Banyak yang mengira gadis ini psyko, bagi yang berfikir sempit
akan memilih untuk pergi meninggalkannya dan lebih memilih tidak
mengenalnya, sakit hati, kesepian, kecewa dan berbagai perasaan kalut
lainnya, inilah yang dirasakan riana, gadis 16 tahun ini terlihat sangat
biasa saja, tak terlihat memiliki kelainan tapi tepatnya bukan
kelainan, melainkan kelebihan. dia gadis cerdas yang dijauhi
teman-temannya karena mereka fikir riana memiliki kelainan jiwa padahal
sama sekali tidak, dan riana lebih memilih tutup mulut, tutup telinga
dan biasa saja, walau sebenarnya sangat berat menjalani hidup dalam
keheningan.
"kalo lo temenan sama dia, lama-lama lo ikutan gila!" cetus gina pada gilang, gadis yang sangat membenci riana
"lo
tuh yang udah diracuni sama hal-hal yang gak berbobot yang malah bikin
lo jadi sensi" ungkap gilang yang masa bodo dengan semua omongan gina,
dia tetap melanjutkan jalan disamping riana yang dari tadi hanya diam
mendengar ucapan-ucapan pedas dari mulut gina
"kenapa
lo selalu pasrah? harusnya lo tuh nangkis omongan negatif mereka
tentang diri lo, kenapa lo-nya malah diem aja?!" gilang heran, dia
lantas berdiri dan beranjak pergi meninggalkan riana yang duduk ditaman
sekolah berdua dengannya
"aku gak pasrah" kata riana, langkah gilang terhenti
"hah?
gimana bisa dibilang gak pasrah kalo lo-nya diem aja gitu, kalo lo
emang punya imajinasi yang terlalu tinggi harusnya lo nyadar dong di
sekeliling lo tuh banyak orang yang gak suka diceritain hal-hal gak
masuk akal, harusnya lo bisa dong membawa diri! Sorry maksud gue bukan
imajinasi, tapi kelebihan baiknya lo tuh gak usah ngasih tau orang yang
jahat sama lo tentang apa yang lo lihat!"
"aku cuma jawab aja yang mereka tanya" riana menunduk
riana
punya kelebihan, dia bisa melihat apa yang orang lain tidak bisa lihat,
dia bisa melihat masa depan, tapi dia tidak bisa melihat apa yang akan
menimpanya, dia bisa melihat seseorang yang sekarang menjadi sahabatnya,
namanya ficky, cowok khayalan yang selama ini setia menemani riana,
bukan khayalan tepatnya tapi dia sosok yang berbeda, dia adalah arwah
dari seorang cowok yang sedang kritis di salah satu rumah sakit yang
pernah riana datangi.
singkat cerita, awalnya riana berniat
menjenguk neneknya tapi saat di selasar rumah sakit di depan ruang ICU
dia melihat sosok cowok dengan jeans hitam, t-shirt putih bersepatu ket
putih sedang duduk termenung dan terlihat menangis, riana mendekat
"hmm
siapa kamu?" riana mencoba memastikan, karena disekitar tubuh cowok ini
terlihat bercahaya, seperti ada cahaya putih yang memantul dari dalam
dirinya, tidak terlihat seperti manusia.
"lo?? lo bisa liat gue??"
cowok itu berdiri tepat didepan riana sambil menunjuk-nunjukan jari
telunjuknya ke depan mukanya sendiri
"iya, tapi kamu keliatan beda, makanya aku menyapa" ungkap riana sambil menaikkan ranselnya
"waaahh..
makasih lo udah negur gue, kalo lo gak negur bisa-bisa gue galau
sepanjang masa deh!" riana beranjak pergi tapi cowok itu menahannya
“tunggu!”
"kamu siapa? hantu? malaikat? peri? atau apa?"
"yaelah.. kenalin nama gue ficky, lo siapa?" ficky menjulurkan tangan kanannya
"aku riana" riana menjabat tangannya
"lo bisa nyentuh gue, lo juga arwah kayak gue?"
"maksudnya? jadi kamu beneran bukan manusia kan?" riana melepas genggaman tangan ficky
"gue...
hmmm sebenernya gue setengah idup, setengah mati, lo liat tubuh yang
terbujur kaku didalam sana? itu gue" ficky menunjuk ke arah ruangan
tempatnya dirawat
"jadi kamu sekarang sedang kritis? sekarat? hampir mati?"
"yah begitulah, gue galau.. galau abis nih, gue musti gimana?"
"hemmm.. kamu tunggu aja sampe bener-bener udah siuman"
"nyaaahh.. kalo itu sih gue juga tau"
ficky kembali duduk di kursi selasar
"tapi,
kenapa kamu gak coba masuk lagi aja ke tubuh kamu?" riana mengikuti
duduk disamping ficky, rumah sakit terlihat sepi siang itu
"kalo segampang itu, udah gue lakuin dari kemaren!"
"ooooh gitu" lalu riana beranjak, berniat pulang kerumah
"eh lo mau kemana?? tungguin gue!!" ficky berlari mengejar riana
"kamu mau kemana? kenapa ikut?" riana terlihat gugup
"cuma
lo yang bisa liat gue, jadi cuma lo yang bisa nemenin gue, please!! gue
mohon jangan tinggalin gue, gue ikut lo aja yah?" ficky memohon
"tapi...
enggak enggak!!!" riana mempercepat jalannya, dia memasukkan telapak
tangannya ke kantong jaketnya, hawa dingin sangat terasa, karena
sebentar lagi memang mau turun hujan
"eh.. swear deh!! gue gak bakalan ganggu idup lo! gue cuma mau ditemenin sampe gue siuman dan sadar! please..."
"eng... aduh aku udah cukup tersiksa"
"maksudnya? haha..oh jadi lo punya kelebihan beginian orang-orang jadi ngucilin lo? yaelah gitu aja repot!"
"huh..!!" riana melanjutkan jalannya
"eh jadi gimana? oke yah gue ikut lo?"
"iya deh iya.. tapi janji jangan usik hidupku!"
"iya tenang aja.. percayakan sama ficky"
sesampainya dirumah riana
"eh
eh eh.." riana menutup pintu kamar memberi sedikit celah "aku mau
istirahat! kenapa kamu ikutan masuk ke kamar? ini kamarku, kalo kamu mau
tidur sana di sofa ruang tamu!"
"yaah gue gak tidur, udah deh
lagian gue kan hantu jadi gak mungkin gue ngapa-ngapain lo, lagian kalo
lo mau ganti baju kan gue bisa keluar tapi ini diluar gak nyaman banget"
"hmmm.. dikasih hati minta ginjal!"
"jantuuuungggg!!!"
"iya iya, yaudah kamu duduk aja di sofa kamarku, awas!! jangan pegang apapun!!"
"eh liat deh, gue bisa pegang barang-barang punya lo!" ficky menyentuh piala-piala di atas meja belajar riana
"emmm.. berarti kamu bisa nyentuh apapun yang aku punya yah?! kenapa harus aku sih!?"
"hehe.. takdir.." ficky meringis
riana,
gadis manis berambut lurus, hitam, dengan panjang sebahu ini memang
sangat kalem, pribadi yang pendiam dan misterius, sangat anggun dan
lebih banyak menghabiskan waktu untuk menulis dan membaca, memiliki
kemampuan yang tidak biasa, tapi tetap enjoy saja dengan hidupnya yang
penuh keheningan itu.
ficky, semasa dia hidup
(selama masih bisa beraktifitas alias hidup seutuhnya) dia adalah cowok
ganteng yang agak playboy, dia siswa SMA Harapan Bangsa, satu kota
dengan SMA tempat belajar riana, ficky kritis sekitar dua hari karena
kecelakaan yang dialaminya saat balapan liar, karena keluarganya
termasuk keluarga yang terbilang mampu jadi ficky lebih suka meneruskan
hobinya yang sangat mengancam keselamatannya sendiri itu, dia pikir
begitu gampangnya untuk meminta uang dari orang tuanya karena ficky
adalah anak tunggal, dia sangat disayang orang tuanya.
seminggu
berlalu begitu cepat, semenjak itu riana dan ficky sangat dekat,
walaupun tidak jarang mereka bertengkar, bisa dibilang mereka sepasang
sahabat khayalan yang sangat impossible tapi nyata dan mengundang
kecurigaan orang-orang, karena riana sering dipergoki berbicara dan
tertawa sendiri padahal saat itu dia sedang berkomunikasi dengan ficky,
hari-hari riana makin sulit, dan sangat sangat sulit.
"lo
lagi ngapain ri?" tanya gilang sahabat riana yang sedang berjalan dan
melihat riana duduk sendiri mengotak atik laptopnya, saat itu riana
duduk disamping ficky yang tak bisa dilihat gilang.
"oh kamu, gak kok. lagi bingung aja nih mau ngirim tugas tapi udah deadline"
"oh tugas dari bu indah? kenapa telat? kan dikasih waktu tiga hari?"
"ehehe..
iya aku ceroboh, lupa. karena kamu tau sendiri kan aku kerja paruh
waktu di restoran siap saji itu udah setengah taun ini jadi bener-bener
nguras tenaga, alhasil sering telat ngumpulin tugas"
"dasar pelupa!!" cetus ficky
"apaan sih!!" jawab riana
"hah? Apaan apanya ri?" gilang keheranan
"oh
nggak nggak.. ini tadi ada lalat aduh apaan sih nih lalat nempel-nempel
di pipiku!" riana pura-pura mengusi-usir lalat padahal tidak ada apapun
yang menyentuh pipinya
"yaelaah, makanya kalo mau berangkat
jangan lupa mandi hahaha, mending lo berhenti kerja aja gimana? Kan
sayang juga udah mau lulusan masih disibukkan kegiatan diluar gitu mana
nguras tenaga sama pikiran lagi" ledek gilang
"haha.. iya iyalah,
emang kamu! Iya aku juga mikir gitu makanya aku lagi mau ngajuin surat
pengunduran diri, mau fokus sama sekolah dulu coba deh.."
"gue
dicuekin lagiii..." ficky beranjak dan berkeliling sekolah riana, riana
bersiap masuk ke kelas, tentu tidak semua orang mengucilkannya masih ada
orang-orang yang percaya padanya, tiba-tiba langkah kakinya terhenti
didepan perpustakaan
"eh ada gadis psyko, ngapain lo liatin gue gitu?" ejek gina dan teman-teman satu gengnya
"gina, kalo kamu pulang naik motor sama vino, jangan lewat jalan yang ada tikungan tajam dekat sekolah yah"
"hahaha..
eh gadis gila! lo pikir gue takut?? yaelah.. lo nyumpahin gue biar
kecelakaan? kurang ajar banget sih lo?" gina menarik kerah riana dengan
kasar
“bukan gitu maksud gue baik kok gin”
"eh lo apaan
sih?!!" ficky melihat dan berusaha melerai keduanya dengan menarik
lengan riana, karena hanya riana yang bisa dia pegang, gina kaget karena
riana yang terlihat lemah tiba-tiba bisa dengan mudah mundur kebelakang
dan menghempaskan tarikan tangannya.
"eh lo tuh beneran cewek aneh yah, ih gue jadi dingin gini.." cetus gina
"eh
iya bener gin, gue juga jadi merinding.. dasar hantu lo!" ungkap kinta
teman satu geng gina, gina bersahabat dengan 2 orang yaitu kinta dan
lian
"hmmmm.. sorry gue kasar narik lo, abis lo tuh terlalu baik
tau nggak sih? tapi mereka malah balesnya gitu, ah lo tuh beneran
berhati malaikat tapi dianggap setan sama tuh orang!" ficky menggerutu
tak karuan, tapi riana tetap diam dan melanjutkan jalannya.
bel pulang pun berbunyi
"selesaaaiiii"
riana mengangkat tangan keatas dan merenggangkan otot-otot tangannya
yang kaku, ficky yang selalu berada diluar kelas riana merasa bosan
menunggu diluar seperti itu
"eh hari ini gue bakalan pergi sama vino, haha.. dia ngajak gue nonton!" pamer gina kepada teman satu gengnya didepan riana
"eh kutu buku, lo pikir gue takut sama ramalan bodoh lo itu, ih norak banget sih lo!"
"songong
amat si tuh cewek, kalo gue jadi lo udah gue jambak tuh rambut yang
kayak ekor kuda gak ke urus" ficky mendekati riana dan terus menggerutu
"hahaha.." riana tertawa mendengar gerutu ficky yang tiba-tiba disampingnya
"hih.. nyeremin amat sih nih cewek" gina melirik sinis sambil berlalu meninggalkan kelas
paginya..
memang
benar, tiba-tiba suatu pagi kinta sahabat gina mendatangi riana dan
meminta maaf, karena tidak percaya tentang omongan riana, dan sekarang
gina sedang dirawat di rumah sakit walaupun tidak terlalu parah luka
yang dia derita.
Diselasar depan ruang kelas, riana berjalan berdampingan dengan ficky
"huaaah, bosen juga seminggu bareng sama lo, tapi mau nggak nolongin gue ri?"
ficky menghentikan langkahnya, riana ikut berhenti dan memandang ficky penuh tanya
"apaan fic?"
"lo.. mau gak bilang sama nyokap gue, kalo sebenernya gue masih idup eng.. maksudnya setengah idup" ficky memegang tangan riana
"haduuh, jadi harus ketemu sama orangtua kamu gitu??" ficky mengangguk
"yaelaah, gimana yah..?! aku agak ragu, kalo kalo mereka malah ngira aku gila"
"emm..
iya maaf selama ini emang pada begitu ke lo, tapi gue yakin yang ada
orangtua gue bakalan trenyuh denger pengakuan lo, secara muka lo tuh
mudah dikasihani"
"gak jadi nolong!"
"hehe.. eh iye dah
sorry, muka lo tuh polos, dan emang kenyataannya lo polos, jadi kalo lo
ngomong gitu pasti 80% mereka percaya deh"
"tapi kan harus ada buktinya!"
ficky melihat sekeliling
"kita ngobrol gini gak ada yang tau?"
"upss.. aku lupa, kamu gak pantes jadi hantu, gak nyeremin makanya aku masih nganggep kamu manusia"
"hmmm.. aku udah jadi hantu dong sekarang?" ficky menunduk lesu
"eh sorry sorry, gak maksud nyinggung deh sumpah! ayo kerumah biar bisa ngobrol leluasa dikamarku"
"oke deh"
Dirumah riana, lelah memang beraktifitas dari pagi hingga sore berkutit pada pelajaran-pelajaran sekolah
"maaaah..
rian pulang.. oh iya mamah gak usah nganter makan siang kekamar yah,
nanti kalo aku telat makan aku ke dapur aja!" ucap riana
"oh iya, eh kamu tumben sih sekarang udah jarang banget minta dianterin ke kamar makanannya, mbok sari jadi bingung juga tuh"
"ehehe
gak apa-apa mah, sekarang lagi sering sibuk aja, gak suka diganggu kalo
udah dikamar, yaudah rian naik keatas dulu yah, capek mau istirahat"
"iya deh iya.."
"gimana? mau kan lo ngomong ke ortu gue?" ficky memastikan
"asal kamu tau ya! ini tuh susah!! gak segampang itu ah.."
"tapi tolongin lah.. gue gak mau ortu gue sedih terus-terusan kayak gitu, sekalian gue juga kangen sama badan gue"
"oke deh nanti aku bantu, haha..gimana tuh udah seminggu gak nempel ke badan"
"ya gak enak banget lah, berasa tembus pandang banget gini kok!"
"haha iya tapi mending deh ada yang bisa kamu sentuh"
"iya cuma lo, gak ada yang lain, monoton dan membosankan"
"aku membosankan? huh.." riana pura-pura ngambek
"nyaah ngambek, jangan ngambek loh, tapi walaupun ngambek masih mau bantuin gue dong? hehe" ficky merayu
"ada udang dibalik kerupuk!"
"batuuuuu....!!!"
"eh sorry, salah lagi yah?"
"gak usah sekolah deh lo terlalu pinter huh.."
di Rumah Sakit
"waktu lo kesini mau ngapain?"
"jenguk nenek"
"ooh gitu, eh itu nyokap gue!! maaaaahhh...!!" ficky memanggil-manggil ibunya
"bego! ya gak denger laaah!!"
"oh iya gue lupa! hmmm susah amat pengen ketemu si mamah.."
"haduuh jangan nangis dong"
"yeee.. dikira banci apa??"
"haha.. nangis itu wajar! eh ayok coba ngomong"
bertemu dengan ibu ficky di selasar depan ruang ICU
"bu, permisi, maaf sebelumnya ganggu saya mau bertanya"
"oh iya nak, ada apa yah?" terlihat sangat ramah dan cantik sekali ibunya ficky ini
"begini, tapi baiknya kita duduk saja dulu yah bu"
"oh iya, keliatannya serius"
Riana menjelaskan panjang lebar tapi ibu ficky menampakkan wajah tak percaya dan tetap tak percaya
“maaf
nak, kalo kamu mau ngarang cerita tolong jangan sama tante yang lagi
putek gini! Saya juga bingung harus bagaimana agar ficky sembuh tapi mau
gimana lagi keadaan udah kayak gini, jadi tolong jangan buat saya
tambah droop!”
“tapi tante, ficky sekarang ada disini disamping saya” riana menunjukkan ke arah kanannya
Tapi beliau pergi dengan air mata menetes dipipi, semua tak segampang yang difikirkan
Sebulan sudah berlalu, ditaman belakang rumah riana
“malam ini bintang terlihat sangat indah..” ficky duduk disamping riana yang sedang menatap langit
“hmmm.. kamu gak kangen sama keluarga kamu?”
“ya jelas kangen lah.. gue iri sama lo..”
“iri? Kenapa?”
“kalian satu keluarga bisa kumpul bareng terus, dan lo begitu taat sama ibu lo!”
“tapi aku juga kangen sama ayah..” riana menatap kedepan dengan tatapan kosong
“sorry, ayah lo pergi dari lo umur berapa ri?”
“waktu
aku terima surat pernyataan lulus, saat pengumuman kelulusan SMP itu
ayah tiba-tiba droop, serangan jantung dan siangnya dia meninggal.
Padahal aku belum menunjukkan hasil pengumuman kelulusanku”
“jadi.. udah 2 tahun lebih ayah kamu meninggal yah..?”
“hmmm.. iya, semoga dia melihatku disini dari surga walaupun aku tidak bisa melihatnya lagi”
“aamiin, itu ada mawar merah” ficky berjalan ke tengah taman dan memetik mawar yang sedang mekar
“ini buat lo!” ficky memberikannya kepada riana
“haha.. so romantis kamu!”
“iya
dong hahaa.. itu, lo simpen aja mawar itu, kalo lo kangen seseorang
atau lagi sedih liat aja tuh mawar siapa tau bisa ngurangi rasa kangen
atau kesedihan lo”
“hmmm oke deh aku simpen”
Paginya di Toko buku
“hey, sama siapa lo disini ri?” tiba-tiba dari belakang ada yang menepuk bahu riana
“eh kamu gilang, ini sama ficky”
“ficky? Siapa tuh? Pacar lo yah?”
“eh sorry, gak bukan, gak kok nih lagi sendirian aja” riana lupa, kalau gilang tidak bisa melihat ficky
“hayooo ficky itu siapa?” gilang penasaran
“haha.. gak, bukan siapa-siapa kok”
“dibilang pacar juga gak apa-apa lagi ri” ficky yang disamping riana berbisik-bisik, riana mengernyitkan dahinya
“haha.. oh yaudah berarti masih jomblo kan?”
“hmm iya iya lah, kenapa? Mau ngeledek apa?”
“enggak enggak hahaha..”
Mereka berbincang cukup lama, setelah selesai riana membawa buku yang dia beli
“coba gue pengen baca buku lo” ficky meraih novel yang riana beli
“eh..
eh.. ini buku lo kan?? Udah jadi milik lo kan??” ficky heran dia tidak
bisa memegang buku yang riana beli, padahal semua yang menjadi milik
riana bisa ficky pegang
“ya iyalah, kenapa fic?” untung saat itu mereka sedang berjalan di parkiran riana lalu membuka kunci mobil dan bersiap pulang
“ayo gih masuk dulu” ficky duduk disamping riana yang sedang menyetir
“kok tadi gue gak bisa megang buku lo yah?” ficky memandang riana serius
“hah? Serius kamu?? Maksudnya gimana? Kamu gak bisa megang barang yang udah jadi punyaku lagi?”
“iya
serius lah.. coba gue pegang tangan lo” pelan-pelan riana menjulurkan
tangan kirinya dan tangan kanan tetap pada posisi memegang kendali stir
mobil, ficky menggenggam tangan kiri riana dengan tangan kanannya, ficky
memandangi tangan riana dan beralih melihat wajahnya
“eh..” riana melepaskan genggamannya
“sorry sorry” ficky langsung memalingkan pandangan kedepan
“udah bisa kan? Jadi kamu masih bisa megang kan?”
“iya ri, makasih ya”
Ficky
merasa ada yang berbeda, merasa gugup dan jantungnya terasa berdetak
sangat cepat, merasa nyaman saat dia memegang tangan riana, entah apa
yang dia rasakan, apa dia masih bisa merasakan hal yang dirasakan
manusia pada lawan jenis pada umumnya atau hanya rasa canggung
sementara, entahlah karena ficky merasa dia tidak sama jadi dia selalu
berusaha munafikkan rasa yang kian lama menggelayuti hati dan
fikirannya.
Bulan kedua, sudah terlalu lama raga
ficky terbaring kritis di Rumah sakit hingga dokter pun sudah bingung
harus bagaimana, mereka hanya terus melanjutkan usaha pemulihan rutin
dijalankan.
“udah mau dua bulan loh kamu sama aku, dan itu artinya kamu udah koma hampir 2 bulan”
“hmmm gue bingung harus gimana”
“yaudah deh, aku berangkat dulu yah, kalo kamu mau ikut ayo aja”
“gue
nemuin sesuatu dilaci meja belajar loh hahaha” ficky menunjukan buku
dengan cover berwarna coklat yang tertera nama “Riana” dengan huruf
indah
“eh kembaliin itu buku harianku, itu juga buku kumpulan
puisiku, itu semua tentangku, eh kamu!!” riana mengejar ficky yang
berlari menghindari riana sambil terus membawa buku itu tapi tiba-tiba
“buuukkkk!!!” buku itu lepas dari genggaman tangan ficky
“udah
aku bilang jangan ya jangan!!” riana segera memungutnya, ficky terdiam
dan memandangi tangannya dia mencoba meraih benda-benda milik riana
disekelilingnya, tapi menembus tangannya
“hah??!!”
“kenapa fic?” riana bingung
“gue gak bisa megang apa-apa ri”
“yang
bener fic?” riana meraih tangan ficky, tapi tidak berhasil. Dia sulit
menggapai ficky, dan ficky semakin tak terlihat dia tembus pandang dia
semakin menghilang.
“fic kamu dimana???”
“gue masih didepan
lo ri...!!” ficky mencoba meraih tubuh riana, dia mencoba memeluk riana,
dia takut apa yang dia takutkan selama ini benar terjadi
“fic ..
kamu dimanaa????” tubuh riana bergetar, dia terus mencari ficky mencoba
meraih apa yang ada didepannya tapi tak berhasil, suara ficky perlahan
menghilang dan semakin tak terdengar
“ficky.. tolong jangan pergi duluuuuu!!!!” riana tersungkur ke lantai dengan muka tertunduk dan menangis hebat
“kamu kenapa sayang??” mamah riana yang mendengar riana menjerit-jerit sendiri dari kamarnya langsung naik dan memeluk riana.
“mamaaah.. ficky pergiiii mah .. dia pergiii”
“ficky siapa sih ri??!! Udah tolong hentikan halusinasi kamu yang udah cukup lama ini membuat mamah khawatir sayang!!”
“tapi ficky itu nyata mah.. nyataaaaa!!!!” riana meyakinkan mamahnya
“udah sayang.. ficky itu gak ada, percaya sama mamah”
“mamah
gak tau apa-apa!!!” riana langsung keluar kamar dan berlari mencari
ficky, dia keluar dan terus berlari dengan masih mengenakan seragam
putih abu-abunya
“ficky...!!!!!! kamu dimana???!! Kembali
kesini!!!” dia terus berlari seperti orang tidak waras, semakin jauh dan
jauh dari rumahnya tiba-tiba ditikungan dekat komplek rumah
“bruuukkkkkk!!!!!!!”
semua orang bergerombol mengelilingi tubuh seorang gadis SMA yang
tergeletak dijalan raya itu, riana tertabrak mobil yang sedang melaju
kencang di tikungan.
di Rumah sakit
cowok
itu perlahan membuka matanya, melihat sekelilingnya, hawa dingin sangat
terasa diruangan yang bersih itu, mulut dengan alat bantu pernafasan dan
peralatan kedokteran lengkap yang membantu pemulihannya melekat
disekujur tubuhnya.
“dokteeerrrr... dia udah siuman!!!” seorang wanita paruh baya berteriak keluar dari pintu
“bu.. ficky dimana??”
“kamu dirumah sakit sayang, ini .. ibu sama ayah disini”
“kamu
udah siuman nak? Jangan banyak bergerak dulu” ayah ficky khawatir,
dokter melepas alat bantu pernafasannya dan memeriksa keadaan ficky
Ternyata, ficky kembali ke raganya, dia siuman dan pulih kembali setelah koma begitu lama.
Beberapa
minggu kemudian, sebuah motor keren terparkir didepan rumah mewah yang
tak asing bagi pengendaranya, ficky masuk melewati gerbang dan menekan
tombol berwarna merah dipintu rumah itu, terdengar suara bel rumah
memanggil penghuni rumah itu.
“selamat siang, aden cari siapa
yah?” wanita paruh baya yang biasa dipanggil mbok sari keluar dengan lap
dibahu kirinya menanyai ficky dengan ramah
“saya cari riana mbok, riana dirumah?”
Mbok sari terdiam sejenak
“nama aden siapa yah?”
“ficky mbok..”
Lalu wanita itu menyuruh ficky menunggu diluar, dia masuk dan memanggil seorang lainnya
“siapa yah? Ada perlu apa cari putri saya?”
“tante ini mamahnya riana yah? Selamat siang tante, saya ficky temennya riana, riana ada tante?”
“ficky??” wanita itu memegangi pintu merasa shock setelah mendengar namanya
“maaf tante saya bantu duduk”
“tidak usah! Ayo masuk dulu nak”
“iya tante terimakasih” ficky tersenyum merasa senang ternyata ibunya welcome dengannya
“jadi riana lagi kemana tante?”
“pergi..”
“kemana ya tan kalo boleh tau?”
“dia udah meninggal beberapa minggu lalu nak ficky”
wanita
itu menangis hingga bicara pun tersendat, ficky tak percaya dia terus
menanyakan kenapa bisa riana meninggal secepat itu?!
Semenjak
kecelakaan itu riana koma sehari tapi malamnya dia sempat siuman dan
mampu menulis dan tak berapa lama dia pergi, pergi dengan tenang.
“dia
nyari kamu, dia manggil-manggil nama kamu, lalu dia lari keluar dan di
tikungan itu dia kecelakaan, ditabrak mobil yang sedang melaju sangat
kencang!! Tante sampai sekarang belum bisa terima dia pergi ninggalin
tante!”
Ficky lemas, matanya memerah, air mata keluar dari matanya
sangat deras sekali, mendung menyelimuti langit siang itu, gelap dan
dingin.
“boleh saya ke kamarnya?”
“iya tante antar yah”
Sesampainya
didepan kamar riana, dia melihat lukisan dipintu kamar riana, gambar
mawar merah dengan satu tangan perempuan dan satu tangan laki-laki
menggenggamnya tertera tulisan dibawah gambar itu “selamat datang
disurgaku”
“riana, kenapa lo tinggalin gue?! Maafin gue, gue gak
ninggalin lo, gue pergi dan kembali, tapi kenapa lo gak bisa kembali
lagi??!!!” ficky menggumam dia lemas dan duduk dikursi tempat belajar
riana, dilihatnya buku harian riana yang bercover coklat itu, dengan
ragu ficky memberanikan diri untuk membukanya, perlahan halaman demi
halaman dia baca dengan seksama hingga dia terhenti di halaman terakhir
yang riana tulis yang berjudul Long Life To Love, disana terselip bunga
mawar merah yang sudah mengering tapi tetap tersimpan rapi, perlahan dan
penuh penghayatan ficky membaca kata demi kata.
Long Life To Love
Tuhan.. mungkin hari ini.. hari terakhir aku melihatnya,
ficky..
andai kamu kembali, berbahagialah, berubahlah menjadi lebih baik demi dunia yang mencintaimu..
dan
aku rasa ini kali terakhir aku dapat menulis dibuku, dengan keadaanku
dengan penuh luka, dengan kepalaku yang terikat kain putih yang
membuatku semakin terlihat tak berdaya ini..
aku menulis untukmu..
dengan pena ini ku goreskan dan kutumpahkan semua isi hatiku..
andai aku bisa hidup lebih lama lagi
aku akan mencarimu dan memeluk erat dirimu takkan pernah kulepaskan kau lagi dari hidupku..
menetap disampingmu..
dengan derai air mata dan senyuman yang silih berganti menghiasi hari-hari yang kita lewati
Berbeda..
tak pernah kurasakan ada perbedaan antara kau dan aku..
Tuhan..
Aku ingin hidup lebih lama lagi jika Kau bolehkan..
Aku ingin hidup lebih lama lagi untuk mencintai dan dicintainya..
Aku ingin merasakan tangannya kembali menggenggam tanganku yang dingin ini..
Ini sangat dingin.. dingin sekali.. aku butuh dia..
Tuhan..
Jika memang tak bisa
Biarkan senyum terus terlukis disudut bibirnya
Aku ingin melihatnya tertawa bahagia dari surga..
Aku ingin melihatnya menangis haru karena hidupnya, hidupnya yang lebih berwarna dari sebelumnya..
ficky menangis, dan memeluk buku itu.
catatan kecil si penulis amatiran: hay hay haaayy.. ^_^ ketemu
lagi deh sama karya kecilku ini.. eeiiittss.. ada yang beda .. ini pure
fiktif guys.. so jangan terlalu dianggap nyata yah hehe.. nikmati aja
jalan ceritanya, just for fun .. kita ambil pelajaran berharganya saja
(tapi apa yah pelajarannya?) ummmm.. satu hal! jangan sia-siakan
seseorang yang kini hidup disamping kita, kematian tidak pernah ada yang
menduga, Tuhan selalu punya cara untuk membuat kita bahagia, jadi
bahagiakanlah orang-orang yang menyayangi kita ^_^ sebelum terlambat,
terutama ayah dan Ibu kita ..
eh eh .. gak ada maksud
menggurui kok :D cuma berbagi aja apa yang ada di pikiran dan hati
hehe..maap ya kalo ada salah kata di cerpen atau di catatan kecil ini
hehe.. kan masih dalam tahap belajar belum profesional :p