Friday, September 21, 2012

CERPEN: the Glow of Heaven today

"wah jilbabnya bagus" pujian demi pujian terlontar dari mulut kami saat melihat koleksi photo diana di laptopnya, diana adalah teman kami, nina dan aku juga berkomentar dengan photo milik diana ini.
"aku tidak suka saat kamu berpose menjulurkan lidahmu seperti itu, kesannya kurang baik" aku berkomentar saat melihat photonya yang menjulurkan lidah dengan ekspressi wajah genit tapi berjilbab, kami pun tertawa. kami semua berjilbab saat sekolah dan ini memang bukan waktu belajar, karena kami sedang melakukan praktek dari sekolah di instansi-instansi pemerintah dan swasta, hari ini benar-benar melelahkan--banyak problem yang menggelayuti pikiran, seperti kesalahan dalam bekerja dan lain sebagainya karena kami anak kejuruan jadi sebisa mungkin kami menerapkan profesional kerja semampu kami.

sore itu benar-benar sore kelabu, bukan malam kelabu pasalnya matahari masih berani menampakkan dengan tegas sinarnya dilangit kala itu dan waktu ashar pun tiba, aku dan nina berjalan menyusuri jalan yang biasa kami lewati sepulang praktek kerja, disana semakin sore suasana semakin ramai karena memang kawasan perkotaan--kami berhenti di mushola yang biasa kami lewati, lelah serasa menguasai tubuh ini, ku buka penutup kepala yang biasa disebut dengan nama jilbab, karena aku seorang muslimah-- ku basahi wajah ini rasanya tenang dan sejuk sekali--langkah demi langkah berwudlu aku lalui, akhirnya dengan tenang aku mendirikan sholat dengan mukena yang telah disiapkan di mushola itu--selesai sholat tiba-tiba

"seharusnya saat takbir jangan langsung bersedekap begitu!" nina mengingatkanku, aku berfikir memutar rekaman otak kebelakang
"terus harus bagaimana baiknya?" sambil ku kemasi mukena dan ku lipat tapi tidak begitu rapi
"saat tangan kamu diangkat dan mengucap 'Allahuakbar' tidakkah dalam hati seharusnya kamu berniat juga?" nina mencontohkan kalimat yang ia ucapkan saat berniat di dalam hati dengan bahasa Indonesia, aku rasa nina benar--seharusnya ada jeda antara saat aku mengangkat tangan dan bersedekap
"bukankah Allah akan menerima sholat kita jika kita niati dari dalam hati? niatan dengan ucapan itu kan sunnah" sambungnya
aku berfikir jernih, aku rasa nina lebih banyak ilmu daripada aku.

Beberapa saat kemudian dua orang remaja putri berjilbab rapi memasuki mushola bersiap akan sholat Ashar juga, kami melihat merekea dengan seragam sekolah yang tidak pernah kami lihat sebelumnya sepertinya dilihat dari penampilan mereka adalah seorang santriwati atau dari sekolah Islami yang sejenisnya, ada satu yang berjilbab rapi dan berkacamata--penampilannya sangat sederhana tapi baik dan sopan dilihat juga pantas, membuat orang yang melihatnya merasa nyaman dan sejuk.

akhirnya kami berjalan menuju pulang, nina melanjutkan jalan pulang kerumah sedangkan aku berjalan di trotoar menuju suatu tempat yaitu Toko kacamata, aku berniat mengambil kaca mata yang sudah aku pesan dari kemarin, katanya sih bagus warna dan modelnya--tapi sejujurnya bertolak belakang sekali dengan kepribadianku yang boyish, kaca mata minusku dengan frame perpaduan warna ungu dan pink, cocok sekali dipakai remaja putri yang sangat suka berdandan, dan bukan aku yang gemar basket.

aku memang berjilbab tapi sesekali saja, saat di sekolah atau acara-acara yang berkaitan dengan sekolah, tapi sedikit demi sedikit aku berusaha menutup auratku sebagai muslimah, tapi sungguh butuh waktu untukku tutup keseluruhan, bagian rambut yang sulit untuk ku tutup.
tapi tentu saja penampilanku sopan dan aku rasa cukup rapi, tapi aku juga sering merasa bingung--disisi aku ingin sekali melanjutkan hobi bermain basketku dan tetap berpenampilan seperti biasa dengan sepatu ket, jeans dan T-shirt dan rambut di gerai atau di ikat dengan seperti ini aku bisa merasakan 'inilah diriku', disisi lain aku juga ingin menutup aurat dan mengikuti nasihat orang tuaku.

kaca mata sudah ada didalam ranselku--aku berjalan menyusuri trotoar dibawah sinar orange matahari sore kala itu, sendiri berteman angin yang hanya sedikit saja berhembus membelai jilbab yang ku kenakan.

"sepertinya itu perempuan yang di mushola tadi" gumamku dalam hati
gadis itu berjalan dan akhirnya satu Bis denganku, dengan arah yang sama.
cara berjilbabnya rapi sekali--tak ada walau sehelai pun rambut yang terlihat, benar-benar tertutup. aku memandangi cara berpakaiannya dan membandingkan dengan apa yang aku kenakan, berbeda sekali rasanya--memang sama-sama berjilbab tapi dari unsur kesopanan masih lebih sopan dia, dengan baju yang agak longgar sedangkan aku--lenganku masih tampak karena aku mengenakan jaket yang tidak terlalu longgar, aku memandangi jilbab yang ia kenakan sungguh rapi dan sopan sekali, dengan kaca mata yang ia kenakan juga tidak membuat penampilannya terlihat ndeso atau cupu melainkan memperlihatkan keanggunannya sebagai seorang muslimah, dengan tenang dia duduk di kursi sebelah kananku tapi terpisah celah selangkah sebagai jalan untuk orang lewat di dalam Bis.
dalam hati aku berbisik lirih.

"seandainya aku dapat sebaik dia, dilihat dari penampilannya saja orang yang mau menggoda walau hanya dengan berkata 'hai' saja rasanya pasti akan risih dan lebih memilih untuk tidak berkata apapun dengan gadis sesopan ini"
begitu terlindungi gadis ini dengan jilbab yang ia kenakan--meskipun sederhana dan tidak bergaya mengikuti trend berjilbab masa kini justru itu yang membuatnya menarik.

"andai aku dapat seperti dia" gumamku, tapi bukan hal yang tidak mungkin untuk berpenampilan seperti itu, basket bukan halangan--tapi bukan untuk saat ini dan tidak secepat kilat aku dapat berubah dengan perubahan yang signifikan dan membuat orang-orang yang mengenalku sebagai seseorang yang tidak begitu islami dan tiba-tiba berubah drastis mereka psti akan terheran-heran dan perubahan yang secepat kilat juga biasanya tidak akan bertahan lama.
jadi, aku fikir lebih baik sedikit demi sedikit saja, aku berterimakasih sekali pada gadis itu--sungguh contoh yang baik.

Allah mengingatkanku, selalu mengingatkanku dengan berbagai cara dan contoh yang Ia perlihatkan padaku.

Sunday, September 9, 2012

Larinya duka


mendengar lagi alunan nada yang terekam jelas dihati dan fikiran..
seperti suara nyanyian jiwa
yang sedang merasakan kebahagiaan
dan entah disadari atau tidak
membuatku terus terbayang..
bayang yang tak kunjung hilang..
lekas kembali ke hidupku dengan pesona yang berbeda..
menggenggam bahagia, menaburkannya diseluruh sudut deritaku..

mengubah lara jadi abu yang kemudian terbang terbawa angin..
membuatku yang terjatuh dan terluka kembali bangkit dengan satu kata yang tak pernah bisa ku lupa..
cinta..
cinta itu datang padaku..
cinta itu kian lama menguras duka yang terus mencambuk asaku..
yang membuatku sakit dan tak kuat tuk bangkit..
kini perlahan terkikis dan menarikku pergi dari gelapnya masa lalu..
membasuh lukaku dengan sentuhan kasih sayangnya..
membawaku terbang dengan sayap yang mengembang bak malaikat yang Tuhan kirim tuk membuang jauh tangisan yang merenggut senyumku..

ah.. hiperbol sekali rasanya jika ku terus memujinya demikian,
hanya satu yang sanggup ku katakan padanya..

aku menyayanginya.. sungguh Tuhan! :')

Ketakutanku


seakan udara pagi yang dingin menyelimuti oksigen yang ku hirup
aku tersudut diruangan ini ..
menunggu matahari muncul menghangatkanku
untuk kemudian bangkit dan bersiap melawan semua keadaan yang membuatku terpuruk..

senyuman..
satu simpul kehidupan, yang tak pernah pudar dari wajahku..
kini kian lama kian menghilang..

aku takut..
tapi ketakutanku ini semakin membuatku terperosok dalam lubang penyesalan

ketakutanku untuk dilawan bukan dibiarkan..
ketakutanku untuk dihadapi bukan dihindari
tapi aku tak sanggup bila tanpa penyemangat hidupku..
ketakutanku semakin menusuk batin..
tapi aku memaksa diri untuk terus maju
walau keadaan kadang tak sejalan..

Long Life To Love

Banyak yang mengira gadis ini psyko, bagi yang berfikir sempit akan memilih untuk pergi meninggalkannya dan lebih memilih tidak mengenalnya, sakit hati, kesepian, kecewa dan berbagai perasaan kalut lainnya, inilah yang dirasakan riana, gadis 16 tahun ini terlihat sangat biasa saja, tak terlihat memiliki kelainan tapi tepatnya bukan kelainan, melainkan kelebihan. dia gadis cerdas yang dijauhi teman-temannya karena mereka fikir riana memiliki kelainan jiwa padahal sama sekali tidak, dan riana lebih memilih tutup mulut, tutup telinga dan biasa saja, walau sebenarnya sangat berat menjalani hidup dalam keheningan.


"kalo lo temenan sama dia, lama-lama lo ikutan gila!" cetus gina pada gilang, gadis yang sangat membenci riana
"lo tuh yang udah diracuni sama hal-hal yang gak berbobot yang malah bikin lo jadi sensi" ungkap gilang yang masa bodo dengan semua omongan gina, dia tetap melanjutkan jalan disamping riana yang dari tadi hanya diam mendengar ucapan-ucapan pedas dari mulut gina


"kenapa lo selalu pasrah? harusnya lo tuh nangkis omongan negatif mereka tentang diri lo, kenapa lo-nya malah diem aja?!" gilang heran, dia lantas berdiri dan beranjak pergi meninggalkan riana yang duduk ditaman sekolah berdua dengannya
"aku gak pasrah" kata riana, langkah gilang terhenti
"hah? gimana bisa dibilang gak pasrah kalo lo-nya diem aja gitu, kalo lo emang punya imajinasi yang terlalu tinggi harusnya lo nyadar dong di sekeliling lo tuh banyak orang yang gak suka diceritain hal-hal gak masuk akal, harusnya lo bisa dong membawa diri! Sorry maksud gue bukan imajinasi, tapi kelebihan baiknya lo tuh gak usah ngasih tau orang yang jahat sama lo tentang apa yang lo lihat!"
"aku cuma jawab aja yang mereka tanya" riana menunduk

riana punya kelebihan, dia bisa melihat apa yang orang lain tidak bisa lihat, dia bisa melihat masa depan, tapi dia tidak bisa melihat apa yang akan menimpanya, dia bisa melihat seseorang yang sekarang menjadi sahabatnya, namanya ficky, cowok khayalan yang selama ini setia menemani riana, bukan khayalan tepatnya tapi dia sosok yang berbeda, dia adalah arwah dari seorang cowok yang sedang kritis di salah satu rumah sakit yang pernah riana datangi.
singkat cerita, awalnya riana berniat menjenguk neneknya tapi saat di selasar rumah sakit di depan ruang ICU dia melihat sosok cowok dengan jeans hitam, t-shirt putih bersepatu ket putih sedang duduk termenung dan terlihat menangis, riana mendekat

"hmm siapa kamu?" riana mencoba memastikan, karena disekitar tubuh cowok ini terlihat bercahaya, seperti ada cahaya putih yang memantul dari dalam dirinya, tidak terlihat seperti manusia.
"lo?? lo bisa liat gue??" cowok itu berdiri tepat didepan riana sambil menunjuk-nunjukan jari telunjuknya ke depan mukanya sendiri
"iya, tapi kamu keliatan beda, makanya aku menyapa" ungkap riana sambil menaikkan ranselnya
"waaahh.. makasih lo udah negur gue, kalo lo gak negur bisa-bisa gue galau sepanjang masa deh!" riana beranjak pergi tapi cowok itu menahannya
“tunggu!”
"kamu siapa? hantu? malaikat? peri? atau apa?"
"yaelah.. kenalin nama gue ficky, lo siapa?" ficky menjulurkan tangan kanannya
"aku riana" riana menjabat tangannya
"lo bisa nyentuh gue, lo juga arwah kayak gue?"
"maksudnya? jadi kamu beneran bukan manusia kan?" riana melepas genggaman tangan ficky
"gue... hmmm sebenernya gue setengah idup, setengah mati, lo liat tubuh yang terbujur kaku didalam sana? itu gue" ficky menunjuk ke arah ruangan tempatnya dirawat


"jadi kamu sekarang sedang kritis? sekarat? hampir mati?"
"yah begitulah, gue galau.. galau abis nih, gue musti gimana?"
"hemmm.. kamu tunggu aja sampe bener-bener udah siuman"
"nyaaahh.. kalo itu sih gue juga tau"
ficky kembali duduk di kursi selasar
"tapi, kenapa kamu gak coba masuk lagi aja ke tubuh kamu?" riana mengikuti duduk disamping ficky, rumah sakit terlihat sepi siang itu
"kalo segampang itu, udah gue lakuin dari kemaren!"
"ooooh gitu" lalu riana beranjak, berniat pulang kerumah
"eh lo mau kemana?? tungguin gue!!" ficky berlari mengejar riana
"kamu mau kemana? kenapa ikut?" riana terlihat gugup
"cuma lo yang bisa liat gue, jadi cuma lo yang bisa nemenin gue, please!! gue mohon jangan tinggalin gue, gue ikut lo aja yah?" ficky memohon
"tapi... enggak enggak!!!" riana mempercepat jalannya, dia memasukkan telapak tangannya ke kantong jaketnya, hawa dingin sangat terasa, karena sebentar lagi memang mau turun hujan
"eh.. swear deh!! gue gak bakalan ganggu idup lo! gue cuma mau ditemenin sampe gue siuman dan sadar! please..."
"eng... aduh aku udah cukup tersiksa"
"maksudnya? haha..oh jadi lo punya kelebihan beginian orang-orang jadi ngucilin lo? yaelah gitu aja repot!"
"huh..!!" riana melanjutkan jalannya
"eh jadi gimana? oke yah gue ikut lo?"
"iya deh iya.. tapi janji jangan usik hidupku!"
"iya tenang aja.. percayakan sama ficky"


sesampainya dirumah riana
"eh eh eh.." riana menutup pintu kamar memberi sedikit celah "aku mau istirahat! kenapa kamu ikutan masuk ke kamar? ini kamarku, kalo kamu mau tidur sana di sofa ruang tamu!"
"yaah gue gak tidur, udah deh lagian gue kan hantu jadi gak mungkin gue ngapa-ngapain lo, lagian kalo lo mau ganti baju kan gue bisa keluar tapi ini diluar gak nyaman banget"
"hmmm.. dikasih hati minta ginjal!"
"jantuuuungggg!!!"
"iya iya, yaudah kamu duduk aja di sofa kamarku, awas!! jangan pegang apapun!!"
"eh liat deh, gue bisa pegang barang-barang punya lo!" ficky menyentuh piala-piala di atas meja belajar riana
"emmm.. berarti kamu bisa nyentuh apapun yang aku punya yah?! kenapa harus aku sih!?"
"hehe.. takdir.." ficky meringis


riana, gadis manis berambut lurus, hitam, dengan panjang sebahu ini memang sangat kalem, pribadi yang pendiam dan misterius, sangat anggun dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk menulis dan membaca, memiliki kemampuan yang tidak biasa, tapi tetap enjoy saja dengan hidupnya yang penuh keheningan itu.


ficky, semasa dia hidup (selama masih bisa beraktifitas alias hidup seutuhnya) dia adalah cowok ganteng yang agak playboy, dia siswa SMA Harapan Bangsa, satu kota dengan SMA tempat belajar riana, ficky kritis sekitar dua hari karena kecelakaan yang dialaminya saat balapan liar, karena keluarganya termasuk keluarga yang terbilang mampu jadi ficky lebih suka meneruskan hobinya yang sangat mengancam keselamatannya sendiri itu, dia pikir begitu gampangnya untuk meminta uang dari orang tuanya karena ficky adalah anak tunggal, dia sangat disayang orang tuanya.


seminggu berlalu begitu cepat, semenjak itu riana dan ficky sangat dekat, walaupun tidak jarang mereka bertengkar, bisa dibilang mereka sepasang sahabat khayalan yang sangat impossible tapi nyata dan mengundang kecurigaan orang-orang, karena riana sering dipergoki berbicara dan tertawa sendiri padahal saat itu dia sedang berkomunikasi dengan ficky, hari-hari riana makin sulit, dan sangat sangat sulit.


"lo lagi ngapain ri?" tanya gilang sahabat riana yang sedang berjalan dan melihat riana duduk sendiri mengotak atik laptopnya, saat itu riana duduk disamping ficky yang tak bisa dilihat gilang.
"oh kamu, gak kok. lagi bingung aja nih mau ngirim tugas tapi udah deadline"
"oh tugas dari bu indah? kenapa telat? kan dikasih waktu tiga hari?"
"ehehe.. iya aku ceroboh, lupa. karena kamu tau sendiri kan aku kerja paruh waktu di restoran siap saji itu udah setengah taun ini jadi bener-bener nguras tenaga, alhasil sering telat ngumpulin tugas"
"dasar pelupa!!" cetus ficky
"apaan sih!!" jawab riana
"hah? Apaan apanya ri?" gilang keheranan
"oh nggak nggak.. ini tadi ada lalat aduh apaan sih nih lalat nempel-nempel di pipiku!" riana pura-pura mengusi-usir lalat padahal tidak ada apapun yang menyentuh pipinya
"yaelaah, makanya kalo mau berangkat jangan lupa mandi hahaha, mending lo berhenti kerja aja gimana? Kan sayang juga udah mau lulusan masih disibukkan kegiatan diluar gitu mana nguras tenaga sama pikiran lagi" ledek gilang
"haha.. iya iyalah, emang kamu! Iya aku juga mikir gitu makanya aku lagi mau ngajuin surat pengunduran diri, mau fokus sama sekolah dulu coba deh.."
"gue dicuekin lagiii..." ficky beranjak dan berkeliling sekolah riana, riana bersiap masuk ke kelas, tentu tidak semua orang mengucilkannya masih ada orang-orang yang percaya padanya, tiba-tiba langkah kakinya terhenti didepan perpustakaan


"eh ada gadis psyko, ngapain lo liatin gue gitu?" ejek gina dan teman-teman satu gengnya
"gina, kalo kamu pulang naik motor sama vino, jangan lewat jalan yang ada tikungan tajam dekat sekolah yah"
"hahaha.. eh gadis gila! lo pikir gue takut?? yaelah.. lo nyumpahin gue biar kecelakaan? kurang ajar banget sih lo?" gina menarik kerah riana dengan kasar
“bukan gitu maksud gue baik kok gin”
"eh lo apaan sih?!!" ficky melihat dan berusaha melerai keduanya dengan menarik lengan riana, karena hanya riana yang bisa dia pegang, gina kaget karena riana yang terlihat lemah tiba-tiba bisa dengan mudah mundur kebelakang dan menghempaskan tarikan tangannya.
"eh lo tuh beneran cewek aneh yah, ih gue jadi dingin gini.." cetus gina
"eh iya bener gin, gue juga jadi merinding.. dasar hantu lo!" ungkap kinta teman satu geng gina, gina bersahabat dengan 2 orang yaitu kinta dan lian
"hmmmm.. sorry gue kasar narik lo, abis lo tuh terlalu baik tau nggak sih? tapi mereka malah balesnya gitu, ah lo tuh beneran berhati malaikat tapi dianggap setan sama tuh orang!" ficky menggerutu tak karuan, tapi riana tetap diam dan melanjutkan jalannya.

bel pulang pun berbunyi

"selesaaaiiii" riana mengangkat tangan keatas dan merenggangkan otot-otot tangannya yang kaku, ficky yang selalu berada diluar kelas riana merasa bosan menunggu diluar seperti itu
"eh hari ini gue bakalan pergi sama vino, haha.. dia ngajak gue nonton!" pamer gina kepada teman satu gengnya didepan riana
"eh kutu buku, lo pikir gue takut sama ramalan bodoh lo itu, ih norak banget sih lo!"
"songong amat si tuh cewek, kalo gue jadi lo udah gue jambak tuh rambut yang kayak ekor kuda gak ke urus" ficky mendekati riana dan terus menggerutu
"hahaha.." riana tertawa mendengar gerutu ficky yang tiba-tiba disampingnya
"hih.. nyeremin amat sih nih cewek" gina melirik sinis sambil berlalu meninggalkan kelas
paginya..
memang benar, tiba-tiba suatu pagi kinta sahabat gina mendatangi riana dan meminta maaf, karena tidak percaya tentang omongan riana, dan sekarang gina sedang dirawat di rumah sakit walaupun tidak terlalu parah luka yang dia derita.


Diselasar depan ruang kelas, riana berjalan berdampingan dengan ficky
"huaaah, bosen juga seminggu bareng sama lo, tapi mau nggak nolongin gue ri?"
ficky menghentikan langkahnya, riana ikut berhenti dan memandang ficky penuh tanya
"apaan fic?"
"lo.. mau gak bilang sama nyokap gue, kalo sebenernya gue masih idup eng.. maksudnya setengah idup" ficky memegang tangan riana
"haduuh, jadi harus ketemu sama orangtua kamu gitu??" ficky mengangguk
"yaelaah, gimana yah..?! aku agak ragu, kalo kalo mereka malah ngira aku gila"
"emm.. iya maaf selama ini emang pada begitu ke lo, tapi gue yakin yang ada orangtua gue bakalan trenyuh denger pengakuan lo, secara muka lo tuh mudah dikasihani"
"gak jadi nolong!"
"hehe.. eh iye dah sorry, muka lo tuh polos, dan emang kenyataannya lo polos, jadi kalo lo ngomong gitu pasti 80% mereka percaya deh"
"tapi kan harus ada buktinya!"
ficky melihat sekeliling
"kita ngobrol gini gak ada yang tau?"
"upss.. aku lupa, kamu gak pantes jadi hantu, gak nyeremin makanya aku masih nganggep kamu manusia"
"hmmm.. aku udah jadi hantu dong sekarang?" ficky menunduk lesu
"eh sorry sorry, gak maksud nyinggung deh sumpah! ayo kerumah biar bisa ngobrol leluasa dikamarku"
"oke deh"


Dirumah riana, lelah memang beraktifitas dari pagi hingga sore berkutit pada pelajaran-pelajaran sekolah
"maaaah.. rian pulang.. oh iya mamah gak usah nganter makan siang kekamar yah, nanti kalo aku telat makan aku ke dapur aja!" ucap riana
"oh iya, eh kamu tumben sih sekarang udah jarang banget minta dianterin ke kamar makanannya, mbok sari jadi bingung juga tuh"
"ehehe gak apa-apa mah, sekarang lagi sering sibuk aja, gak suka diganggu kalo udah dikamar, yaudah rian naik keatas dulu yah, capek mau istirahat"
"iya deh iya.."

"gimana? mau kan lo ngomong ke ortu gue?" ficky memastikan
"asal kamu tau ya! ini tuh susah!! gak segampang itu ah.."
"tapi tolongin lah.. gue gak mau ortu gue sedih terus-terusan kayak gitu, sekalian gue juga kangen sama badan gue"
"oke deh nanti aku bantu, haha..gimana tuh udah seminggu gak nempel ke badan"
"ya gak enak banget lah, berasa tembus pandang banget gini kok!"
"haha iya tapi mending deh ada yang bisa kamu sentuh"
"iya cuma lo, gak ada yang lain, monoton dan membosankan"
"aku membosankan? huh.." riana pura-pura ngambek
"nyaah ngambek, jangan ngambek loh, tapi walaupun ngambek masih mau bantuin gue dong? hehe" ficky merayu
"ada udang dibalik kerupuk!"
"batuuuuu....!!!"
"eh sorry, salah lagi yah?"
"gak usah sekolah deh lo terlalu pinter huh.."


di Rumah Sakit
"waktu lo kesini mau ngapain?"
"jenguk nenek"
"ooh gitu, eh itu nyokap gue!! maaaaahhh...!!" ficky memanggil-manggil ibunya
"bego! ya gak denger laaah!!"
"oh iya gue lupa! hmmm susah amat pengen ketemu si mamah.."
"haduuh jangan nangis dong"
"yeee.. dikira banci apa??"
"haha.. nangis itu wajar! eh ayok coba ngomong"

bertemu dengan ibu ficky di selasar depan ruang ICU
"bu, permisi, maaf sebelumnya ganggu saya mau bertanya"
"oh iya nak, ada apa yah?" terlihat sangat ramah dan cantik sekali ibunya ficky ini
"begini, tapi baiknya kita duduk saja dulu yah bu"
"oh iya, keliatannya serius"
Riana menjelaskan panjang lebar tapi ibu ficky menampakkan wajah tak percaya dan tetap tak percaya
“maaf nak, kalo kamu mau ngarang cerita tolong jangan sama tante yang lagi putek gini! Saya juga bingung harus bagaimana agar ficky sembuh tapi mau gimana lagi keadaan udah kayak gini, jadi tolong jangan buat saya tambah droop!”
“tapi tante, ficky sekarang ada disini disamping saya” riana menunjukkan ke arah kanannya
Tapi beliau pergi dengan air mata menetes dipipi, semua tak segampang yang difikirkan


Sebulan sudah berlalu, ditaman belakang rumah riana
“malam ini bintang terlihat sangat indah..” ficky duduk disamping riana yang sedang menatap langit
“hmmm.. kamu gak kangen sama keluarga kamu?”
“ya jelas kangen lah.. gue iri sama lo..”
“iri? Kenapa?”
“kalian satu keluarga bisa kumpul bareng terus, dan lo begitu taat sama ibu lo!”
“tapi aku juga kangen sama ayah..” riana menatap kedepan dengan tatapan kosong
“sorry, ayah lo pergi dari lo umur berapa ri?”
“waktu aku terima surat pernyataan lulus, saat pengumuman kelulusan SMP itu ayah tiba-tiba droop, serangan jantung dan siangnya dia meninggal. Padahal aku belum menunjukkan hasil pengumuman kelulusanku”
“jadi.. udah 2 tahun lebih ayah kamu meninggal yah..?”
“hmmm.. iya, semoga dia melihatku disini dari surga walaupun aku tidak bisa melihatnya lagi”
“aamiin, itu ada mawar merah” ficky berjalan ke tengah taman dan memetik mawar yang sedang mekar
“ini buat lo!” ficky memberikannya kepada riana
“haha.. so romantis kamu!”
“iya dong hahaa.. itu, lo simpen aja mawar itu, kalo lo kangen seseorang atau lagi sedih liat aja tuh mawar siapa tau bisa ngurangi rasa kangen atau kesedihan lo”
“hmmm oke deh aku simpen”


Paginya di Toko buku
“hey, sama siapa lo disini ri?” tiba-tiba dari belakang ada yang menepuk bahu riana
“eh kamu gilang, ini sama ficky”
“ficky? Siapa tuh? Pacar lo yah?”
“eh sorry, gak bukan, gak kok nih lagi sendirian aja” riana lupa, kalau gilang tidak bisa melihat ficky
“hayooo ficky itu siapa?” gilang penasaran
“haha.. gak, bukan siapa-siapa kok”
“dibilang pacar juga gak apa-apa lagi ri” ficky yang disamping riana berbisik-bisik, riana mengernyitkan dahinya
“haha.. oh yaudah berarti masih jomblo kan?”
“hmm iya iya lah, kenapa? Mau ngeledek apa?”
“enggak enggak hahaha..”
Mereka berbincang cukup lama, setelah selesai riana membawa buku yang dia beli
“coba gue pengen baca buku lo” ficky meraih novel yang riana beli
“eh.. eh.. ini buku lo kan?? Udah jadi milik lo kan??” ficky heran dia tidak bisa memegang buku yang riana beli, padahal semua yang menjadi milik riana bisa ficky pegang
“ya iyalah, kenapa fic?” untung saat itu mereka sedang berjalan di parkiran riana lalu membuka kunci mobil dan bersiap pulang
“ayo gih masuk dulu” ficky duduk disamping riana yang sedang menyetir
“kok tadi gue gak bisa megang buku lo yah?” ficky memandang riana serius
“hah? Serius kamu?? Maksudnya gimana? Kamu gak bisa megang barang yang udah jadi punyaku lagi?”
“iya serius lah.. coba gue pegang tangan lo” pelan-pelan riana menjulurkan tangan kirinya dan tangan kanan tetap pada posisi memegang kendali stir mobil, ficky menggenggam tangan kiri riana dengan tangan kanannya, ficky memandangi tangan riana dan beralih melihat wajahnya
“eh..” riana melepaskan genggamannya
“sorry sorry” ficky langsung memalingkan pandangan kedepan
“udah bisa kan? Jadi kamu masih bisa megang kan?”
“iya ri, makasih ya”


Ficky merasa ada yang berbeda, merasa gugup dan jantungnya terasa berdetak sangat cepat, merasa nyaman saat dia memegang tangan riana, entah apa yang dia rasakan, apa dia masih bisa merasakan hal yang dirasakan manusia pada lawan jenis pada umumnya atau hanya rasa canggung sementara, entahlah karena ficky merasa dia tidak sama jadi dia selalu berusaha munafikkan rasa yang kian lama menggelayuti hati dan fikirannya.


Bulan kedua, sudah terlalu lama raga ficky terbaring kritis di Rumah sakit hingga dokter pun sudah bingung harus bagaimana, mereka hanya terus melanjutkan usaha pemulihan rutin dijalankan.

“udah mau dua bulan loh kamu sama aku, dan itu artinya kamu udah koma hampir 2 bulan”
“hmmm gue bingung harus gimana”
“yaudah deh, aku berangkat dulu yah, kalo kamu mau ikut ayo aja”
“gue nemuin sesuatu dilaci meja belajar loh hahaha” ficky menunjukan buku dengan cover berwarna coklat yang tertera nama “Riana” dengan huruf indah
“eh kembaliin itu buku harianku, itu juga buku kumpulan puisiku, itu semua tentangku, eh kamu!!” riana mengejar ficky yang berlari menghindari riana sambil terus membawa buku itu tapi tiba-tiba
“buuukkkk!!!” buku itu lepas dari genggaman tangan ficky
“udah aku bilang jangan ya jangan!!” riana segera memungutnya, ficky terdiam dan memandangi tangannya dia mencoba meraih benda-benda milik riana disekelilingnya, tapi menembus tangannya
“hah??!!”
“kenapa fic?” riana bingung
“gue gak bisa megang apa-apa ri”
“yang bener fic?” riana meraih tangan ficky, tapi tidak berhasil. Dia sulit menggapai ficky, dan ficky semakin tak terlihat dia tembus pandang dia semakin menghilang.
“fic kamu dimana???”
“gue masih didepan lo ri...!!” ficky mencoba meraih tubuh riana, dia mencoba memeluk riana, dia takut apa yang dia takutkan selama ini benar terjadi
“fic .. kamu dimanaa????” tubuh riana bergetar, dia terus mencari ficky mencoba meraih apa yang ada didepannya tapi tak berhasil, suara ficky perlahan menghilang dan semakin tak terdengar
“ficky.. tolong jangan pergi duluuuuu!!!!” riana tersungkur ke lantai dengan muka tertunduk dan menangis hebat
“kamu kenapa sayang??” mamah riana yang mendengar riana menjerit-jerit sendiri dari kamarnya langsung naik dan memeluk riana.


“mamaaah.. ficky pergiiii mah .. dia pergiii”
“ficky siapa sih ri??!! Udah tolong hentikan halusinasi kamu yang udah cukup lama ini membuat mamah khawatir sayang!!”
“tapi ficky itu nyata mah.. nyataaaaa!!!!” riana meyakinkan mamahnya
“udah sayang.. ficky itu gak ada, percaya sama mamah”
“mamah gak tau apa-apa!!!” riana langsung keluar kamar dan berlari mencari ficky, dia keluar dan terus berlari dengan masih mengenakan seragam putih abu-abunya
“ficky...!!!!!! kamu dimana???!! Kembali kesini!!!” dia terus berlari seperti orang tidak waras, semakin jauh dan jauh dari rumahnya tiba-tiba ditikungan dekat komplek rumah
“bruuukkkkkk!!!!!!!” semua orang bergerombol mengelilingi tubuh seorang gadis SMA yang tergeletak dijalan raya itu, riana tertabrak mobil yang sedang melaju kencang di tikungan.


di Rumah sakit
cowok itu perlahan membuka matanya, melihat sekelilingnya, hawa dingin sangat terasa diruangan yang bersih itu, mulut dengan alat bantu pernafasan dan peralatan kedokteran lengkap yang membantu pemulihannya melekat disekujur tubuhnya.
“dokteeerrrr... dia udah siuman!!!” seorang wanita paruh baya berteriak keluar dari pintu
“bu.. ficky dimana??”
“kamu dirumah sakit sayang, ini .. ibu sama ayah disini”
“kamu udah siuman nak? Jangan banyak bergerak dulu” ayah ficky khawatir, dokter melepas alat bantu pernafasannya dan memeriksa keadaan ficky
Ternyata, ficky kembali ke raganya, dia siuman dan pulih kembali setelah koma begitu lama.

Beberapa minggu kemudian, sebuah motor keren terparkir didepan rumah mewah yang tak asing bagi pengendaranya, ficky masuk melewati gerbang dan menekan tombol berwarna merah dipintu rumah itu, terdengar suara bel rumah memanggil penghuni rumah itu.
“selamat siang, aden cari siapa yah?” wanita paruh baya yang biasa dipanggil mbok sari keluar dengan lap dibahu kirinya menanyai ficky dengan ramah
“saya cari riana mbok, riana dirumah?”
Mbok sari terdiam sejenak
“nama aden siapa yah?”
“ficky mbok..”
Lalu wanita itu menyuruh ficky menunggu diluar, dia masuk dan memanggil seorang lainnya
“siapa yah? Ada perlu apa cari putri saya?”
“tante ini mamahnya riana yah? Selamat siang tante, saya ficky temennya riana, riana ada tante?”
“ficky??” wanita itu memegangi pintu merasa shock setelah mendengar namanya
“maaf tante saya bantu duduk”
“tidak usah! Ayo masuk dulu nak”
“iya tante terimakasih” ficky tersenyum merasa senang ternyata ibunya welcome dengannya
“jadi riana lagi kemana tante?”
“pergi..”
“kemana ya tan kalo boleh tau?”
“dia udah meninggal beberapa minggu lalu nak ficky”

wanita itu menangis hingga bicara pun tersendat, ficky tak percaya dia terus menanyakan kenapa bisa riana meninggal secepat itu?!
Semenjak kecelakaan itu riana koma sehari tapi malamnya dia sempat siuman dan mampu menulis dan tak berapa lama dia pergi, pergi dengan tenang.
“dia nyari kamu, dia manggil-manggil nama kamu, lalu dia lari keluar dan di tikungan itu dia kecelakaan, ditabrak mobil yang sedang melaju sangat kencang!! Tante sampai sekarang belum bisa terima dia pergi ninggalin tante!”
Ficky lemas, matanya memerah, air mata keluar dari matanya sangat deras sekali, mendung menyelimuti langit siang itu, gelap dan dingin.
“boleh saya ke kamarnya?”
“iya tante antar yah”
Sesampainya didepan kamar riana, dia melihat lukisan dipintu kamar riana, gambar mawar merah dengan satu tangan perempuan dan satu tangan laki-laki menggenggamnya tertera tulisan dibawah gambar itu “selamat datang disurgaku”
“riana, kenapa lo tinggalin gue?! Maafin gue, gue gak ninggalin lo, gue pergi dan kembali, tapi kenapa lo gak bisa kembali lagi??!!!” ficky menggumam dia lemas dan duduk dikursi tempat belajar riana, dilihatnya buku harian riana yang bercover coklat itu, dengan ragu ficky memberanikan diri untuk membukanya, perlahan halaman demi halaman dia baca dengan seksama hingga dia terhenti di halaman terakhir yang riana tulis yang berjudul Long Life To Love, disana terselip bunga mawar merah yang sudah mengering tapi tetap tersimpan rapi, perlahan dan penuh penghayatan ficky membaca kata demi kata.


Long Life To Love

Tuhan.. mungkin hari ini.. hari terakhir aku melihatnya,
ficky..
andai kamu kembali, berbahagialah, berubahlah menjadi lebih baik demi dunia yang mencintaimu..
dan aku rasa ini kali terakhir aku dapat menulis dibuku, dengan keadaanku dengan penuh luka, dengan kepalaku yang terikat kain putih yang membuatku semakin terlihat tak berdaya ini..
aku menulis untukmu..
dengan pena ini ku goreskan dan kutumpahkan semua isi hatiku..
andai aku bisa hidup lebih lama lagi
aku akan mencarimu dan memeluk erat dirimu takkan pernah kulepaskan kau lagi dari hidupku..
menetap disampingmu..
dengan derai air mata dan senyuman yang silih berganti menghiasi hari-hari yang kita lewati

Berbeda..
tak pernah kurasakan ada perbedaan antara kau dan aku..

Tuhan..
Aku ingin hidup lebih lama lagi jika Kau bolehkan..
Aku ingin hidup lebih lama lagi untuk mencintai dan dicintainya..
Aku ingin merasakan tangannya kembali menggenggam tanganku yang dingin ini..
Ini sangat dingin.. dingin sekali.. aku butuh dia..

Tuhan..
Jika memang tak bisa
Biarkan senyum terus terlukis disudut bibirnya
Aku ingin melihatnya tertawa bahagia dari surga..
Aku ingin melihatnya menangis haru karena hidupnya, hidupnya yang lebih berwarna dari sebelumnya..

ficky menangis, dan memeluk buku itu.




catatan kecil si penulis amatiran: hay hay haaayy.. ^_^ ketemu lagi deh sama karya kecilku ini.. eeiiittss.. ada yang beda .. ini pure fiktif guys.. so jangan terlalu dianggap nyata yah hehe.. nikmati aja jalan ceritanya, just for fun .. kita ambil pelajaran berharganya saja (tapi apa yah pelajarannya?) ummmm.. satu hal! jangan sia-siakan seseorang yang kini hidup disamping kita, kematian tidak pernah ada yang menduga, Tuhan selalu punya cara untuk membuat kita bahagia, jadi bahagiakanlah orang-orang yang menyayangi kita ^_^ sebelum terlambat, terutama ayah dan Ibu kita ..
eh eh .. gak ada maksud menggurui kok :D cuma berbagi aja apa yang ada di pikiran dan hati hehe..maap ya kalo ada salah kata di cerpen atau di catatan kecil ini hehe.. kan masih dalam tahap belajar belum profesional :p

Wednesday, September 5, 2012

ada apa dengan angka 26??!!

Tuhan.. ingin sekali rasanya aku tidur lama... bila perlu koma sekalipun tak apa, asal saat aku membuka mata dan terdiam ada suara yang memanggilku 'sayang' suaranya..
dia yang aku sayang..
ya Tuhan.. harus bagaimana ini?? baru kali ini aku merasakan kalut yang begitu menusuk ulu hatiku Tuhan!!!
apa benar, aku adalah orang yang terlampau kuat menerima ujian dari-Mu hingga tak pernah Kau lupa tuk memberiku ujian setiap aku merajut kasih dengan seseorang??
aku merasa berbeda, merajut tali kasih dengannya sekitar seminggu lalu, tepatnya tanggal 26 agustus 2012, dan seminggu berikutnya dia pergi meninggalkanku Tuhan, dia pergi karena cinta lama yang datang kembali.. cuma sekitar 13 hari saja!! aku rasa ini tidak adil untukku!

ADA APA DENGAN ANGKA 26??!!!


Sebenarnya aku juga lahir di tanggal 26, tepatnya 26 Januari 1996.
Aku selalu menganggap itu angka keberuntunganku, tapi selama ini gak pernah deh ada keberuntungan yang meliputi angka itu deh kayaknya.
ya Tuhan.. aku rapuh, sangat rapuh. orang ketiga datang membawa sabit dan mengobrak-abrik hubungan kami, menyayat hatiku hingga aku lemah tak berdaya seperti ini, makan pun rasanya tak enak, bahkan rela tak makan. Rasanya emosi ini membuat perutku kenyang..

apa aku punya salah di masa lalu?? bukankah Engkau maha lembut Tuhan?? biarkan jalan cerita cintaku mulus dan jadikan ini yang terakhir Tuhan.. :'(

aku bingung.. harus gimana lagi sih?!
aku harus lari kemana biar kesedihan gak nguntit terus ngikutin alur hidupku??
terkadang ingin mati!
tapi aku sadar.. pecundang jika aku melakukan itu!

tapi aku tak tahan akan semua siksaan batin ini Tuhan..

aku percaya di akhir cerita akan ada bahagia yang menyambutku..
tolong Tuhan.. tolong rangkul aku.. aku tak tau harus bagaimana lagi!! :'(

*theme of this post --> Galau!!