Saturday, November 24, 2012

ingat!! Jomblo Bukan Panu!!

terkadang, kemelankolisan bisa membumbung tinggi melampaui angan melebihi ambang batas ketika galau merajai hati. buat para jomblo, baca postingan ini kali aja bisa jadi hiburan di malam minggu disaat yang lain sibuk nyari tempat nongkrong bareng gebetan, cekidoottt!

"jomblo" satu kata yang bikin gue relax saat ini!
apa lagi coba status yang paling nyaman?

pacaran? okelah nggak kesepian *Sebenernya gue juga pengen ngakhiri ke-jomblo-an gue yang nggak tau sampai kapan, ya gue cuma lagi pengen fokus aja sih sama study  (o.O)
*udah jomblo->ngenes->penyakitan (penyakit hati yang teriris *iyyuuhh) ->ngeles lagi  <(-, -"<)

oke oke, buat para jomblo yang lagi merenung di pojok sana, sambil garuk-garuk tembok,
berhenti berharap sama orang yang dengan tersirat menyatakan penolakan, alias nolak halus gitu deh.
jomblo itu bukan panu!! ingat! jadi nggak perlu di hindari!! toh Tuhan udah nentuin jodoh masing-masing manusia.
jadi kalo jomblo, gak bikin global warming kan?
*Sorry emang nggak nyambung

tapi itulah jomblo, biasanya kalo malam minggu nih dimana ada jomblo, disitu ada rintihan.. 
*pas nggak ada satu SMS pun masuk
dimana ada jomblo, disitu ada tangisan
*pas liat time line mantan lagi mention-an sama gebetan barunya
dimana ada jomblo, disitu ada sindiran
*biasanya para jomblo enggan buat ikutan bahagia pas malam minggu, yang ada lewat depan orang pacaran sambil bilang "pacaran nggak modal! pacaran makan sepiring berdua, sok romantis padahal dompet tipis, pacaran? bosen" *nggaya, padahal hatinya kesepian tuh jomblo yang beginian (curhat)

buat para jomblo, berharaplah malam ini ujan deres pake petir, kalo emang cuaca malam ini bagus, tolong nggak usah berkeliaran di jalan saat malam minggu buat mencegah kegalauan sebelum terlalu luas melanda hati dan mencuci otak lo jadi sensi, bisa-bisa tukang parkir yang lagi ngarahin di bentak-bentak lagi

"priiiittt...!!! priiitt!!! kirii bang.. ke kiriii! lewat pintu keluar yang di sebelah sana ya!" 
"iya gue tau!! gue paham!! gue emang jomblo!! nggak usah di usir-usir terus dong, gue juga punya perasaan!"
*abang tukang parkir --> nelen peluit

kata bang Raditya Dika, mending lo lewat tuh depan orang yang lagi pacaran, terus teriak
"BENTAR LAGI JUGA PUTUS!!" terus langsung lari!

oke selamat bermalam minggu buat yang udah punya pasangan *jangan lupa bayar siomay-nya sebelum pergi yah~
gue nitip kalo perlu, anterin ya ke rumah gue, gue males mau keluar malam minggu ribet, macet, suntuk <-- jomblo

Sunday, November 18, 2012

cukup kayaknya..

oke, semoga ini terakhir kalinya, gue ubah tittle blog ini, sama description dan blog address-nya juga, ya biar sreg aja gitu sama hati hehe..

Meretas Keraguan


oleh: Yoga Aditya

Ku meretas keraguan dalam hatiku
Menuntaskan asaku yang tiada usai
Ku terpaku termangu
Memandangi sosok indah dalam bingkai
Sosok indah anggun menawan
Yang pernah ku pilih
Dan takkan tergantikan
Namun sayang..
Itu semua tinggal cerita
Kau pergi tinggalkan sendiri
Memaksaku memulai hati
Tanpa hadirmu disini...

*ini puisi karya temenku, namanya Yoga

Sunday, October 28, 2012

sumpah pemuda

gue sebagai remaja Indonesia merasa bangga sama pemuda-pemudi jaman dulu :D gimana enggak?? merekalah yang patut dinamakan pemuda-pemudi penjunjung kehormatan bangsa..begitu pemberani!! :D hebat!!

oke gue gak perlu berkata panjang lebar sama dengan luas dong ya...
intinya selamat HARI SUMPAH PEMUDA
ayok pemuda Indonesia, singsingkan lenganmu, kita beranjak berdiri bersiap tuk berlari membawa nama baik bangsa, kita tinggal meneruskan perjuangan mereka!
ayok berkarya!!! *Gue juga berusaha deh :D

semangat!!!!
MERDEKA!! 

Lomba yang gagal

Hasil keputusan pemenang lomba udah di umumin guys, dan gue kalah.
Entahlah, apa yang menyebabkan kekalahan gue ini, mungkin gue yang gak begitu berbakat di bidang penulisan sinopsis atau saat presentasi yang gelagapan kali ya..?!

Sekarang persoalannya gini, awalnya lomba itu di khususin buat anak-anak kelas 2 di sekolah gue, tapi gue mohon sama guru yang ngadain seleksi lomba itu biar gue bisa ikutan nyoba, sebenarnya itu seleksi buat nantinya yang menang bakalan dikirim ke Kabupaten buat bersaing sama sekolah-sekolah lain, akhirnya gue di bolehin ikutan, temen gue yang kelas 3 sama kayak gue, pengen ikutan juga akhirnya gue mintain ke panitia dan di bolehin.

Pengumpulan naskah sinopsis hari kamis, tapi pada telat dan gue ngumpulin hari jum’at pagi, mungkin itu karena gue juga gak pengen ketinggalan jauh dan bikin panitia bad mood, akhirnya Cuma naskah gue yang bener-bener udah di baca sama panitia, gue niat banget waktu itu, mungkin ini yang dinamakan ambisi. Gue berambisi karena gue pengen nunjukin sama temen kelas kalo gue juga bisa dibanggain, gue bukan Cuma cewek tolol yang hobi nulis naskah kosong alias dipandang sebelah mata seolah gak ada gunanya.
Gue pengen mereka mengakui keberadaan gue diantara mereka, gue sama kayak mereka, dalam diam sebenarnya gue mendam, ini bukan dendam melainkan memendam semua perlakuan yang secara tidak langsung bikin nyali gue menciut saat bersaing dalam prestasi sama temen-temen gue itu.

Oke, back to point, hari itu hari jum’at, ternyata siang itu juga presentasi diadakan, gue gak ada persiapan apapun sob.. gue coba ngafalin dan mahamin naskah nonfiksi sama naskah fiksi yang dibikin sinopsis itu, sama ternyata, peserta lain juga kebingungan dan gak ada persiapan kata mereka.
Satu ruangan ada 3 peserta, gue urutan ketiga (terakhir) di ruangan pertama, di kasih waktu 14 menit untuk mempresentasikan 2 naskah itu, dan beruntung, di ruangan itu ada jam dinding, jadi bisa ngira-ngira waktunya.

2 peserta udah presentasi termasuk temen gue, gue denger dari luar ruangan presentasi mereka ada yang lancar tapi ada juga yang kurang lancar, waktu gue mau presentasi ternyata guru yang mau nilai gue ada halangan, dia mau ngurusin urusan lain katanya sih mau ngurusin anak-anak calon murid teladan, akhirnya gue di limpahkan ke ruangan samping dan disitu enggak ada jam dinding ataupun penunjuk waktu yang lain, akhirnya GUE BUTA WAKTU saat itu!! Gue gak tau disitu gue udah berdiri berapa lama, dan ternyata pas penutupan presentasi gue, guru penilai itu komentar,
Katanya, gue kelebihan 5 menit! Amsyooongg!!! Gila!! Gue panik! 

Gue udah duga ini pasti gak semulus dugaan gue, dari situ seakan ambisi gue memudar, niat gue urung, semangat gue udah mulai rontok, seakan udah tertutup harapan buat jadi juara, dan itu terealisasi, usaha gue NIHIL!!
Gue gak bisa meraih juara, sementara temen gue berhasil meraih salah satu dari ketiga juara itu, hmmm ... mungkin ini takdir Tuhan, entah apa yang bakalan terjadi di masa depan, akankah gue lebih berhasil dari ini??! Keberhasilan dan kekecewaan ada di tangan gue sendiri! Gue bertekad buat fokus dulu sama study di sekolah, masalah prestasi lain entahlah, kalo ada kesempatan gue bakal nyoba lagi.. MUNGKIN SIH..

keep woles dah :D *slow
ayoookk!! semangat!!

Saturday, October 27, 2012

Mawar Merah Untuk Gea


Gadis itu menunduk lesu sambil berjalan menyusuri trotoar dekat sekolahnya. Bus pun melaju dengan kencang, dia tak memperhatikan akhirnya tertinggal, Gadis itu duduk di halte dengan raut wajah lusuh sambil memandangi selembar kertas yang dipenuhi dengan angka merah, hanya beberapa tinta hitam saja yang menunjukkan nilainya cukup. Suasana sore itu sangat ramai, banyak siswa keluar dari gerbang SMA tempat Gea biasa gadis itu dipanggil, untuk belajar.

“hujanlah!” Gea bergumam sambil mengayun-ayunkan kedua kakinya bergantian kanan dan kiri. Matanya menatap lekat awan hitam yang menyelimuti langit kota tua itu.
“sedang menunggu hujan? Cuaca sedang tidak bersahabat, jadi sulit untuk menebak-nebak turunnya hujan”  Denis duduk di sebelahnya. Gea berbalik memalingkan pandangan pada Denis, Denis tersenyum padanya. Dia hanya diam dan mengalihkan pandangan ke jalan raya yang semakin sepi itu
“itu daftar nilaimu untuk ujian semester ini?” Denis mencoba meraih daftar nilai itu tapi Gea menolak dan langsung memasukkannya ke dalam ranselnya. Gea berdiri dan berjalan tanpa tujuan. Denis melihatnya aneh, dia mengejar Gea dan seiring dengan itu Bus yang mereka tunggu pun datang. Gea segera mengajak Denis untuk naik bus tersebut.

Sesampainya dirumah
“Sudahlah ayah, percuma kalau seperti ini terus!!!” terdengar suara-suara yang tak asing bagi Gea. Hampir setiap hari orangtuanya cek cok, entah ada saja hal yang diributkan. Menurutnya itu sangat kekanak-kanakan. Beberapa vas bunga yang baru Gea beli dari toko bunga langganannya terlihat sudah berupa kepingan-kepingan kaca tak berharga berserakan di lantai, kedua orangtuanya berada di kamar, pintu kamar sedikit terbuka tapi Gea bersikap acuh. Dia sudah merasa sangat bosan dan terbebani sebagai anak tunggal. Bukan kasih sayang yang ia dapat melainkan keadaan menyesakkan seperti itu terus saja menyelimuti hidupnya.
“aku pulang” sapa Gea sambil berhenti sejenak sebelum menaiki anak tangga pertama menuju kamarnya. Tetapi orangtuanya tak menghiraukan.

Gea membuka ranselnya mengeluarkan seberkas amplop besar dengan beberapa lembar kertas putih di dalamnya. Perlahan-lahan Gea membuka dan membacanya dengan teliti. Tanpa disadari matanya memerah dan air mata menetes membasahi pipinya. Air matanya susah sekali ditahan, apalagi untuk dihentikan, Gea melempar tubuhnya di atas kasur empuk di kamarnya. Ia menutup seluruh bagian wajahnya dengan bantal dan menangis terisak-isak.
Pagi pun menjelang.
Langkah kakinya begitu berat menuruni tangga, dia berpegangan kencang pada besi yang memagari tangga itu. Dengan seragam lengkap dia melihat Bi Inah sedang membereskan pecahan-pecahan vas bunga kesayangannya. Lalu beliau berbalik tersenyum pada Gea.

“Selamat Pagi, Non Selamat ulang tahun yang ke 18 tahun yah?”
Bi Inah begitu perhatian sampai ulang tahun Gea pun Bi Inah selalu ingat
“Terimakasih Bi..” Gea mempercepat jalannya dan memeluk Bi Inah yang sudah dia anggap ibu keduanya.
Lalu Gea masuk ke kamar orang tuanya, namun tak dilihatnya.
“Ibu sama Bapak sudah berangkat kerja, Non”
“Apa tidak meninggalkan apa-apa, Bi?” Gea memastikan
“Hmm sepertinya tidak, Non, mungkin mereka terburu-buru” Gea menunduk, lalu keluar sambil menaikkan ranselnya tinggi-tinggi dan berlari keluar gerbang rumah
Sambil berlari, “Saya berangkat, Bi!”
“Hati-hati, Non!”, sahut Bibi
Di jalan menuju sekolah dia melihat pedagang bunga keliling, bunga yang ditawarkan terlihat segar sekali, Gea berhenti dan memilah-milah bunga mawar dan memilih satu bunga yang kelopaknya sempurna. Gea memang sangat suka dengan bunga mawar merah.

“gea, lagi ngapain kamu?” Rina, sahabatnya menegur dan mengajaknya masuk ke kelas. Gea tersenyum dan berjalan beriringan dengan Rina, Rina tahu betul bagaimana hidup yang Gea lalui, pahit ataupun manisnya.
Denis terlihat memandangi mereka dari jauh, Gea tersenyum pada Denis. Denis pun membalas senyum Gea, meskipun Mereka bertiga berbeda kelas tapi mereka selalu bersama.
Pada jam Istirahat, Gea berjalan diiringi Rina sahabatnya. Sambil ngobrol sepanjang jalan dekat lapangan basket menuju taman sekolah, Denis tampak di Lapangan Basket sedang bermain basket. Ia tersenyum pada Gea dan Rina, tiba-tiba muka Gea memucat pandangannya kabur, es krim yang ia bawa terjatuh dan Gea pun terjatuh ke lantai. Denis langsung berlari dan menggendongnya, Rina panik dia mengikuti mereka ke UKS.
“Kamu kenapa?” Denis bertanya, Gea terlihat masih lemas walaupun sudah sadarkan diri
“Mungkin kecapean” jawabnya
“Kamu udah sarapan belum?” tanya Rina
“Udah kok”
“Jangan bohong!” denis menimpali
“Gak sempet sarapan”
Gea seringkali terlihat pucat dan semakin hari semakin kurus saja. Beberapa kali terjatuh dan tak sadarkan diri. Dia menyembunyikan sesuatu yang tak satupun orang tahu kecuali seorang dokter Rumah sakit, dimana gea pernah dirawat disana karena penyakit typusnya sewaktu SD.

Dua bulan berlalu, sepulang sekolah Denis menyambangi kelas Gea.
“Mau pulang bareng?” ajak Denis pada Gea yang terlihat keluar dari kelas
“Boleh”jawabnya singkat, Denis mencuri pandang pada Gea. Ia memperhatikan gadis manis yang selalu mengikat rambutnya menjadi satu dengan gaya boyishnya, seorang Gea yang berdandan apa adanya kurang sesuai dengan kepribadiannya yang lembut, pendiam, dan penyuka bunga itu. “benar-benar pribadi yang unik” kata Denis dalam hati.

Tiba-tiba Gea merasa kepalanya pening sekali, tubuhnya mendadak panas, darah segar menetes dari hidungnya menodai seragam putih abu-abunya, Gea langsung menutup hidungnya dengan tangan kanannya. Denis kaget, dia langsung mengusap hidung Gea yang penuh darah dengan sapu tangannya yang masih sangat bersih itu.
“Gea, hidung kamu kenapa berdarah?” Denis menuntun Gea dan mengajaknya duduk.
“Tidak apa-apa, tenang saja”
Denis memaksanya cerita apa yang sebenarnya terjadi, tapi Gea tetap bungkam.
Beberapa hari kemudian, orangtua Gea resmi bercerai. Sehari berikutnya  Gea tak masuk sekolah. Denis dan Rina mencari-cari Gea di kelas tapi tak ketemu. Pulang sekolah Denis mencari toko bunga langganan Gea dan membeli 18 bunga mawar merah wangi yang tentunya akan diberikan pada Gea.Namun begitu Denis menghentikan motornya, terlihat bendera kecil berwarna kuning tertiup angin di depan rumah Gea, rumahnya terlihat lebih ramai dari biasanya tapi tak ada sedikit pun senyum yang Denis lihat dari semua tamu yang berdatangan.
Denis masuk rumah itu dan bertemu dengan kedua orangtua Gea tampak Ibu Gea menangis histeris di pelukan Ayah Gea.
“Tante, selamat sore, ini ada apa yah?” Denis melihat sekitar dengan tampang bingung
“Gea.. meninggal Deniiiiiss” isak tangis mewarnai rumah mewah itu, Ibu Gea semakin histeris hingga beberapa menit kemudian tak sadarkan diri, Denis masih merasa tak percaya, bunga mawar yang ia genggam terjatuh ke lantai, air matapun mengucur deras di wajah manisnya. Ia langsung berlari menuju kamar Gea dan nampak tubuh Gea terbaring kaku Denis membaca kertas putih diatas meja di kamar gea yang penuh dengan informasi dari Rumah sakit dimana dijelaskan kalau gea mengidap penyakit leukimia stadium akhir, Denis tersungkur ke lantai menekuk kedua kakinya, lututnya menutupi wajahnya yang lebam dan basah karena air mata.

Otaknya memutar ulang cerita singkat yang indah bersama Gea semenjak mereka kecil dulu. Teringat jelas saat mereka berlarian bersama di taman kanak-kanak
“Gea, jangan tinggalin aku yah! Kamu janji kan gak akan lari jauh dari aku? Aku mau main terus sama kamu” pinta Denis kecil
“Iya Denis, aku janji!” jawab Gea dengan senyuman khasnya, jari kelingking kedua bocah itu pun berpaut diiringi tawa mereka, kemudian mereka pun berlari lagi.
Denis memandang kosong kertas itu.
“Sekarang kamu lari dari aku, kamu pergi jauh ninggalin aku. Belum sempat aku mengatakan kalau aku sayang sama kamu, kamu mawar paling harum dihatiku, Gea” gumamnya.

::tamat::

Thursday, October 25, 2012

Bukan Salah Ramalan Zodiak

Cerita ini ada, karena kecintaanku pada seseorang yang amat mendalam.

Flashback...
Dia seorang teman yang sangat biasa, sangat biasa hingga sesuatu yang ada dalam dirinya muncul membuatku merasa dialah seorang cowok yang luar biasa, teman masa SMP yang kembali hadir di hidupku, dia kembali dengan kepribadian dan sosok yang sama seperti dulu, namun perasaan yang berbeda.

Sebut saja Rio, saat itu dia menyapaku di jalan, memanggil namaku dengan nada yang terdengar ragu, mungkin dia ragu kalau itu adalah aku, 3 tahun terpisahkan hanya berkomunikasi lewat akun facebook, dan akhirnya lewat sms dan telephon.

Semenjak pertemuan itu, dia semakin sering bertemu denganku, kita semakin akrab. Dia, seorang sahabat baru yang baru kutemukan.
Bersahabat dengannya seperti bersahabat dengan udara, menyejukkan, menenangkan, menyenangkan, dan perasaan bahagia lain selalu menghampiriku. Canda tawa selalu ada di sela-sela obrolan sederhana.
Membohongi hati adalah hal yang takut untuk terlalu lama ku pendam.
Aku nyaman bersahabat dengannya, tapi aku takut, takut menyukainya lebih dari rasa suka untuk seorang sahabat, dia menangkap keganjalan itu, ternyata.

Suatu waktu yang entah karena apa, apakah ada petir yang menggugahnya? dia menanyaiku beberapa hal, mengenai status di akun facebook, mungkin dia menyadarinya, aku coba munafikkan perasaan yang menggelayuti hatiku, rasa minder, rasa tidak percaya diri, dan berbagai perasaan negatif lain membuatku membohongi hatiku untuk sekedar mengaku suka walau dalam hatiku sendiri.
Cukup lama kedekatan kita, bertemu di rumahku, bercengkerama dimanapun kita bertemu. Hingga suatu hal yang belum pernah kudapat dari orang yang pernah menyinggahi hatiku.
Cokelat, haha... lugu sekali rasanya mengakui kalau itu adalah kali pertama aku mendapatkan cokelat dari seorang cowok yang kata orang, cokelat adalah lambang kasih sayang, sebatang cokelat dia berikan padaku dengan caranya sendiri, senyum kami pun mengembang.

Aku rasa, perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan, sudah sangat dekat sekali, semakin berani untuk mengakui kalau ini adalah rasa sayang, meski hanya hatiku ku beritahu, jika dibilang dekat sebagai sahabat, tapi itu sudah lebih. Dulu selama aku punya pacar, baru kali itu tanganku di genggam lama, meski belum resmi sebagai kekasih kala itu, aku kikuk sekali, aku malu, aku... pokoknya semua hal yang buatku tidak PD menggelayuti pikiranku saat itu, orangtuaku sudah mengenalnya, sudah tahu dia anak yang benar-benar baik.



Hari raya idul fitri..
Hari yang ditunggu-tunggu, sebuah moment istimewa di hari itu, aku dan dia semakin lama semakin akrab saja.

Seminggu setelah hari raya, tanggal 26 Agustus, moment terindah seumur hidupku.
Di kebun teh, tempat yang paling aku suka, aku sangat suka tempat yang tenang dan dingin.
Di bukit itu dia meraih tanganku, hawa dingin perlahan terasa menghangat, dia memamerkan senyum manisnya lagi, sambil berkata.
“kamu beneran mau jadi pacar aku?” ungkapnya, mungkin memang benar dia sudah lama menyadari kalau akupun menyimpan rasa sayang yang mendalam untuknya.
“apa ini?” jawabku terkaget-kaget
“menurut kamu?” dia tersenyum padaku, aku bisa menangkap maksud dari ekspresi wajahnya, akupun tersenyum.
“iya, aku mau jadi pacar kamu” mungkin suasana sudah romantis, tapi kurang pengungkapannya saja kali yah yang kurang manis, hehe..
“hehe.. ciiiee.. sipp, udah jadian sekarang” ungkapnya sambil tertawa kecil, kita kembali berjalan beriringan, lelah sekali, kita pun duduk diatas sebuah batu besar, tidak jauh dari sana terlihat air terjun kecil.
“janji ya, bakal setia?!” dia mengulurkan jari kelingkingnya
“bismillah” aku menjawabnya dan mengaitkan jari kelingkingku di jari kelingkingnya.
Jawabanku adalah sebuah do’a, yang entah dia sadar atau tidak, maknanya begitu mendalam bagiku, dalam hati aku menjawab

Bismillahirrahmannirrahim, semoga aku bisa setia sama kamu, dan kamu juga bisa setia sama aku, semoga cinta kita selalu berada dibawah naungan cinta Allah SWT, karena aku sangat menyayangimu.

Seminggu setelah itu, tanggal 2 September, siang menjelang sore hari.
Selesai kegiatan dari sekolah, aku dan Rio mengobrol seperti biasa, di rumah Rio saat itu. Seorang loker koran mengantarkan koran harian ke rumah Rio dia terlambat mengantar koran, aku membaca sebuah ramalan zodiak yang terpampang di salah satu rubriknya, sebuah ramalan dari Aquarius, zodiakku, di urusan asmara seingatku intinya hubunganku dan pasanganku akan tidak baik, dan yang paling aku ingat ramalan zodiak milik Rio, Pisces, terbaca kalau dia mencoba menjalani hubungan dengan orang yang sama,

menurutku yang disebut adalah orang yang sama adalah orang yang pernah mengisi hatinya sebelum aku. Hatiku serasa dibenturkan ke lantai dengan tekanan yang sangat keras, seperti membanting bola basket dengan emosi yang sangat tinggi.

Sore harinya.
Dia bilang mantannya yang satu kelas dengan dia, datang menghampirinya. Katakanlah Tya, Tya menangis, Tya tidak rela kalau Rio denganku, Tya dan Rio sudah putus sejak Januari, tapi mereka masih terlihat akrab, feeling-ku sepertinya Rio masih suka  dengan Tya, Rio dilema, dia bingung akan memilih siapa diantara kami, aku benar-benar takut, ketakutanku muncul karena aku takut kalau dia memilih Tya, hubungan kita baru genap satu minggu, satu minggu!! Entah mengapa aku semakin takut, perasaan ini menggangguku, mungkin kesetiaannya sedang diuji Allah, beberapa hari kemudian, hubungan kami ‘tergantung’, aku sungguh tidak nyaman, aku ingin dia tegas, tapi ketegasannya bukannya untuk memilih Tya, melainkan aku. Egois memang, tapi sungguh aku merasa ini tidak adil untukku.
Semakin hari, rasanya batinku benar-benar tersiksa, hati bergumam..

Mungkinkah ramalan zodiak itu benar? Entahlah, aku tidak begitu paham maksud dari ramalan itu, tapi aku tidak mengharapkannya benar, itu perbuatan syirik!!

Hari jum’at, 7 September.
Tak ada kabar, dari pagi hingga sore menjelang, malamnya sekitar waktu Isya, dia mengirim pesan singkat, dia bilang sedang mengantarkan teman membeli kado di Kota. Aku menebak
“Tya??”
“hmm, iya” sambil memberikan karakter sedih,

hatiku remuk, tahukah kau???
Untuk apa karakter sedih itu? Sementara perasaanku kau abaikan? Untuk apa semua itu? Semua yang kau lakukan kala itu?
Apakah kamu sadar? Dialah penyebab keretakan hubungan kita, tapi kenapa kamu bersamanya saat itu? Malam hari, pergi jauh, hanya berdua, sementara disini hatiku perlahan melemah dan rasanya sesak sekali, seperti aku sedang diguncang-guncangkan diatas menara dan siap terjun bebas tanpa pengaman.
Sepertinya kantung air mataku menahan banyak sekali air yang harusnya ku keluarkan, tapi ku tahan, tahukah kau, mengapa?
Karena kurasa percuma dan sia-sia jika saat itu aku menangis, itu tidak akan membuatmu berhenti, memutar arah dan langsung pulang.

Malam itu juga, pupuslah harapanku untuk menjadikannya yang terakhir singgah dihatiku. Remuklah perasaan yang selama ini ku jaga, hancurlah janji yang ia buat sendiri, dia menghabiskan banyak waktu dengannya, sekarang aku sadar, mungkin dia lebih memilih Tya.

Aku tak memiliki cukup alasan untuk tersenyum, kebahagiaan yang selalu datang, tak lama akan berlalu dan pergi jauh meninggalkanku yang tengah menangis terisak-isak di dalam ruangan pengap ini.
Semua yang ku elu-elukan kini terbang dengan sayap lamanya yang menjadi baru dan indah, lebih indah dariku.
Aku tak sempurna, jauh dari kata sempurna, aku tak pantas, rasanya berjalan pun aku merasa tak percaya diri, aku malu dengan awan putih itu, karena aku tak secantik dia,
aku malu pada matahari, karena aku tak seterang dia,
aku malu pada trotoar yang ku tapaki, karena aku tak sekuat dia,
aku merasa iri pada Tya, karena aku tak seberuntung dia.

Dia sering sekali meminta maaf padaku, tapi sepertinya hatiku sudah membatu, maaf itu hancur karena kekecewaan yang merajai hatiku.
Bagaimanapun dan apapun alasannya, dia telah meninggalkanku.
Aku jatuh bangun berusaha rela, meski kerap air mata mengucur deras membenam senyumku, semuanya gelap, seperti aku tak memiliki kebahagiaan untuk hatiku.
Hatiku seolah mati rasa.
Membayangkannya tengah bahagia menjalani hari-hari bersama perempuan itu, sementara aku masih sangat menyayanginya namun rasa sayang itu beriringan dengan luka bagai pisau yang menusuk ulu hatiku, tertancap mengucurkan darah segar yang membuat hatiku tak lagi terasa ada, mata pisau itu telah tertancap terlalu dalam dan kini tinggalah bekas luka yang perihnya masih terasa, sulit tuk hilang.


Ku lihat ramalan zodiak di koran yang lain hari ini, 13 Oktober.
Aquarius, asmara : cinta lama
Sepertinya Rio masih membayang jelas di anganku, bayangan yang terus menggangguku, kerap menghiasi mimpiku, karena setiap aku membayangkannya munculah bayangan Tya tengah bahagia dengan Rio, kembali merajut kasih ataukah tidak, entahlah.

Pisces, asmara : Di atas awan
Mungkin dia tengah melayang bahagia dengan Tya, sementara aku susah untuk melupakan.
Bukan zodiak yang menentukan cerita cintaku.

Keringat mengucur deras di wajahku malam ini, rasanya panas ini merasuk hingga ke ulu hatiku, ku lempar lembaran koran itu, fikiranku masih dipenuhi kalut yang mencambuk hatiku, perih sekali.
Ingin sekali aku amnesia, menghapus beberapa kenangan yang membuatku terus terpuruk seperti ini, ingin sekali memformat data di otakku tentang semua cowok yang pernah menyakitiku.
Sialnya, itu impossible, dan rasa sayang itu masih tetap ada untuknya.
ingin sekali aku menghilangkannya, Tuhan...

tidak boleh terlalu percaya zodiak! cukup buat hiburan saja
hatiku bergumam.
Mungkin itu semua adalah suratan takdir dari Allah, aku tidak boleh menyalahkan ramalan itu!
Semuanya akan bahagia pada saatnya nanti, Allah memang selalu punya rahasia yang berakhir indah. Aamiin.

Idul Adha

assalamualaikum.. :)
maaf ya jarang muncul hehe.. udah lama rasanya gak posting di blog, kadang-kadang curi-curi waktu gue coba manfaatin fasilitas sekolah *buat promosiin nih blog ke temen-temen yang lagi pada on di PC sekolah *lab komputer, ataupun lagi pada hotspotan gitu pake laptop mereka masing-masing hehehe.. tapi sedikit berhasil, alhamdulillah deh :D ada beberapa yang buka, daripada gak ada sama sekali.
*tepuk jidat

salam sejahtera untuk kita semua, untuk mengawali postingan kali ini *Stop formalnya dulu!
nah, alhamdulillah gue masih di beri kenikmatan sehat wal afiat dari Allah, :) terimakasih ya Rabbi saya masih bisa menghembuskan nafas hingga detik ini.

Selamat Hari Raya Idul Adha! :D
alhamdulillah puasa kemarin 2 hari lancar, dan satu hal yang paling mengganggu saat puasa, emosi!!
selalu aja, ada orang yang bikin emosi kalo lagi puasa, pintar-pintar aja menyikapi.
dan buat umat muslim sedunia, alhamdulillah yah.. sesuatuuuu banget... ini adalah suatu nikmat yang luaaarrr biasa!! sempurna.. istimewa!! *chibi banget
*Siyyuuussss?? miapahh? (alay) *migoreng -___-"

dah gitu dulu aja lah, bingung mau bercuap-cuap apaan lagi tentang idul adha, tentunya gue seneeeng banget bisa kumpul satu keluarga utuh di hari yang istimewa ini :)
yang pasti pesan gue! jangan sembelih temanmu! kalo emang pengin daging, sana minta sama panitia kurban.
bagi yang udah siap di kurban, banyak-banyakin makan yah masih ada waktu buat gemukin badan *Eh gak boleh ding! :D

*salam jomblo kece!!
wassalamualaikum wr.wb.
MERDEKA!! MERDEKA!!!! *temanya apaan sih?!

Thursday, October 4, 2012

Bukan ilusi

Tertegun dalam diamku..Terpaku dalam tangisku..
Rasa rindu
kini menjalar dihatiku
merobohkan asaku tuk bisa meraihmu..

ku lewati jalan setapak ini
semakin lama
semakin aku merasa tersiksa dalam penantianku..

Tak dapat ku pungkiri
hidup ini, hidupku
tak dapat ku sesali
raga ini, ragaku
walau terkadang aku ingin menjadi dia
Dia yang mampu mengalihkan pandanganmu
meski lelah menanti..
Setiaku..
Hati ini untukmu..

Berharap kau datang menghampiriku
membawa serpihan hati yang kau bawa pergi..
Tuk membuktikan cinta sucimu
yang kuharap bukan sekedar ilusi
yang dapat menipu hati..
Dan menghidupkan asaku yang mati
karena telah lelah tuk menanti kau datang kemari..

Friday, September 21, 2012

CERPEN: the Glow of Heaven today

"wah jilbabnya bagus" pujian demi pujian terlontar dari mulut kami saat melihat koleksi photo diana di laptopnya, diana adalah teman kami, nina dan aku juga berkomentar dengan photo milik diana ini.
"aku tidak suka saat kamu berpose menjulurkan lidahmu seperti itu, kesannya kurang baik" aku berkomentar saat melihat photonya yang menjulurkan lidah dengan ekspressi wajah genit tapi berjilbab, kami pun tertawa. kami semua berjilbab saat sekolah dan ini memang bukan waktu belajar, karena kami sedang melakukan praktek dari sekolah di instansi-instansi pemerintah dan swasta, hari ini benar-benar melelahkan--banyak problem yang menggelayuti pikiran, seperti kesalahan dalam bekerja dan lain sebagainya karena kami anak kejuruan jadi sebisa mungkin kami menerapkan profesional kerja semampu kami.

sore itu benar-benar sore kelabu, bukan malam kelabu pasalnya matahari masih berani menampakkan dengan tegas sinarnya dilangit kala itu dan waktu ashar pun tiba, aku dan nina berjalan menyusuri jalan yang biasa kami lewati sepulang praktek kerja, disana semakin sore suasana semakin ramai karena memang kawasan perkotaan--kami berhenti di mushola yang biasa kami lewati, lelah serasa menguasai tubuh ini, ku buka penutup kepala yang biasa disebut dengan nama jilbab, karena aku seorang muslimah-- ku basahi wajah ini rasanya tenang dan sejuk sekali--langkah demi langkah berwudlu aku lalui, akhirnya dengan tenang aku mendirikan sholat dengan mukena yang telah disiapkan di mushola itu--selesai sholat tiba-tiba

"seharusnya saat takbir jangan langsung bersedekap begitu!" nina mengingatkanku, aku berfikir memutar rekaman otak kebelakang
"terus harus bagaimana baiknya?" sambil ku kemasi mukena dan ku lipat tapi tidak begitu rapi
"saat tangan kamu diangkat dan mengucap 'Allahuakbar' tidakkah dalam hati seharusnya kamu berniat juga?" nina mencontohkan kalimat yang ia ucapkan saat berniat di dalam hati dengan bahasa Indonesia, aku rasa nina benar--seharusnya ada jeda antara saat aku mengangkat tangan dan bersedekap
"bukankah Allah akan menerima sholat kita jika kita niati dari dalam hati? niatan dengan ucapan itu kan sunnah" sambungnya
aku berfikir jernih, aku rasa nina lebih banyak ilmu daripada aku.

Beberapa saat kemudian dua orang remaja putri berjilbab rapi memasuki mushola bersiap akan sholat Ashar juga, kami melihat merekea dengan seragam sekolah yang tidak pernah kami lihat sebelumnya sepertinya dilihat dari penampilan mereka adalah seorang santriwati atau dari sekolah Islami yang sejenisnya, ada satu yang berjilbab rapi dan berkacamata--penampilannya sangat sederhana tapi baik dan sopan dilihat juga pantas, membuat orang yang melihatnya merasa nyaman dan sejuk.

akhirnya kami berjalan menuju pulang, nina melanjutkan jalan pulang kerumah sedangkan aku berjalan di trotoar menuju suatu tempat yaitu Toko kacamata, aku berniat mengambil kaca mata yang sudah aku pesan dari kemarin, katanya sih bagus warna dan modelnya--tapi sejujurnya bertolak belakang sekali dengan kepribadianku yang boyish, kaca mata minusku dengan frame perpaduan warna ungu dan pink, cocok sekali dipakai remaja putri yang sangat suka berdandan, dan bukan aku yang gemar basket.

aku memang berjilbab tapi sesekali saja, saat di sekolah atau acara-acara yang berkaitan dengan sekolah, tapi sedikit demi sedikit aku berusaha menutup auratku sebagai muslimah, tapi sungguh butuh waktu untukku tutup keseluruhan, bagian rambut yang sulit untuk ku tutup.
tapi tentu saja penampilanku sopan dan aku rasa cukup rapi, tapi aku juga sering merasa bingung--disisi aku ingin sekali melanjutkan hobi bermain basketku dan tetap berpenampilan seperti biasa dengan sepatu ket, jeans dan T-shirt dan rambut di gerai atau di ikat dengan seperti ini aku bisa merasakan 'inilah diriku', disisi lain aku juga ingin menutup aurat dan mengikuti nasihat orang tuaku.

kaca mata sudah ada didalam ranselku--aku berjalan menyusuri trotoar dibawah sinar orange matahari sore kala itu, sendiri berteman angin yang hanya sedikit saja berhembus membelai jilbab yang ku kenakan.

"sepertinya itu perempuan yang di mushola tadi" gumamku dalam hati
gadis itu berjalan dan akhirnya satu Bis denganku, dengan arah yang sama.
cara berjilbabnya rapi sekali--tak ada walau sehelai pun rambut yang terlihat, benar-benar tertutup. aku memandangi cara berpakaiannya dan membandingkan dengan apa yang aku kenakan, berbeda sekali rasanya--memang sama-sama berjilbab tapi dari unsur kesopanan masih lebih sopan dia, dengan baju yang agak longgar sedangkan aku--lenganku masih tampak karena aku mengenakan jaket yang tidak terlalu longgar, aku memandangi jilbab yang ia kenakan sungguh rapi dan sopan sekali, dengan kaca mata yang ia kenakan juga tidak membuat penampilannya terlihat ndeso atau cupu melainkan memperlihatkan keanggunannya sebagai seorang muslimah, dengan tenang dia duduk di kursi sebelah kananku tapi terpisah celah selangkah sebagai jalan untuk orang lewat di dalam Bis.
dalam hati aku berbisik lirih.

"seandainya aku dapat sebaik dia, dilihat dari penampilannya saja orang yang mau menggoda walau hanya dengan berkata 'hai' saja rasanya pasti akan risih dan lebih memilih untuk tidak berkata apapun dengan gadis sesopan ini"
begitu terlindungi gadis ini dengan jilbab yang ia kenakan--meskipun sederhana dan tidak bergaya mengikuti trend berjilbab masa kini justru itu yang membuatnya menarik.

"andai aku dapat seperti dia" gumamku, tapi bukan hal yang tidak mungkin untuk berpenampilan seperti itu, basket bukan halangan--tapi bukan untuk saat ini dan tidak secepat kilat aku dapat berubah dengan perubahan yang signifikan dan membuat orang-orang yang mengenalku sebagai seseorang yang tidak begitu islami dan tiba-tiba berubah drastis mereka psti akan terheran-heran dan perubahan yang secepat kilat juga biasanya tidak akan bertahan lama.
jadi, aku fikir lebih baik sedikit demi sedikit saja, aku berterimakasih sekali pada gadis itu--sungguh contoh yang baik.

Allah mengingatkanku, selalu mengingatkanku dengan berbagai cara dan contoh yang Ia perlihatkan padaku.

Sunday, September 9, 2012

Larinya duka


mendengar lagi alunan nada yang terekam jelas dihati dan fikiran..
seperti suara nyanyian jiwa
yang sedang merasakan kebahagiaan
dan entah disadari atau tidak
membuatku terus terbayang..
bayang yang tak kunjung hilang..
lekas kembali ke hidupku dengan pesona yang berbeda..
menggenggam bahagia, menaburkannya diseluruh sudut deritaku..

mengubah lara jadi abu yang kemudian terbang terbawa angin..
membuatku yang terjatuh dan terluka kembali bangkit dengan satu kata yang tak pernah bisa ku lupa..
cinta..
cinta itu datang padaku..
cinta itu kian lama menguras duka yang terus mencambuk asaku..
yang membuatku sakit dan tak kuat tuk bangkit..
kini perlahan terkikis dan menarikku pergi dari gelapnya masa lalu..
membasuh lukaku dengan sentuhan kasih sayangnya..
membawaku terbang dengan sayap yang mengembang bak malaikat yang Tuhan kirim tuk membuang jauh tangisan yang merenggut senyumku..

ah.. hiperbol sekali rasanya jika ku terus memujinya demikian,
hanya satu yang sanggup ku katakan padanya..

aku menyayanginya.. sungguh Tuhan! :')

Ketakutanku


seakan udara pagi yang dingin menyelimuti oksigen yang ku hirup
aku tersudut diruangan ini ..
menunggu matahari muncul menghangatkanku
untuk kemudian bangkit dan bersiap melawan semua keadaan yang membuatku terpuruk..

senyuman..
satu simpul kehidupan, yang tak pernah pudar dari wajahku..
kini kian lama kian menghilang..

aku takut..
tapi ketakutanku ini semakin membuatku terperosok dalam lubang penyesalan

ketakutanku untuk dilawan bukan dibiarkan..
ketakutanku untuk dihadapi bukan dihindari
tapi aku tak sanggup bila tanpa penyemangat hidupku..
ketakutanku semakin menusuk batin..
tapi aku memaksa diri untuk terus maju
walau keadaan kadang tak sejalan..

Long Life To Love

Banyak yang mengira gadis ini psyko, bagi yang berfikir sempit akan memilih untuk pergi meninggalkannya dan lebih memilih tidak mengenalnya, sakit hati, kesepian, kecewa dan berbagai perasaan kalut lainnya, inilah yang dirasakan riana, gadis 16 tahun ini terlihat sangat biasa saja, tak terlihat memiliki kelainan tapi tepatnya bukan kelainan, melainkan kelebihan. dia gadis cerdas yang dijauhi teman-temannya karena mereka fikir riana memiliki kelainan jiwa padahal sama sekali tidak, dan riana lebih memilih tutup mulut, tutup telinga dan biasa saja, walau sebenarnya sangat berat menjalani hidup dalam keheningan.


"kalo lo temenan sama dia, lama-lama lo ikutan gila!" cetus gina pada gilang, gadis yang sangat membenci riana
"lo tuh yang udah diracuni sama hal-hal yang gak berbobot yang malah bikin lo jadi sensi" ungkap gilang yang masa bodo dengan semua omongan gina, dia tetap melanjutkan jalan disamping riana yang dari tadi hanya diam mendengar ucapan-ucapan pedas dari mulut gina


"kenapa lo selalu pasrah? harusnya lo tuh nangkis omongan negatif mereka tentang diri lo, kenapa lo-nya malah diem aja?!" gilang heran, dia lantas berdiri dan beranjak pergi meninggalkan riana yang duduk ditaman sekolah berdua dengannya
"aku gak pasrah" kata riana, langkah gilang terhenti
"hah? gimana bisa dibilang gak pasrah kalo lo-nya diem aja gitu, kalo lo emang punya imajinasi yang terlalu tinggi harusnya lo nyadar dong di sekeliling lo tuh banyak orang yang gak suka diceritain hal-hal gak masuk akal, harusnya lo bisa dong membawa diri! Sorry maksud gue bukan imajinasi, tapi kelebihan baiknya lo tuh gak usah ngasih tau orang yang jahat sama lo tentang apa yang lo lihat!"
"aku cuma jawab aja yang mereka tanya" riana menunduk

riana punya kelebihan, dia bisa melihat apa yang orang lain tidak bisa lihat, dia bisa melihat masa depan, tapi dia tidak bisa melihat apa yang akan menimpanya, dia bisa melihat seseorang yang sekarang menjadi sahabatnya, namanya ficky, cowok khayalan yang selama ini setia menemani riana, bukan khayalan tepatnya tapi dia sosok yang berbeda, dia adalah arwah dari seorang cowok yang sedang kritis di salah satu rumah sakit yang pernah riana datangi.
singkat cerita, awalnya riana berniat menjenguk neneknya tapi saat di selasar rumah sakit di depan ruang ICU dia melihat sosok cowok dengan jeans hitam, t-shirt putih bersepatu ket putih sedang duduk termenung dan terlihat menangis, riana mendekat

"hmm siapa kamu?" riana mencoba memastikan, karena disekitar tubuh cowok ini terlihat bercahaya, seperti ada cahaya putih yang memantul dari dalam dirinya, tidak terlihat seperti manusia.
"lo?? lo bisa liat gue??" cowok itu berdiri tepat didepan riana sambil menunjuk-nunjukan jari telunjuknya ke depan mukanya sendiri
"iya, tapi kamu keliatan beda, makanya aku menyapa" ungkap riana sambil menaikkan ranselnya
"waaahh.. makasih lo udah negur gue, kalo lo gak negur bisa-bisa gue galau sepanjang masa deh!" riana beranjak pergi tapi cowok itu menahannya
“tunggu!”
"kamu siapa? hantu? malaikat? peri? atau apa?"
"yaelah.. kenalin nama gue ficky, lo siapa?" ficky menjulurkan tangan kanannya
"aku riana" riana menjabat tangannya
"lo bisa nyentuh gue, lo juga arwah kayak gue?"
"maksudnya? jadi kamu beneran bukan manusia kan?" riana melepas genggaman tangan ficky
"gue... hmmm sebenernya gue setengah idup, setengah mati, lo liat tubuh yang terbujur kaku didalam sana? itu gue" ficky menunjuk ke arah ruangan tempatnya dirawat


"jadi kamu sekarang sedang kritis? sekarat? hampir mati?"
"yah begitulah, gue galau.. galau abis nih, gue musti gimana?"
"hemmm.. kamu tunggu aja sampe bener-bener udah siuman"
"nyaaahh.. kalo itu sih gue juga tau"
ficky kembali duduk di kursi selasar
"tapi, kenapa kamu gak coba masuk lagi aja ke tubuh kamu?" riana mengikuti duduk disamping ficky, rumah sakit terlihat sepi siang itu
"kalo segampang itu, udah gue lakuin dari kemaren!"
"ooooh gitu" lalu riana beranjak, berniat pulang kerumah
"eh lo mau kemana?? tungguin gue!!" ficky berlari mengejar riana
"kamu mau kemana? kenapa ikut?" riana terlihat gugup
"cuma lo yang bisa liat gue, jadi cuma lo yang bisa nemenin gue, please!! gue mohon jangan tinggalin gue, gue ikut lo aja yah?" ficky memohon
"tapi... enggak enggak!!!" riana mempercepat jalannya, dia memasukkan telapak tangannya ke kantong jaketnya, hawa dingin sangat terasa, karena sebentar lagi memang mau turun hujan
"eh.. swear deh!! gue gak bakalan ganggu idup lo! gue cuma mau ditemenin sampe gue siuman dan sadar! please..."
"eng... aduh aku udah cukup tersiksa"
"maksudnya? haha..oh jadi lo punya kelebihan beginian orang-orang jadi ngucilin lo? yaelah gitu aja repot!"
"huh..!!" riana melanjutkan jalannya
"eh jadi gimana? oke yah gue ikut lo?"
"iya deh iya.. tapi janji jangan usik hidupku!"
"iya tenang aja.. percayakan sama ficky"


sesampainya dirumah riana
"eh eh eh.." riana menutup pintu kamar memberi sedikit celah "aku mau istirahat! kenapa kamu ikutan masuk ke kamar? ini kamarku, kalo kamu mau tidur sana di sofa ruang tamu!"
"yaah gue gak tidur, udah deh lagian gue kan hantu jadi gak mungkin gue ngapa-ngapain lo, lagian kalo lo mau ganti baju kan gue bisa keluar tapi ini diluar gak nyaman banget"
"hmmm.. dikasih hati minta ginjal!"
"jantuuuungggg!!!"
"iya iya, yaudah kamu duduk aja di sofa kamarku, awas!! jangan pegang apapun!!"
"eh liat deh, gue bisa pegang barang-barang punya lo!" ficky menyentuh piala-piala di atas meja belajar riana
"emmm.. berarti kamu bisa nyentuh apapun yang aku punya yah?! kenapa harus aku sih!?"
"hehe.. takdir.." ficky meringis


riana, gadis manis berambut lurus, hitam, dengan panjang sebahu ini memang sangat kalem, pribadi yang pendiam dan misterius, sangat anggun dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk menulis dan membaca, memiliki kemampuan yang tidak biasa, tapi tetap enjoy saja dengan hidupnya yang penuh keheningan itu.


ficky, semasa dia hidup (selama masih bisa beraktifitas alias hidup seutuhnya) dia adalah cowok ganteng yang agak playboy, dia siswa SMA Harapan Bangsa, satu kota dengan SMA tempat belajar riana, ficky kritis sekitar dua hari karena kecelakaan yang dialaminya saat balapan liar, karena keluarganya termasuk keluarga yang terbilang mampu jadi ficky lebih suka meneruskan hobinya yang sangat mengancam keselamatannya sendiri itu, dia pikir begitu gampangnya untuk meminta uang dari orang tuanya karena ficky adalah anak tunggal, dia sangat disayang orang tuanya.


seminggu berlalu begitu cepat, semenjak itu riana dan ficky sangat dekat, walaupun tidak jarang mereka bertengkar, bisa dibilang mereka sepasang sahabat khayalan yang sangat impossible tapi nyata dan mengundang kecurigaan orang-orang, karena riana sering dipergoki berbicara dan tertawa sendiri padahal saat itu dia sedang berkomunikasi dengan ficky, hari-hari riana makin sulit, dan sangat sangat sulit.


"lo lagi ngapain ri?" tanya gilang sahabat riana yang sedang berjalan dan melihat riana duduk sendiri mengotak atik laptopnya, saat itu riana duduk disamping ficky yang tak bisa dilihat gilang.
"oh kamu, gak kok. lagi bingung aja nih mau ngirim tugas tapi udah deadline"
"oh tugas dari bu indah? kenapa telat? kan dikasih waktu tiga hari?"
"ehehe.. iya aku ceroboh, lupa. karena kamu tau sendiri kan aku kerja paruh waktu di restoran siap saji itu udah setengah taun ini jadi bener-bener nguras tenaga, alhasil sering telat ngumpulin tugas"
"dasar pelupa!!" cetus ficky
"apaan sih!!" jawab riana
"hah? Apaan apanya ri?" gilang keheranan
"oh nggak nggak.. ini tadi ada lalat aduh apaan sih nih lalat nempel-nempel di pipiku!" riana pura-pura mengusi-usir lalat padahal tidak ada apapun yang menyentuh pipinya
"yaelaah, makanya kalo mau berangkat jangan lupa mandi hahaha, mending lo berhenti kerja aja gimana? Kan sayang juga udah mau lulusan masih disibukkan kegiatan diluar gitu mana nguras tenaga sama pikiran lagi" ledek gilang
"haha.. iya iyalah, emang kamu! Iya aku juga mikir gitu makanya aku lagi mau ngajuin surat pengunduran diri, mau fokus sama sekolah dulu coba deh.."
"gue dicuekin lagiii..." ficky beranjak dan berkeliling sekolah riana, riana bersiap masuk ke kelas, tentu tidak semua orang mengucilkannya masih ada orang-orang yang percaya padanya, tiba-tiba langkah kakinya terhenti didepan perpustakaan


"eh ada gadis psyko, ngapain lo liatin gue gitu?" ejek gina dan teman-teman satu gengnya
"gina, kalo kamu pulang naik motor sama vino, jangan lewat jalan yang ada tikungan tajam dekat sekolah yah"
"hahaha.. eh gadis gila! lo pikir gue takut?? yaelah.. lo nyumpahin gue biar kecelakaan? kurang ajar banget sih lo?" gina menarik kerah riana dengan kasar
“bukan gitu maksud gue baik kok gin”
"eh lo apaan sih?!!" ficky melihat dan berusaha melerai keduanya dengan menarik lengan riana, karena hanya riana yang bisa dia pegang, gina kaget karena riana yang terlihat lemah tiba-tiba bisa dengan mudah mundur kebelakang dan menghempaskan tarikan tangannya.
"eh lo tuh beneran cewek aneh yah, ih gue jadi dingin gini.." cetus gina
"eh iya bener gin, gue juga jadi merinding.. dasar hantu lo!" ungkap kinta teman satu geng gina, gina bersahabat dengan 2 orang yaitu kinta dan lian
"hmmmm.. sorry gue kasar narik lo, abis lo tuh terlalu baik tau nggak sih? tapi mereka malah balesnya gitu, ah lo tuh beneran berhati malaikat tapi dianggap setan sama tuh orang!" ficky menggerutu tak karuan, tapi riana tetap diam dan melanjutkan jalannya.

bel pulang pun berbunyi

"selesaaaiiii" riana mengangkat tangan keatas dan merenggangkan otot-otot tangannya yang kaku, ficky yang selalu berada diluar kelas riana merasa bosan menunggu diluar seperti itu
"eh hari ini gue bakalan pergi sama vino, haha.. dia ngajak gue nonton!" pamer gina kepada teman satu gengnya didepan riana
"eh kutu buku, lo pikir gue takut sama ramalan bodoh lo itu, ih norak banget sih lo!"
"songong amat si tuh cewek, kalo gue jadi lo udah gue jambak tuh rambut yang kayak ekor kuda gak ke urus" ficky mendekati riana dan terus menggerutu
"hahaha.." riana tertawa mendengar gerutu ficky yang tiba-tiba disampingnya
"hih.. nyeremin amat sih nih cewek" gina melirik sinis sambil berlalu meninggalkan kelas
paginya..
memang benar, tiba-tiba suatu pagi kinta sahabat gina mendatangi riana dan meminta maaf, karena tidak percaya tentang omongan riana, dan sekarang gina sedang dirawat di rumah sakit walaupun tidak terlalu parah luka yang dia derita.


Diselasar depan ruang kelas, riana berjalan berdampingan dengan ficky
"huaaah, bosen juga seminggu bareng sama lo, tapi mau nggak nolongin gue ri?"
ficky menghentikan langkahnya, riana ikut berhenti dan memandang ficky penuh tanya
"apaan fic?"
"lo.. mau gak bilang sama nyokap gue, kalo sebenernya gue masih idup eng.. maksudnya setengah idup" ficky memegang tangan riana
"haduuh, jadi harus ketemu sama orangtua kamu gitu??" ficky mengangguk
"yaelaah, gimana yah..?! aku agak ragu, kalo kalo mereka malah ngira aku gila"
"emm.. iya maaf selama ini emang pada begitu ke lo, tapi gue yakin yang ada orangtua gue bakalan trenyuh denger pengakuan lo, secara muka lo tuh mudah dikasihani"
"gak jadi nolong!"
"hehe.. eh iye dah sorry, muka lo tuh polos, dan emang kenyataannya lo polos, jadi kalo lo ngomong gitu pasti 80% mereka percaya deh"
"tapi kan harus ada buktinya!"
ficky melihat sekeliling
"kita ngobrol gini gak ada yang tau?"
"upss.. aku lupa, kamu gak pantes jadi hantu, gak nyeremin makanya aku masih nganggep kamu manusia"
"hmmm.. aku udah jadi hantu dong sekarang?" ficky menunduk lesu
"eh sorry sorry, gak maksud nyinggung deh sumpah! ayo kerumah biar bisa ngobrol leluasa dikamarku"
"oke deh"


Dirumah riana, lelah memang beraktifitas dari pagi hingga sore berkutit pada pelajaran-pelajaran sekolah
"maaaah.. rian pulang.. oh iya mamah gak usah nganter makan siang kekamar yah, nanti kalo aku telat makan aku ke dapur aja!" ucap riana
"oh iya, eh kamu tumben sih sekarang udah jarang banget minta dianterin ke kamar makanannya, mbok sari jadi bingung juga tuh"
"ehehe gak apa-apa mah, sekarang lagi sering sibuk aja, gak suka diganggu kalo udah dikamar, yaudah rian naik keatas dulu yah, capek mau istirahat"
"iya deh iya.."

"gimana? mau kan lo ngomong ke ortu gue?" ficky memastikan
"asal kamu tau ya! ini tuh susah!! gak segampang itu ah.."
"tapi tolongin lah.. gue gak mau ortu gue sedih terus-terusan kayak gitu, sekalian gue juga kangen sama badan gue"
"oke deh nanti aku bantu, haha..gimana tuh udah seminggu gak nempel ke badan"
"ya gak enak banget lah, berasa tembus pandang banget gini kok!"
"haha iya tapi mending deh ada yang bisa kamu sentuh"
"iya cuma lo, gak ada yang lain, monoton dan membosankan"
"aku membosankan? huh.." riana pura-pura ngambek
"nyaah ngambek, jangan ngambek loh, tapi walaupun ngambek masih mau bantuin gue dong? hehe" ficky merayu
"ada udang dibalik kerupuk!"
"batuuuuu....!!!"
"eh sorry, salah lagi yah?"
"gak usah sekolah deh lo terlalu pinter huh.."


di Rumah Sakit
"waktu lo kesini mau ngapain?"
"jenguk nenek"
"ooh gitu, eh itu nyokap gue!! maaaaahhh...!!" ficky memanggil-manggil ibunya
"bego! ya gak denger laaah!!"
"oh iya gue lupa! hmmm susah amat pengen ketemu si mamah.."
"haduuh jangan nangis dong"
"yeee.. dikira banci apa??"
"haha.. nangis itu wajar! eh ayok coba ngomong"

bertemu dengan ibu ficky di selasar depan ruang ICU
"bu, permisi, maaf sebelumnya ganggu saya mau bertanya"
"oh iya nak, ada apa yah?" terlihat sangat ramah dan cantik sekali ibunya ficky ini
"begini, tapi baiknya kita duduk saja dulu yah bu"
"oh iya, keliatannya serius"
Riana menjelaskan panjang lebar tapi ibu ficky menampakkan wajah tak percaya dan tetap tak percaya
“maaf nak, kalo kamu mau ngarang cerita tolong jangan sama tante yang lagi putek gini! Saya juga bingung harus bagaimana agar ficky sembuh tapi mau gimana lagi keadaan udah kayak gini, jadi tolong jangan buat saya tambah droop!”
“tapi tante, ficky sekarang ada disini disamping saya” riana menunjukkan ke arah kanannya
Tapi beliau pergi dengan air mata menetes dipipi, semua tak segampang yang difikirkan


Sebulan sudah berlalu, ditaman belakang rumah riana
“malam ini bintang terlihat sangat indah..” ficky duduk disamping riana yang sedang menatap langit
“hmmm.. kamu gak kangen sama keluarga kamu?”
“ya jelas kangen lah.. gue iri sama lo..”
“iri? Kenapa?”
“kalian satu keluarga bisa kumpul bareng terus, dan lo begitu taat sama ibu lo!”
“tapi aku juga kangen sama ayah..” riana menatap kedepan dengan tatapan kosong
“sorry, ayah lo pergi dari lo umur berapa ri?”
“waktu aku terima surat pernyataan lulus, saat pengumuman kelulusan SMP itu ayah tiba-tiba droop, serangan jantung dan siangnya dia meninggal. Padahal aku belum menunjukkan hasil pengumuman kelulusanku”
“jadi.. udah 2 tahun lebih ayah kamu meninggal yah..?”
“hmmm.. iya, semoga dia melihatku disini dari surga walaupun aku tidak bisa melihatnya lagi”
“aamiin, itu ada mawar merah” ficky berjalan ke tengah taman dan memetik mawar yang sedang mekar
“ini buat lo!” ficky memberikannya kepada riana
“haha.. so romantis kamu!”
“iya dong hahaa.. itu, lo simpen aja mawar itu, kalo lo kangen seseorang atau lagi sedih liat aja tuh mawar siapa tau bisa ngurangi rasa kangen atau kesedihan lo”
“hmmm oke deh aku simpen”


Paginya di Toko buku
“hey, sama siapa lo disini ri?” tiba-tiba dari belakang ada yang menepuk bahu riana
“eh kamu gilang, ini sama ficky”
“ficky? Siapa tuh? Pacar lo yah?”
“eh sorry, gak bukan, gak kok nih lagi sendirian aja” riana lupa, kalau gilang tidak bisa melihat ficky
“hayooo ficky itu siapa?” gilang penasaran
“haha.. gak, bukan siapa-siapa kok”
“dibilang pacar juga gak apa-apa lagi ri” ficky yang disamping riana berbisik-bisik, riana mengernyitkan dahinya
“haha.. oh yaudah berarti masih jomblo kan?”
“hmm iya iya lah, kenapa? Mau ngeledek apa?”
“enggak enggak hahaha..”
Mereka berbincang cukup lama, setelah selesai riana membawa buku yang dia beli
“coba gue pengen baca buku lo” ficky meraih novel yang riana beli
“eh.. eh.. ini buku lo kan?? Udah jadi milik lo kan??” ficky heran dia tidak bisa memegang buku yang riana beli, padahal semua yang menjadi milik riana bisa ficky pegang
“ya iyalah, kenapa fic?” untung saat itu mereka sedang berjalan di parkiran riana lalu membuka kunci mobil dan bersiap pulang
“ayo gih masuk dulu” ficky duduk disamping riana yang sedang menyetir
“kok tadi gue gak bisa megang buku lo yah?” ficky memandang riana serius
“hah? Serius kamu?? Maksudnya gimana? Kamu gak bisa megang barang yang udah jadi punyaku lagi?”
“iya serius lah.. coba gue pegang tangan lo” pelan-pelan riana menjulurkan tangan kirinya dan tangan kanan tetap pada posisi memegang kendali stir mobil, ficky menggenggam tangan kiri riana dengan tangan kanannya, ficky memandangi tangan riana dan beralih melihat wajahnya
“eh..” riana melepaskan genggamannya
“sorry sorry” ficky langsung memalingkan pandangan kedepan
“udah bisa kan? Jadi kamu masih bisa megang kan?”
“iya ri, makasih ya”


Ficky merasa ada yang berbeda, merasa gugup dan jantungnya terasa berdetak sangat cepat, merasa nyaman saat dia memegang tangan riana, entah apa yang dia rasakan, apa dia masih bisa merasakan hal yang dirasakan manusia pada lawan jenis pada umumnya atau hanya rasa canggung sementara, entahlah karena ficky merasa dia tidak sama jadi dia selalu berusaha munafikkan rasa yang kian lama menggelayuti hati dan fikirannya.


Bulan kedua, sudah terlalu lama raga ficky terbaring kritis di Rumah sakit hingga dokter pun sudah bingung harus bagaimana, mereka hanya terus melanjutkan usaha pemulihan rutin dijalankan.

“udah mau dua bulan loh kamu sama aku, dan itu artinya kamu udah koma hampir 2 bulan”
“hmmm gue bingung harus gimana”
“yaudah deh, aku berangkat dulu yah, kalo kamu mau ikut ayo aja”
“gue nemuin sesuatu dilaci meja belajar loh hahaha” ficky menunjukan buku dengan cover berwarna coklat yang tertera nama “Riana” dengan huruf indah
“eh kembaliin itu buku harianku, itu juga buku kumpulan puisiku, itu semua tentangku, eh kamu!!” riana mengejar ficky yang berlari menghindari riana sambil terus membawa buku itu tapi tiba-tiba
“buuukkkk!!!” buku itu lepas dari genggaman tangan ficky
“udah aku bilang jangan ya jangan!!” riana segera memungutnya, ficky terdiam dan memandangi tangannya dia mencoba meraih benda-benda milik riana disekelilingnya, tapi menembus tangannya
“hah??!!”
“kenapa fic?” riana bingung
“gue gak bisa megang apa-apa ri”
“yang bener fic?” riana meraih tangan ficky, tapi tidak berhasil. Dia sulit menggapai ficky, dan ficky semakin tak terlihat dia tembus pandang dia semakin menghilang.
“fic kamu dimana???”
“gue masih didepan lo ri...!!” ficky mencoba meraih tubuh riana, dia mencoba memeluk riana, dia takut apa yang dia takutkan selama ini benar terjadi
“fic .. kamu dimanaa????” tubuh riana bergetar, dia terus mencari ficky mencoba meraih apa yang ada didepannya tapi tak berhasil, suara ficky perlahan menghilang dan semakin tak terdengar
“ficky.. tolong jangan pergi duluuuuu!!!!” riana tersungkur ke lantai dengan muka tertunduk dan menangis hebat
“kamu kenapa sayang??” mamah riana yang mendengar riana menjerit-jerit sendiri dari kamarnya langsung naik dan memeluk riana.


“mamaaah.. ficky pergiiii mah .. dia pergiii”
“ficky siapa sih ri??!! Udah tolong hentikan halusinasi kamu yang udah cukup lama ini membuat mamah khawatir sayang!!”
“tapi ficky itu nyata mah.. nyataaaaa!!!!” riana meyakinkan mamahnya
“udah sayang.. ficky itu gak ada, percaya sama mamah”
“mamah gak tau apa-apa!!!” riana langsung keluar kamar dan berlari mencari ficky, dia keluar dan terus berlari dengan masih mengenakan seragam putih abu-abunya
“ficky...!!!!!! kamu dimana???!! Kembali kesini!!!” dia terus berlari seperti orang tidak waras, semakin jauh dan jauh dari rumahnya tiba-tiba ditikungan dekat komplek rumah
“bruuukkkkkk!!!!!!!” semua orang bergerombol mengelilingi tubuh seorang gadis SMA yang tergeletak dijalan raya itu, riana tertabrak mobil yang sedang melaju kencang di tikungan.


di Rumah sakit
cowok itu perlahan membuka matanya, melihat sekelilingnya, hawa dingin sangat terasa diruangan yang bersih itu, mulut dengan alat bantu pernafasan dan peralatan kedokteran lengkap yang membantu pemulihannya melekat disekujur tubuhnya.
“dokteeerrrr... dia udah siuman!!!” seorang wanita paruh baya berteriak keluar dari pintu
“bu.. ficky dimana??”
“kamu dirumah sakit sayang, ini .. ibu sama ayah disini”
“kamu udah siuman nak? Jangan banyak bergerak dulu” ayah ficky khawatir, dokter melepas alat bantu pernafasannya dan memeriksa keadaan ficky
Ternyata, ficky kembali ke raganya, dia siuman dan pulih kembali setelah koma begitu lama.

Beberapa minggu kemudian, sebuah motor keren terparkir didepan rumah mewah yang tak asing bagi pengendaranya, ficky masuk melewati gerbang dan menekan tombol berwarna merah dipintu rumah itu, terdengar suara bel rumah memanggil penghuni rumah itu.
“selamat siang, aden cari siapa yah?” wanita paruh baya yang biasa dipanggil mbok sari keluar dengan lap dibahu kirinya menanyai ficky dengan ramah
“saya cari riana mbok, riana dirumah?”
Mbok sari terdiam sejenak
“nama aden siapa yah?”
“ficky mbok..”
Lalu wanita itu menyuruh ficky menunggu diluar, dia masuk dan memanggil seorang lainnya
“siapa yah? Ada perlu apa cari putri saya?”
“tante ini mamahnya riana yah? Selamat siang tante, saya ficky temennya riana, riana ada tante?”
“ficky??” wanita itu memegangi pintu merasa shock setelah mendengar namanya
“maaf tante saya bantu duduk”
“tidak usah! Ayo masuk dulu nak”
“iya tante terimakasih” ficky tersenyum merasa senang ternyata ibunya welcome dengannya
“jadi riana lagi kemana tante?”
“pergi..”
“kemana ya tan kalo boleh tau?”
“dia udah meninggal beberapa minggu lalu nak ficky”

wanita itu menangis hingga bicara pun tersendat, ficky tak percaya dia terus menanyakan kenapa bisa riana meninggal secepat itu?!
Semenjak kecelakaan itu riana koma sehari tapi malamnya dia sempat siuman dan mampu menulis dan tak berapa lama dia pergi, pergi dengan tenang.
“dia nyari kamu, dia manggil-manggil nama kamu, lalu dia lari keluar dan di tikungan itu dia kecelakaan, ditabrak mobil yang sedang melaju sangat kencang!! Tante sampai sekarang belum bisa terima dia pergi ninggalin tante!”
Ficky lemas, matanya memerah, air mata keluar dari matanya sangat deras sekali, mendung menyelimuti langit siang itu, gelap dan dingin.
“boleh saya ke kamarnya?”
“iya tante antar yah”
Sesampainya didepan kamar riana, dia melihat lukisan dipintu kamar riana, gambar mawar merah dengan satu tangan perempuan dan satu tangan laki-laki menggenggamnya tertera tulisan dibawah gambar itu “selamat datang disurgaku”
“riana, kenapa lo tinggalin gue?! Maafin gue, gue gak ninggalin lo, gue pergi dan kembali, tapi kenapa lo gak bisa kembali lagi??!!!” ficky menggumam dia lemas dan duduk dikursi tempat belajar riana, dilihatnya buku harian riana yang bercover coklat itu, dengan ragu ficky memberanikan diri untuk membukanya, perlahan halaman demi halaman dia baca dengan seksama hingga dia terhenti di halaman terakhir yang riana tulis yang berjudul Long Life To Love, disana terselip bunga mawar merah yang sudah mengering tapi tetap tersimpan rapi, perlahan dan penuh penghayatan ficky membaca kata demi kata.


Long Life To Love

Tuhan.. mungkin hari ini.. hari terakhir aku melihatnya,
ficky..
andai kamu kembali, berbahagialah, berubahlah menjadi lebih baik demi dunia yang mencintaimu..
dan aku rasa ini kali terakhir aku dapat menulis dibuku, dengan keadaanku dengan penuh luka, dengan kepalaku yang terikat kain putih yang membuatku semakin terlihat tak berdaya ini..
aku menulis untukmu..
dengan pena ini ku goreskan dan kutumpahkan semua isi hatiku..
andai aku bisa hidup lebih lama lagi
aku akan mencarimu dan memeluk erat dirimu takkan pernah kulepaskan kau lagi dari hidupku..
menetap disampingmu..
dengan derai air mata dan senyuman yang silih berganti menghiasi hari-hari yang kita lewati

Berbeda..
tak pernah kurasakan ada perbedaan antara kau dan aku..

Tuhan..
Aku ingin hidup lebih lama lagi jika Kau bolehkan..
Aku ingin hidup lebih lama lagi untuk mencintai dan dicintainya..
Aku ingin merasakan tangannya kembali menggenggam tanganku yang dingin ini..
Ini sangat dingin.. dingin sekali.. aku butuh dia..

Tuhan..
Jika memang tak bisa
Biarkan senyum terus terlukis disudut bibirnya
Aku ingin melihatnya tertawa bahagia dari surga..
Aku ingin melihatnya menangis haru karena hidupnya, hidupnya yang lebih berwarna dari sebelumnya..

ficky menangis, dan memeluk buku itu.




catatan kecil si penulis amatiran: hay hay haaayy.. ^_^ ketemu lagi deh sama karya kecilku ini.. eeiiittss.. ada yang beda .. ini pure fiktif guys.. so jangan terlalu dianggap nyata yah hehe.. nikmati aja jalan ceritanya, just for fun .. kita ambil pelajaran berharganya saja (tapi apa yah pelajarannya?) ummmm.. satu hal! jangan sia-siakan seseorang yang kini hidup disamping kita, kematian tidak pernah ada yang menduga, Tuhan selalu punya cara untuk membuat kita bahagia, jadi bahagiakanlah orang-orang yang menyayangi kita ^_^ sebelum terlambat, terutama ayah dan Ibu kita ..
eh eh .. gak ada maksud menggurui kok :D cuma berbagi aja apa yang ada di pikiran dan hati hehe..maap ya kalo ada salah kata di cerpen atau di catatan kecil ini hehe.. kan masih dalam tahap belajar belum profesional :p

Wednesday, September 5, 2012

ada apa dengan angka 26??!!

Tuhan.. ingin sekali rasanya aku tidur lama... bila perlu koma sekalipun tak apa, asal saat aku membuka mata dan terdiam ada suara yang memanggilku 'sayang' suaranya..
dia yang aku sayang..
ya Tuhan.. harus bagaimana ini?? baru kali ini aku merasakan kalut yang begitu menusuk ulu hatiku Tuhan!!!
apa benar, aku adalah orang yang terlampau kuat menerima ujian dari-Mu hingga tak pernah Kau lupa tuk memberiku ujian setiap aku merajut kasih dengan seseorang??
aku merasa berbeda, merajut tali kasih dengannya sekitar seminggu lalu, tepatnya tanggal 26 agustus 2012, dan seminggu berikutnya dia pergi meninggalkanku Tuhan, dia pergi karena cinta lama yang datang kembali.. cuma sekitar 13 hari saja!! aku rasa ini tidak adil untukku!

ADA APA DENGAN ANGKA 26??!!!


Sebenarnya aku juga lahir di tanggal 26, tepatnya 26 Januari 1996.
Aku selalu menganggap itu angka keberuntunganku, tapi selama ini gak pernah deh ada keberuntungan yang meliputi angka itu deh kayaknya.
ya Tuhan.. aku rapuh, sangat rapuh. orang ketiga datang membawa sabit dan mengobrak-abrik hubungan kami, menyayat hatiku hingga aku lemah tak berdaya seperti ini, makan pun rasanya tak enak, bahkan rela tak makan. Rasanya emosi ini membuat perutku kenyang..

apa aku punya salah di masa lalu?? bukankah Engkau maha lembut Tuhan?? biarkan jalan cerita cintaku mulus dan jadikan ini yang terakhir Tuhan.. :'(

aku bingung.. harus gimana lagi sih?!
aku harus lari kemana biar kesedihan gak nguntit terus ngikutin alur hidupku??
terkadang ingin mati!
tapi aku sadar.. pecundang jika aku melakukan itu!

tapi aku tak tahan akan semua siksaan batin ini Tuhan..

aku percaya di akhir cerita akan ada bahagia yang menyambutku..
tolong Tuhan.. tolong rangkul aku.. aku tak tau harus bagaimana lagi!! :'(

*theme of this post --> Galau!!

Friday, August 24, 2012

CERPEN: secret admirer (part 2)

“hah??? Serius lo? Hahaha.. gue gak sebodoh itu kok, tenang aja, kalo lo emang mau ngerjain gue pake planning dong hahahaha”
“gue serius, gue yang ngasih lo bunga tulip tiap pagi di meja lo, gue yang selalu nulis puisi itu”
“tapi ini ada dua ken.. lo yang mana?”
“gue yang ngasih lo kalung bintang itu, Cuma satu kan yang ngasih lo kalung?”
“eng... iya ken, jadi lo si tinta merah??”
“ehmmm.. gue lebih suka nulis puisi pake tinta merah biar keliatan keren aja hehe”
“yaaelaaahh.. hemmm.. terus, maksudnya apa?”
“gue harap gak ada yang ganggu lagi nih kayak kemaren-kemaren..”
“hahaa iya terus apaan? Gue penasaran”
“yuki.. asal lo tau, lo udah berhasil dari awal, lo udah berhasil nyuri perhatian gue, nyuri pandangan gue, sampe
sekarang lo udah mulai berhasil sedikit nyuri hati gue..”

‘deeeggggggg!!!’ pas dia bilang hati gue melting abis, tapi sedikit, mungkin 2 tahun itu waktu yang singkat menurutnya jadi Cuma ‘sedikit’

“gue.. suka sama lo dari awal, gue coba tampik perasaan ini karena gue gak bisa nglupain riyu, gue sadar gue masih
berharap sama riyu”dia melanjutkan
Aku menunduk lesu
“tapi lo beda, lo beda gak kayak cewek-cewek kebanyakan, walaupun lo terlalu polos dalam hal mengidolakan seseorang
tapi gue suka, lo jujur sama orang yang lo suka, lo jujur sama hati lo sendiri, lo gak bisa bohongin perasaan lo sendiri, dan gue coba buat lebih dekat sama lo lewat bunga, cokelat, puisi dan kalung itu, gue coba selalu ada buat lo saat lo seneng, sedih, kecewa atau apapun itu, gue mau ada disaat apapun walaupun hanya dalam bentuk kalung bintang itu, gue gak pengen liat senyum lo pudar, gue gak pengen sinar lo redup.. gue.. gue suka sama lo..”

“ken...” aku melihatnya dengan penuh harap
“iya ki..” dia balik menatapku lebih dalam
“tapi apa lo masih sayang sama riyu?”
“gue coba buat ngilangin perasaan ke dia gue ki.. gue coba buat mulai menyayangi lo, gue lagi berusaha buat cinta sama
lo.. tapi ini emang susah banget, gue mohon jangan pergi dari hidup gue, gue mohon jangan usir gue dari hati lo”

“lo egois ken!! Lo nyuruh gue nunggu iya kan?? Sementara lo masih sayang sama dia, lo belum rela nglepas dia, hati lo
masih penuh sama namanya, riyuna natasya!! oke gue tau lo Cuma mau ngehargai perasaan gue selama 2 tahun ini sampai satu sekolah tau setahun lalu dan gue malu abis, dan lo baru sadar sekarang, tapi gak apa-apa kok, sampai sekarang Cuma satu sisi gue udah mulai ikhlas kok tenang aja”

“maafin gue, gue gak pengen kehilangan lo yuki.. sedikit demi sedikit nama riyu akan hilang dari hatiku, walau jujur belum sepenuhnya hilang”
“stop!! Lo gak usah ngasih harapan palsu lagi ke gue lagi!! Gue benci!!gue capek .. capek banget!! 2 tahun ini ternyata sia-sia” aku berdiri, langsung mencabut kalung bintang itu
“ini.. tolong berikan ini pada orang yang benar-benar bisa menggantikan riyu dihati lo, bila perlu kalo lo emang masih
cinta, kasih ini ke riyu, gue ikhlas” aku membuka genggaman tangan kanan ken dan memaksanya menerima kembali kalung bintang putih itu, aku pergi tanpa pamit

Paginya
Aku memutuskan untuk pulang

“lo lagi kenapa yuki??” tanya neyla yang melihatku mengemasi pakaianku dan memasukkannya ke dalam koper
“gak apa-apa, gue mau pulang, kalo lo masih betah, lo disini aja gak apa-apa kok, nanti gue suruh bi inah jagain dan
ngasih lo makan”
“yaelaaah, emang gue peliharaan lo apa, udah sih lo cerita ke gue..”
“gue bingung....” aku menangis dipelukan sahabatku
“bodoh banget gue, bodoh!!” sambungku kesal
“kenapa yuki.. pelan-pelan.. nangis aja dulu gak apa-apa biar lega, terus ceritain semuanya”
Aku menceritakan semua isi hatiku, semuanya
“lo serius mau pulang sekarang?? Sendirian?” tanya neyla
“iya, tapi gue gak berani bawa mobil dalam keadaan gak enak hati gini sih, lo mau anter gue bentar gak?”
“biar gue yang anterin lo yah” tiba-tiba dion menghampiriku yang berdiri didepan vila
“yaudah dion aja yah yang nganter lo sampe rumah, kan nanti mobilnya dibawa ke vila lagi, biar dion aja yang bawa jadi
aman, lo istirahat aja dirumah, nanti sore gue nyusul pulang” sahut neyla
“oke ney, nih kuncinya..” aku nyerahin kunci mobil jazz ku ke dion

Didalam mobil
“semalem ada apa?” tanya dion ragu
“kenapa emangnya?”
“kok gue liat ken pulang ke vila, mukanya lesu gak jelas gitu, terus langsung tidur, ada apaan sih?”
“ternyata secret admirer gue itu ken”

“apa??? Ken secret admirer lo? Maksudnya??” tiba-tiba mobil di rem mendadak
“iih lo!! Hati-hati dong...!! ini kan pegunungan, serem tau!!”
“eh iya sorry, gue kaget aja, maksud omongan lo apaan??”
“ya ternyata dia yang tiap pagi ngasih bunga tulip, cokelat sama puisi trus kalung bintang ke gue, kalo kalung bintang itu
pemberian terakhir”

“jadi dua dong??”
“kok lo tau secret admirer gue dua?” aku curiga
“eh gak gitu, maksudnya.... eng..”

“lo jelasin ke gue ada apaan sih??”
“gak gitu yuki.. maksud gue bukan kayak gitu, ehmmm gimana jelasinnya yah, gue gak siap kalo sekarang!!”
“eh lo pikir mau uji nyali, gue manusia bukan setan, ayo lah lo ceritain semua ke gue”
“gue parkir mobil di situ dulu yah”
Dion memarkirkan mobil di tempat yang agak sepi dan mirip lapangan tapi pemandangannya cukup indah

“yuki, gue gak bisa bohongin perasaan gue” dion menggenggam erat tanganku dan mengarahkannya kedadanya
“iih ini ada apaan sih, aneh lo berdua, kalian mau ngerjain gue??!!” aku melepaskan genggamannya
“gue emang bego, dan gue emang aneh.. tapi gue gak segampang itu kalian begoin!!”
“bukan gitu yuki, gue serius, gue bahkan gak tau kalo ken juga nglakuin hal yang sama ke elo, gue gak tau sama sekali,
gue tulus..”

“tulus apaan sih gue gak ngerti!!!”
“gue sayang sama lo, gue rela ngapain aja asal lo seneng, gue rela walau harus kedinginan nemenin lo pulang tiap lo
pulang telat, gue rela nemenin saat lo ngerasa sepi dan sedih, gue suka denger semua curhatan lo walaupun gue bosen, gue sakit, karena semua yang lo ceritain adalah ken, tapi satu yang lo gak pernah bilang ke gue, kalo lo punya secret
admirer, dan asal lo tau yuki, gue secret admirer lo yang selalu naruh bunga tulip kesukaan lo tiap pagi di meja lo”
“diooonn.. gue.. gue gak tau.. jadi lo secret admirer tinta hitam itu? Dion maafin gue, gue gak tau lo sakit hati gue cerita tentang ken”

“gak apa-apa ki, gue bahagia liat lo senyum, asal lo tau gue sayang sama lo, sayang banget”
Dion menarikku kedalam pelukannya tapi aku melepasnya
“kenapa? Yuki, gue sayang sama lo, lo mau kan jadi kekasih gue?”
“maaf gue gak bisa di”
“apa karena ken?? Lo cinta kan sama ken?? Bener kan lo gak bisa sayang sama orang lain selain ken?”
“maafin gue di..” tiba-tiba dion memegangi kedua pipiku menarikku dan hampir menyiumku
“apaan sih lo di!!! Gak gini caranya!!!” aku mendorongnya
“gue sayang sama lo, tapi kenapa lo lebih milih ken yang jelas-jelas lebih sering acuh sama lo? Kenapa gak gue yang lo
cinta?? Kenapa??”
“di gue minta maaf, gue gak ada maksud nyakitin lo tapi cukup di, lo tuh sahabat gue dan lo juga sahabat ken, tolong di..redam emosi lo, tolong jangan kayak gini, ini kekanak-kanakan banget..”
“mafin gue yuki.. maaf..” dion menunduk dan bersandar di pintu mobil
“di, biar gue yang nyetir aja yah”
“gak usah, gue yang mau nganterin lo kok, ayok kita lanjut jalan”
“oke di..”
Kita pun melanjutkan perjalanan, Ya Tuhan ada apa ini?
Sejak saat itu hubunganku dan ken memang membaik dan bahkan ken bisa lebih dekat denganku, tapi tidak dengan dion yang makin menjauhi ken, dia semakin lebih protect denganku.

“ney.. kenapa kelas 3 gini gue diributin sama masalah beginian yak? Gue yang terlalu hebat melebihi artis apa gimana sih?”
“masih aja lo narsis, udah sih lo jangan terlalu mikirin kayak beginian, lo tuh pikirin buat ujian kelulusan seminggu lagi loh!” jawab neyla
“iya deh iya..”
Seminggu sudah terlewat.. tinggal menunggu pengumuman kelulusan.. sebulan sudah terlewat, hari ini pengumuman kelulusan

“mamaaa ayah yuki bakal bawa kabar gembira sepulang dari sini!!”
 Aku pamit pada ayah dan mama
“gue lulusss!!!! Lo juga yukiiiiiii” neyla melompat-lompat kegirangan karena senang sekali
“iya gue luluuuusss yiiipiiiiyyyy!!” gue pun lega sekali
“selamat yah lo berdua lulus” tiba-tiba dion mendekati kami
“ah iya lo juga hebat tuh masuk paralel 10 lagi wah keren lo” jawabku sambil ku pukul punggungnya
“yaaelaaahh dasar monster lo, kenceng amat sih, sakit tau huuuu”
“selamat ya semua, kita lulus..” ken menghampiri kami, dia merangkul dion
“wah iyah, selamat juga, jadi kalian udah baikan yah? Waaahh hebat, nah gitu dong” neyla menimpali sambil
tertawa,                                                                                                                                                                                                                                             
aku hanya terdiam dan tersenyum

“selamat yah buat kalian berdua, kalian memang sahabat sejati” aku menyalami mereka
“gue udah ikhlas kalo lo sama ken kok yuki.. karena itulah kebahagiaan yang lo nantikan selama 2 tahun lebih ini” ungkap dion tegas
“dion, loh kok?? Hahaa.. ah ngaco lo” aku tertawa saja, ditengah keramaian siswa SMA merayakan kelulusan, ken menggenggam tanganku erat sekali dan menarikku ke pelukannya sambil berbicara
“yukiii... gue udah mikirin semuanya, gue gak perlu lo jawab sekarang kok dan gue juga gak perlu tau apa jawaban lo mau atau gak yang pasti sebelum gue pergi gue pengen lo tau, sekedar tau aja kalo gue cinta sama lo, gue udah lupain masa lalu gue, gue udah ikhlasin riyu menjadi kenangan yang harusnya emang gue kubur, kenangan itu gak ada artinya, Cuma pengalaman biar gak nglakuin kesalahan yang sama aja sama orang lain, dan gue sadar betapa tulusnya elo suka sama gue bahkan lo berani sayang dan cinta bukan sekedar suka ke gue”

“ken...” aku menangis dipelukannya, benar-benar damai

Dibandara
“ini...” ken membuka telapak tanganku memaksaku menggenggam sesuatu, perlahan kubuka
“kenapa kamu kasih ini lagi?”
“kamu bilang aku harus kasih ini untuk orang yang benar-benar aku sayang kan??”
“ehmm sekarang aku-kamu yah?? Jadi maksudnya?”
“iya.. aku sayang sama kamu, walaupun kita bukan sepasang kekasih untuk saat ini, tapi perlu kamu tahu, 2 tahun
penantian kamu akan aku bayar dengan selamanya menantimu saat aku di Jepang aku akan menunggumu datang kesana dan kuliah sama aku”
“ken, jangan lupain aku yah.. tolong jangan pernah hilang lagi dari hidupku, jangan pernah menghilang” aku menangis, ken merangkulku.
“pesawat tujuan Osaka, Jepang dalam 5 menit akan segera tinggal landas, para penumpang diharap bersiap-siap!” suara itu memanggil ken untuk segera meninggalkanku
Ken pun pergi, aku kenakan kalung bintang ini lagi

4 tahun kemudian
“mamaaaa....” aku teriak senang
“iya yuki kenapa sayang?” jawab mama yang sedang merajut baju hangat itu
“mamaaaaa aku berhasil dapet beasiswa S2 di Osaka, Jepang.. mamaaaa.. bentar lagi aku akan ketemu ken maaa..” aku memeluk mama erat sekali sambil kuciumi kening mama
“ayaaaaahhhh.. seminggu lagi aku berangkat ke Jepang
“waah selamat yah, mau hadiah apa nih yuki?”
“kasih tau alamat nenek di Tokyo dong yah, nanti aku bisa main kesana juga hehe”
“iya nanti ayah kasih tau, nenek sama sepupu kamu disana namanya rain”
“waahh cowok yah?”
“iyah dia kan masih SD kalo kesana sekalian jagain dia yah” tambah mama
“oke deh, pasti cakep kayak aku hehe”

Hari keberangkatan ke Osaka, Japan

“hati-hati ya nak.. mama sama ayah tunggu surat dari kamu, jangan lupa sering kirim e-mail juga yah”
“oke deh mamaa”
“waah keren deh aku jadi iri sama kamu, aku bakalan kangen berat sama kamu yukiiiii” neyla memelukku
“iya ney, makasih yah kamu udah setia jadi sahabatku selama ini, tenang aja kalo aku pulang aku bawain oleh-oleh buat
kamu hahahaa”
pamitan udah selesai sekarang tinggal naik pesawat dan tinggal landas
“benar-benar sesuai harapan” gumamku
Sesampainya disalah satu universitas tujuanku, aku mencari-cari ruang dosen sekalian mau tanya-tanya tentang mata kuliahnya, aku ambil fakultas ekonomin tapi aku juga gak ninggalin hobi menulisku.
Sambil melihati-lihat lokasi di peta sambil berjalan di taman kampus yang sangat indah, tiba-tiba...

‘bruuuukkkkk!!!!’
‘I’m so sorry’ buku yang ku bawa jatuh berserakan di rumput, begitu pula dengan buku orang yang ku tabrak tapi ada buku yang menarik perhatianku saat ku pungut, aku mendongak kearah orang yang ku tabrak itu
“no problem miss” dia membungkukkan badan sambil meminta maaf
“ken???”
Aku langsung memeluknya sambil menangis
“yukiiii?? hemmm empat.. Akhirnya kamu kesini juga”
“buku puisiku ini masih kamu simpan?empat? maksudnya?”
Aku melepaskan pelukannya sesaat
“iya empat kali kamu nabrak aku, buku ini selalu kusimpan kubawa dan kubaca berulang kali, maaf aku jarang mengabarimu, benar-benar sibuk sekali”
“ahaha inget aja kamu, iya gak apa-apa kok, kamu beda yah, tambah dewasa”
“haha.. kamu juga, tambah cantik, oh iya dion dimana sekarang?”
“hehe.. makasih deh, dion sekarang sudah jadi manager di perusahaan ayahnya, dia sangat serius bekerja, haha tapi
masih sering main kok kadang kerumah, emmm.. oh iya kamu udah punya pacar?? Apa kamu udah punya seseorang yang kamu sayang lagi?”
“oh gitu syukur deh, oh kekasih?? udah”
“ken?? Beneran??? Serius? Siapa??”
“sebentar lagi kami akan menikah” ken menunduk
“kenapa??”
“karena aku cinta dia”
“siapa ken siapa?? Riyu?”
“sudah kubilang nama itu sudah jauh ku kubur dalam kenangan masa lalu yang gak mungkin aku bawa untuk masa
depanku”
“lalu siapaaaa??” aku menunduk tak kusadari aku menangis hebat, tapi ken memegani kedua lenganku dan memelukku
lagi
“namanya Yuki kazumi, dia dapet beasiswa S2 di universitas ini, sudah empat tahun kita berpisah, aku sangat
mencintainya, sangat menyayanginya”
“ken.. kamu bikin jantungku hampir copot!” aku tak kuasa menahan tangis
“jadi, sepulang dari sini aku melamarmu yah..”
“haha.. tapi jangan menikah dulu yah, tunggu 2 tahun lagi hehe”
“hey aku udah nunggu 4 tahun loh”
“hahhaha.. iya deh iya..” pertama kali dalam hidup, ken mencium keningku..
“eh bentar, aduuuuhh!”
“kenapa kamu nyubit lengan kamu” tanya ken
“bukan mimpi ternyata eeiitsss.. dilarang nyubit pipiku lagi”
“ah bodo amat sini aku cubit pipi kamu lagi hahaha..”
“aduuuuhh dasar! Hahaha”
"oh iya maaf ya puisiku jelek, aku gak bakat, iya deh iya.."
"jadi yang ada suara kayak pot tanaman ketendang tuh kamu?"
"haha.. iya, langsung lari aja"
"huuuuu dasar kamu.. kirain kucing"
"hehe.. yang penting kan romantis wee"
"iya deh iya hahahahaa"
‘Oh God, ini bukan mimpi’ batinku, benar-benar lega sekali

This is the end

maaf kalau ada salah kata, ini hanya cerita fiktif, mohon bimbingannya maklum masih belajar jadi maap yak kalo jelek haha.. :D
(dilarang meng-copy tanpa seizin penulis!!)