue yang kelas 3 sama kayak gue, pengen ikutan juga akhirnya gue mintain ke panitia dan di bolehin.

Pengumpulan naskah sinopsis hari kamis, tapi pada telat dan gue ngumpulin hari jum’at pagi, mungkin itu karena gue juga gak pengen ketinggalan jauh dan bikin panitia bad mood, akhirnya Cuma naskah gue yang bener-bener udah di baca sama panitia, gue niat banget waktu itu, mungkin ini yang dinamakan ambisi. Gue berambisi karena gue pengen nunjukin sama temen kelas kalo gue juga bisa dibanggain, gue bukan Cuma cewek tolol yang hobi nulis naskah kosong alias dipandang sebelah mata seolah gak ada gunanya.
Gue pengen mereka mengakui keberadaan gue diantara mereka, gue sama kayak mereka, dalam diam sebenarnya gue mendam, ini bukan dendam melainkan memendam semua perlakuan yang secara tidak langsung bikin nyali gue menciut saat bersaing dalam prestasi sama temen-temen gue itu.

Oke, back to point, hari itu hari jum’at, ternyata siang itu juga presentasi diadakan, gue gak ada persiapan apapun sob.. gue coba ngafalin dan mahamin naskah nonfiksi sama naskah fiksi yang dibikin sinopsis itu, sama ternyata, peserta lain juga kebingungan dan gak ada persiapan kata mereka.
Satu ruangan ada 3 peserta, gue urutan ketiga (terakhir) di ruangan pertama, di kasih waktu 14 menit untuk mempresentasikan 2 naskah itu, dan beruntung, di ruangan itu ada jam dinding, jadi bisa ngira-ngira waktunya.

2 peserta udah presentasi termasuk temen gue, gue denger dari luar ruangan presentasi mereka ada yang lancar tapi ada juga yang kurang lancar, waktu gue mau presentasi ternyata guru yang mau nilai gue ada halangan, dia mau ngurusin urusan lain katanya sih mau ngurusin anak-anak calon murid teladan, akhirnya gue di limpahkan ke ruangan samping dan disitu enggak ada jam dinding ataupun penunjuk waktu yang lain, akhirnya GUE BUTA WAKTU saat itu!! Gue gak tau disitu gue udah berdiri berapa lama, dan ternyata pas penutupan presentasi gue, guru penilai itu komentar,
Katanya, gue kelebihan 5 menit! Amsyooongg!!! Gila!! Gue panik! 

Gue udah duga ini pasti gak semulus dugaan gue, dari situ seakan ambisi gue memudar, niat gue urung, semangat gue udah mulai rontok, seakan udah tertutup harapan buat jadi juara, dan itu terealisasi, usaha gue NIHIL!!
Gue gak bisa meraih juara, sementara temen gue berhasil meraih salah satu dari ketiga juara itu, hmmm ... mungkin ini takdir Tuhan, entah apa yang bakalan terjadi di masa depan, akankah gue lebih berhasil dari ini??! Keberhasilan dan kekecewaan ada di tangan gue sendiri! Gue bertekad buat fokus dulu sama study di sekolah, masalah prestasi lain entahlah, kalo ada kesempatan gue bakal nyoba lagi.. MUNGKIN SIH..

keep woles dah :D *slow
ayoookk!! semangat!!

Saturday, October 27, 2012

Mawar Merah Untuk Gea


Gadis itu menunduk lesu sambil berjalan menyusuri trotoar dekat sekolahnya. Bus pun melaju dengan kencang, dia tak memperhatikan akhirnya tertinggal, Gadis itu duduk di halte dengan raut wajah lusuh sambil memandangi selembar kertas yang dipenuhi dengan angka merah, hanya beberapa tinta hitam saja yang menunjukkan nilainya cukup. Suasana sore itu sangat ramai, banyak siswa keluar dari gerbang SMA tempat Gea biasa gadis itu dipanggil, untuk belajar.

“hujanlah!” Gea bergumam sambil mengayun-ayunkan kedua kakinya bergantian kanan dan kiri. Matanya menatap lekat awan hitam yang menyelimuti langit kota tua itu.
“sedang menunggu hujan? Cuaca sedang tidak bersahabat, jadi sulit untuk menebak-nebak turunnya hujan”  Denis duduk di sebelahnya. Gea berbalik memalingkan pandangan pada Denis, Denis tersenyum padanya. Dia hanya diam dan mengalihkan pandangan ke jalan raya yang semakin sepi itu
“itu daftar nilaimu untuk ujian semester ini?” Denis mencoba meraih daftar nilai itu tapi Gea menolak dan langsung memasukkannya ke dalam ranselnya. Gea berdiri dan berjalan tanpa tujuan. Denis melihatnya aneh, dia mengejar Gea dan seiring dengan itu Bus yang mereka tunggu pun datang. Gea segera mengajak Denis untuk naik bus tersebut.

Sesampainya dirumah
“Sudahlah ayah, percuma kalau seperti ini terus!!!” terdengar suara-suara yang tak asing bagi Gea. Hampir setiap hari orangtuanya cek cok, entah ada saja hal yang diributkan. Menurutnya itu sangat kekanak-kanakan. Beberapa vas bunga yang baru Gea beli dari toko bunga langganannya terlihat sudah berupa kepingan-kepingan kaca tak berharga berserakan di lantai, kedua orangtuanya berada di kamar, pintu kamar sedikit terbuka tapi Gea bersikap acuh. Dia sudah merasa sangat bosan dan terbebani sebagai anak tunggal. Bukan kasih sayang yang ia dapat melainkan keadaan menyesakkan seperti itu terus saja menyelimuti hidupnya.
“aku pulang” sapa Gea sambil berhenti sejenak sebelum menaiki anak tangga pertama menuju kamarnya. Tetapi orangtuanya tak menghiraukan.

Gea membuka ranselnya mengeluarkan seberkas amplop besar dengan beberapa lembar kertas putih di dalamnya. Perlahan-lahan Gea membuka dan membacanya dengan teliti. Tanpa disadari matanya memerah dan air mata menetes membasahi pipinya. Air matanya susah sekali ditahan, apalagi untuk dihentikan, Gea melempar tubuhnya di atas kasur empuk di kamarnya. Ia menutup seluruh bagian wajahnya dengan bantal dan menangis terisak-isak.
Pagi pun menjelang.
Langkah kakinya begitu berat menuruni tangga, dia berpegangan kencang pada besi yang memagari tangga itu. Dengan seragam lengkap dia melihat Bi Inah sedang membereskan pecahan-pecahan vas bunga kesayangannya. Lalu beliau berbalik tersenyum pada Gea.

“Selamat Pagi, Non Selamat ulang tahun yang ke 18 tahun yah?”
Bi Inah begitu perhatian sampai ulang tahun Gea pun Bi Inah selalu ingat
“Terimakasih Bi..” Gea mempercepat jalannya dan memeluk Bi Inah yang sudah dia anggap ibu keduanya.
Lalu Gea masuk ke kamar orang tuanya, namun tak dilihatnya.
“Ibu sama Bapak sudah berangkat kerja, Non”
“Apa tidak meninggalkan apa-apa, Bi?” Gea memastikan
“Hmm sepertinya tidak, Non, mungkin mereka terburu-buru” Gea menunduk, lalu keluar sambil menaikkan ranselnya tinggi-tinggi dan berlari keluar gerbang rumah
Sambil berlari, “Saya berangkat, Bi!”
“Hati-hati, Non!”, sahut Bibi
Di jalan menuju sekolah dia melihat pedagang bunga keliling, bunga yang ditawarkan terlihat segar sekali, Gea berhenti dan memilah-milah bunga mawar dan memilih satu bunga yang kelopaknya sempurna. Gea memang sangat suka dengan bunga mawar merah.

“gea, lagi ngapain kamu?” Rina, sahabatnya menegur dan mengajaknya masuk ke kelas. Gea tersenyum dan berjalan beriringan dengan Rina, Rina tahu betul bagaimana hidup yang Gea lalui, pahit ataupun manisnya.
Denis terlihat memandangi mereka dari jauh, Gea tersenyum pada Denis. Denis pun membalas senyum Gea, meskipun Mereka bertiga berbeda kelas tapi mereka selalu bersama.
Pada jam Istirahat, Gea berjalan diiringi Rina sahabatnya. Sambil ngobrol sepanjang jalan dekat lapangan basket menuju taman sekolah, Denis tampak di Lapangan Basket sedang bermain basket. Ia tersenyum pada Gea dan Rina, tiba-tiba muka Gea memucat pandangannya kabur, es krim yang ia bawa terjatuh dan Gea pun terjatuh ke lantai. Denis langsung berlari dan menggendongnya, Rina panik dia mengikuti mereka ke UKS.
“Kamu kenapa?” Denis bertanya, Gea terlihat masih lemas walaupun sudah sadarkan diri
“Mungkin kecapean” jawabnya
“Kamu udah sarapan belum?” tanya Rina
“Udah kok”
“Jangan bohong!” denis menimpali
“Gak sempet sarapan”
Gea seringkali terlihat pucat dan semakin hari semakin kurus saja. Beberapa kali terjatuh dan tak sadarkan diri. Dia menyembunyikan sesuatu yang tak satupun orang tahu kecuali seorang dokter Rumah sakit, dimana gea pernah dirawat disana karena penyakit typusnya sewaktu SD.

Dua bulan berlalu, sepulang sekolah Denis menyambangi kelas Gea.
“Mau pulang bareng?” ajak Denis pada Gea yang terlihat keluar dari kelas
“Boleh”jawabnya singkat, Denis mencuri pandang pada Gea. Ia memperhatikan gadis manis yang selalu mengikat rambutnya menjadi satu dengan gaya boyishnya, seorang Gea yang berdandan apa adanya kurang sesuai dengan kepribadiannya yang lembut, pendiam, dan penyuka bunga itu. “benar-benar pribadi yang unik” kata Denis dalam hati.

Tiba-tiba Gea merasa kepalanya pening sekali, tubuhnya mendadak panas, darah segar menetes dari hidungnya menodai seragam putih abu-abunya, Gea langsung menutup hidungnya dengan tangan kanannya. Denis kaget, dia langsung mengusap hidung Gea yang penuh darah dengan sapu tangannya yang masih sangat bersih itu.
“Gea, hidung kamu kenapa berdarah?” Denis menuntun Gea dan mengajaknya duduk.
“Tidak apa-apa, tenang saja”
Denis memaksanya cerita apa yang sebenarnya terjadi, tapi Gea tetap bungkam.
Beberapa hari kemudian, orangtua Gea resmi bercerai. Sehari berikutnya  Gea tak masuk sekolah. Denis dan Rina mencari-cari Gea di kelas tapi tak ketemu. Pulang sekolah Denis mencari toko bunga langganan Gea dan membeli 18 bunga mawar merah wangi yang tentunya akan diberikan pada Gea.Namun begitu Denis menghentikan motornya, terlihat bendera kecil berwarna kuning tertiup angin di depan rumah Gea, rumahnya terlihat lebih ramai dari biasanya tapi tak ada sedikit pun senyum yang Denis lihat dari semua tamu yang berdatangan.
Denis masuk rumah itu dan bertemu dengan kedua orangtua Gea tampak Ibu Gea menangis histeris di pelukan Ayah Gea.
“Tante, selamat sore, ini ada apa yah?” Denis melihat sekitar dengan tampang bingung
“Gea.. meninggal Deniiiiiss” isak tangis mewarnai rumah mewah itu, Ibu Gea semakin histeris hingga beberapa menit kemudian tak sadarkan diri, Denis masih merasa tak percaya, bunga mawar yang ia genggam terjatuh ke lantai, air matapun mengucur deras di wajah manisnya. Ia langsung berlari menuju kamar Gea dan nampak tubuh Gea terbaring kaku Denis membaca kertas putih diatas meja di kamar gea yang penuh dengan informasi dari Rumah sakit dimana dijelaskan kalau gea mengidap penyakit leukimia stadium akhir, Denis tersungkur ke lantai menekuk kedua kakinya, lututnya menutupi wajahnya yang lebam dan basah karena air mata.

Otaknya memutar ulang cerita singkat yang indah bersama Gea semenjak mereka kecil dulu. Teringat jelas saat mereka berlarian bersama di taman kanak-kanak
“Gea, jangan tinggalin aku yah! Kamu janji kan gak akan lari jauh dari aku? Aku mau main terus sama kamu” pinta Denis kecil
“Iya Denis, aku janji!” jawab Gea dengan senyuman khasnya, jari kelingking kedua bocah itu pun berpaut diiringi tawa mereka, kemudian mereka pun berlari lagi.
Denis memandang kosong kertas itu.
“Sekarang kamu lari dari aku, kamu pergi jauh ninggalin aku. Belum sempat aku mengatakan kalau aku sayang sama kamu, kamu mawar paling harum dihatiku, Gea” gumamnya.

::tamat::

Thursday, October 25, 2012

Bukan Salah Ramalan Zodiak

Cerita ini ada, karena kecintaanku pada seseorang yang amat mendalam.

Flashback...
Dia seorang teman yang sangat biasa, sangat biasa hingga sesuatu yang ada dalam dirinya muncul membuatku merasa dialah seorang cowok yang luar biasa, teman masa SMP yang kembali hadir di hidupku, dia kembali dengan kepribadian dan sosok yang sama seperti dulu, namun perasaan yang berbeda.

Sebut saja Rio, saat itu dia menyapaku di jalan, memanggil namaku dengan nada yang terdengar ragu, mungkin dia ragu kalau itu adalah aku, 3 tahun terpisahkan hanya berkomunikasi lewat akun facebook, dan akhirnya lewat sms dan telephon.

Semenjak pertemuan itu, dia semakin sering bertemu denganku, kita semakin akrab. Dia, seorang sahabat baru yang baru kutemukan.
Bersahabat dengannya seperti bersahabat dengan udara, menyejukkan, menenangkan, menyenangkan, dan perasaan bahagia lain selalu menghampiriku. Canda tawa selalu ada di sela-sela obrolan sederhana.
Membohongi hati adalah hal yang takut untuk terlalu lama ku pendam.
Aku nyaman bersahabat dengannya, tapi aku takut, takut menyukainya lebih dari rasa suka untuk seorang sahabat, dia menangkap keganjalan itu, ternyata.

Suatu waktu yang entah karena apa, apakah ada petir yang menggugahnya? dia menanyaiku beberapa hal, mengenai status di akun facebook, mungkin dia menyadarinya, aku coba munafikkan perasaan yang menggelayuti hatiku, rasa minder, rasa tidak percaya diri, dan berbagai perasaan negatif lain membuatku membohongi hatiku untuk sekedar mengaku suka walau dalam hatiku sendiri.
Cukup lama kedekatan kita, bertemu di rumahku, bercengkerama dimanapun kita bertemu. Hingga suatu hal yang belum pernah kudapat dari orang yang pernah menyinggahi hatiku.
Cokelat, haha... lugu sekali rasanya mengakui kalau itu adalah kali pertama aku mendapatkan cokelat dari seorang cowok yang kata orang, cokelat adalah lambang kasih sayang, sebatang cokelat dia berikan padaku dengan caranya sendiri, senyum kami pun mengembang.

Aku rasa, perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan, sudah sangat dekat sekali, semakin berani untuk mengakui kalau ini adalah rasa sayang, meski hanya hatiku ku beritahu, jika dibilang dekat sebagai sahabat, tapi itu sudah lebih. Dulu selama aku punya pacar, baru kali itu tanganku di genggam lama, meski belum resmi sebagai kekasih kala itu, aku kikuk sekali, aku malu, aku... pokoknya semua hal yang buatku tidak PD menggelayuti pikiranku saat itu, orangtuaku sudah mengenalnya, sudah tahu dia anak yang benar-benar baik.



Hari raya idul fitri..
Hari yang ditunggu-tunggu, sebuah moment istimewa di hari itu, aku dan dia semakin lama semakin akrab saja.

Seminggu setelah hari raya, tanggal 26 Agustus, moment terindah seumur hidupku.
Di kebun teh, tempat yang paling aku suka, aku sangat suka tempat yang tenang dan dingin.
Di bukit itu dia meraih tanganku, hawa dingin perlahan terasa menghangat, dia memamerkan senyum manisnya lagi, sambil berkata.
“kamu beneran mau jadi pacar aku?” ungkapnya, mungkin memang benar dia sudah lama menyadari kalau akupun menyimpan rasa sayang yang mendalam untuknya.
“apa ini?” jawabku terkaget-kaget
“menurut kamu?” dia tersenyum padaku, aku bisa menangkap maksud dari ekspresi wajahnya, akupun tersenyum.
“iya, aku mau jadi pacar kamu” mungkin suasana sudah romantis, tapi kurang pengungkapannya saja kali yah yang kurang manis, hehe..
“hehe.. ciiiee.. sipp, udah jadian sekarang” ungkapnya sambil tertawa kecil, kita kembali berjalan beriringan, lelah sekali, kita pun duduk diatas sebuah batu besar, tidak jauh dari sana terlihat air terjun kecil.
“janji ya, bakal setia?!” dia mengulurkan jari kelingkingnya
“bismillah” aku menjawabnya dan mengaitkan jari kelingkingku di jari kelingkingnya.
Jawabanku adalah sebuah do’a, yang entah dia sadar atau tidak, maknanya begitu mendalam bagiku, dalam hati aku menjawab

Bismillahirrahmannirrahim, semoga aku bisa setia sama kamu, dan kamu juga bisa setia sama aku, semoga cinta kita selalu berada dibawah naungan cinta Allah SWT, karena aku sangat menyayangimu.

Seminggu setelah itu, tanggal 2 September, siang menjelang sore hari.
Selesai kegiatan dari sekolah, aku dan Rio mengobrol seperti biasa, di rumah Rio saat itu. Seorang loker koran mengantarkan koran harian ke rumah Rio dia terlambat mengantar koran, aku membaca sebuah ramalan zodiak yang terpampang di salah satu rubriknya, sebuah ramalan dari Aquarius, zodiakku, di urusan asmara seingatku intinya hubunganku dan pasanganku akan tidak baik, dan yang paling aku ingat ramalan zodiak milik Rio, Pisces, terbaca kalau dia mencoba menjalani hubungan dengan orang yang sama,

menurutku yang disebut adalah orang yang sama adalah orang yang pernah mengisi hatinya sebelum aku. Hatiku serasa dibenturkan ke lantai dengan tekanan yang sangat keras, seperti membanting bola basket dengan emosi yang sangat tinggi.

Sore harinya.
Dia bilang mantannya yang satu kelas dengan dia, datang menghampirinya. Katakanlah Tya, Tya menangis, Tya tidak rela kalau Rio denganku, Tya dan Rio sudah putus sejak Januari, tapi mereka masih terlihat akrab, feeling-ku sepertinya Rio masih suka  dengan Tya, Rio dilema, dia bingung akan memilih siapa diantara kami, aku benar-benar takut, ketakutanku muncul karena aku takut kalau dia memilih Tya, hubungan kita baru genap satu minggu, satu minggu!! Entah mengapa aku semakin takut, perasaan ini menggangguku, mungkin kesetiaannya sedang diuji Allah, beberapa hari kemudian, hubungan kami ‘tergantung’, aku sungguh tidak nyaman, aku ingin dia tegas, tapi ketegasannya bukannya untuk memilih Tya, melainkan aku. Egois memang, tapi sungguh aku merasa ini tidak adil untukku.
Semakin hari, rasanya batinku benar-benar tersiksa, hati bergumam..

Mungkinkah ramalan zodiak itu benar? Entahlah, aku tidak begitu paham maksud dari ramalan itu, tapi aku tidak mengharapkannya benar, itu perbuatan syirik!!

Hari jum’at, 7 September.
Tak ada kabar, dari pagi hingga sore menjelang, malamnya sekitar waktu Isya, dia mengirim pesan singkat, dia bilang sedang mengantarkan teman membeli kado di Kota. Aku menebak
“Tya??”
“hmm, iya” sambil memberikan karakter sedih,

hatiku remuk, tahukah kau???
Untuk apa karakter sedih itu? Sementara perasaanku kau abaikan? Untuk apa semua itu? Semua yang kau lakukan kala itu?
Apakah kamu sadar? Dialah penyebab keretakan hubungan kita, tapi kenapa kamu bersamanya saat itu? Malam hari, pergi jauh, hanya berdua, sementara disini hatiku perlahan melemah dan rasanya sesak sekali, seperti aku sedang diguncang-guncangkan diatas menara dan siap terjun bebas tanpa pengaman.
Sepertinya kantung air mataku menahan banyak sekali air yang harusnya ku keluarkan, tapi ku tahan, tahukah kau, mengapa?
Karena kurasa percuma dan sia-sia jika saat itu aku menangis, itu tidak akan membuatmu berhenti, memutar arah dan langsung pulang.

Malam itu juga, pupuslah harapanku untuk menjadikannya yang terakhir singgah dihatiku. Remuklah perasaan yang selama ini ku jaga, hancurlah janji yang ia buat sendiri, dia menghabiskan banyak waktu dengannya, sekarang aku sadar, mungkin dia lebih memilih Tya.

Aku tak memiliki cukup alasan untuk tersenyum, kebahagiaan yang selalu datang, tak lama akan berlalu dan pergi jauh meninggalkanku yang tengah menangis terisak-isak di dalam ruangan pengap ini.
Semua yang ku elu-elukan kini terbang dengan sayap lamanya yang menjadi baru dan indah, lebih indah dariku.
Aku tak sempurna, jauh dari kata sempurna, aku tak pantas, rasanya berjalan pun aku merasa tak percaya diri, aku malu dengan awan putih itu, karena aku tak secantik dia,
aku malu pada matahari, karena aku tak seterang dia,
aku malu pada trotoar yang ku tapaki, karena aku tak sekuat dia,
aku merasa iri pada Tya, karena aku tak seberuntung dia.

Dia sering sekali meminta maaf padaku, tapi sepertinya hatiku sudah membatu, maaf itu hancur karena kekecewaan yang merajai hatiku.
Bagaimanapun dan apapun alasannya, dia telah meninggalkanku.
Aku jatuh bangun berusaha rela, meski kerap air mata mengucur deras membenam senyumku, semuanya gelap, seperti aku tak memiliki kebahagiaan untuk hatiku.
Hatiku seolah mati rasa.
Membayangkannya tengah bahagia menjalani hari-hari bersama perempuan itu, sementara aku masih sangat menyayanginya namun rasa sayang itu beriringan dengan luka bagai pisau yang menusuk ulu hatiku, tertancap mengucurkan darah segar yang membuat hatiku tak lagi terasa ada, mata pisau itu telah tertancap terlalu dalam dan kini tinggalah bekas luka yang perihnya masih terasa, sulit tuk hilang.


Ku lihat ramalan zodiak di koran yang lain hari ini, 13 Oktober.
Aquarius, asmara : cinta lama
Sepertinya Rio masih membayang jelas di anganku, bayangan yang terus menggangguku, kerap menghiasi mimpiku, karena setiap aku membayangkannya munculah bayangan Tya tengah bahagia dengan Rio, kembali merajut kasih ataukah tidak, entahlah.

Pisces, asmara : Di atas awan
Mungkin dia tengah melayang bahagia dengan Tya, sementara aku susah untuk melupakan.
Bukan zodiak yang menentukan cerita cintaku.

Keringat mengucur deras di wajahku malam ini, rasanya panas ini merasuk hingga ke ulu hatiku, ku lempar lembaran koran itu, fikiranku masih dipenuhi kalut yang mencambuk hatiku, perih sekali.
Ingin sekali aku amnesia, menghapus beberapa kenangan yang membuatku terus terpuruk seperti ini, ingin sekali memformat data di otakku tentang semua cowok yang pernah menyakitiku.
Sialnya, itu impossible, dan rasa sayang itu masih tetap ada untuknya.
ingin sekali aku menghilangkannya, Tuhan...

tidak boleh terlalu percaya zodiak! cukup buat hiburan saja
hatiku bergumam.
Mungkin itu semua adalah suratan takdir dari Allah, aku tidak boleh menyalahkan ramalan itu!
Semuanya akan bahagia pada saatnya nanti, Allah memang selalu punya rahasia yang berakhir indah. Aamiin.

Idul Adha

assalamualaikum.. :)
maaf ya jarang muncul hehe.. udah lama rasanya gak posting di blog, kadang-kadang curi-curi waktu gue coba manfaatin fasilitas sekolah *buat promosiin nih blog ke temen-temen yang lagi pada on di PC sekolah *lab komputer, ataupun lagi pada hotspotan gitu pake laptop mereka masing-masing hehehe.. tapi sedikit berhasil, alhamdulillah deh :D ada beberapa yang buka, daripada gak ada sama sekali.
*tepuk jidat

salam sejahtera untuk kita semua, untuk mengawali postingan kali ini *Stop formalnya dulu!
nah, alhamdulillah gue masih di beri kenikmatan sehat wal afiat dari Allah, :) terimakasih ya Rabbi saya masih bisa menghembuskan nafas hingga detik ini.

Selamat Hari Raya Idul Adha! :D
alhamdulillah puasa kemarin 2 hari lancar, dan satu hal yang paling mengganggu saat puasa, emosi!!
selalu aja, ada orang yang bikin emosi kalo lagi puasa, pintar-pintar aja menyikapi.
dan buat umat muslim sedunia, alhamdulillah yah.. sesuatuuuu banget... ini adalah suatu nikmat yang luaaarrr biasa!! sempurna.. istimewa!! *chibi banget
*Siyyuuussss?? miapahh? (alay) *migoreng -___-"

dah gitu dulu aja lah, bingung mau bercuap-cuap apaan lagi tentang idul adha, tentunya gue seneeeng banget bisa kumpul satu keluarga utuh di hari yang istimewa ini :)
yang pasti pesan gue! jangan sembelih temanmu! kalo emang pengin daging, sana minta sama panitia kurban.
bagi yang udah siap di kurban, banyak-banyakin makan yah masih ada waktu buat gemukin badan *Eh gak boleh ding! :D

*salam jomblo kece!!
wassalamualaikum wr.wb.
MERDEKA!! MERDEKA!!!! *temanya apaan sih?!

Thursday, October 4, 2012

Bukan ilusi

Tertegun dalam diamku..Terpaku dalam tangisku..
Rasa rindu
kini menjalar dihatiku
merobohkan asaku tuk bisa meraihmu..

ku lewati jalan setapak ini
semakin lama
semakin aku merasa tersiksa dalam penantianku..

Tak dapat ku pungkiri
hidup ini, hidupku
tak dapat ku sesali
raga ini, ragaku
walau terkadang aku ingin menjadi dia
Dia yang mampu mengalihkan pandanganmu
meski lelah menanti..
Setiaku..
Hati ini untukmu..

Berharap kau datang menghampiriku
membawa serpihan hati yang kau bawa pergi..
Tuk membuktikan cinta sucimu
yang kuharap bukan sekedar ilusi
yang dapat menipu hati..
Dan menghidupkan asaku yang mati
karena telah lelah tuk menanti kau datang kemari..